Buku menarik berjudul Imajinasi Ba'da Subuh ini ditulis oleh Dr. H. Moh. Syaeful Bahar, M.Si. Ia lahir di Bondowoso Jawa Timur pada tanggal 15 Maret 1978. Kesehariannya sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Tim Ahli Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya bidang Komunikasi.
Gelar doktor diraih di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 2017 dengan predikat cumlaude serta menjadi wisudawan terbaik di S3 Fisip Universitas Airlangga Surabaya.
Saat membaca buku setebal 219 halaman ini seakan pembaca jadi tahu bahwa tulisan-tulisan dalam buku ini dilatarbelakangi oleh kegelisahan penulis ketika melihat realitas sosial hari ini yang mengalami degradasi moral dalam beragama.
Selain itu, diketahui pula buku ini berangkat dari kegalauan penulis terhadap manusia yang hidup di era teknologi informasi ini yang semakin kacau dalam menangkap informasi di media sosial, sehingga hal itu berdampak pada banyak hoaks dan lain sebagainya.
Sangat banyak tema yang dibahas oleh penulis dalam buku ini, antara lain mengenai ormas, azan, Tuhan, Islam, setan, Ramzan Akhmadovich Kadrov, Emmanuel Macron, Gus Baha', Gus Dur, Lirboyo, Sidogiri, ulama dan lain sebagainya.
Kala mengurai tentang hakikat ulama, penulis menyitir dalil al-Qur'an. Bahwa ulama adalah mereka yang memiliki ilmu dan mau mengamalkan ilmunya serta takut kepada Allah. Dalam al-Qur'an dibahasakan, 'Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama'. Ulama itu bukan orang yang pandai ceramah. Kalau pandai ceramah, tapi isinya tidak mengajak pada kebaikan, itu jelas bukan ulama.
Siapa pun yang berilmu, luas pengetahuannya, khusyuk ibadahnya, semua pekerjaan dan aktivitasnya dilekatkan kepada Allah, selalu menebar kebaikan dan keteduhan, penyabar dan penyantun, dan yang lebih utama dia konsisten, apa yang diucapkan adalah apa yang dia lakukan, apa yang disampaikan dalam ceramahnya adalah apa yang dicontohkannya.
Ada juga definisi ulama yang disandarkan kepada hadits Nabi Muhammad, yaitu ulama adalah pewaris nabi. Artinya, siapa pun yang berhasil menjaga ajaran nabi, dialah ulama. Mereka benar-benar mencontoh nabi, mereka menjadi cerminan sikap dan perilaku nabi. Nabi tidak pernah marah, maka ulama juga. Nabi tidak pernah mencaci, maka begitu pula ulama. Nabi tidak pernah mengadu domba, begitulah ulama harusnya. Nabi sangat sabar, sangat tegas, dan mereka juga begitu.
Tulisan-tulisan dalam buku ini sangat renyah sebab bahasan-bahasan berat disulap menjadi seringan mungkin, terlebih dituturkan dengan gaya dialog antara Cak Mamat, Kang Parmin, Mas David dan tokoh lainnya.
Baca Juga
-
Setelah Absen 5 Tahun, Kini Poco Hadirkan Kembali Ponsel Pro Lewat F7 Pro
-
Asus ROG Phone 9 Pro, Hadirkan Fitur Gaming Bertenaga AI yang Bikin Nagih
-
Tablet Oppo Pad SE Resmi Dirilis, Layar 11 Inci dengan Kapasitas Baterai 9340 mAh
-
Ponsel Honor 400 Bakal Rilis Akhir Mei 2025, Usung Kamera 200 MP dan Teknologi AI
-
Realme Neo 7 Turbo Siap Meluncur Bulan Ini, Tampilan Lebih Fresh dan Bawa Chipset Dimensity 9400e
Artikel Terkait
Ulasan
-
Baekhyun EXO 'Elevator': Lagu Genit dan Boyish saat Cinta Pandangan Pertama
-
Ulasan Novel Society of Lies: Rahasia Kematian di Balik Dinding Kampus Elit
-
Peran Tiap Anggota Keluarga yang Related di Drama Korea When Life Gives You Tangerines
-
Kisah Emosional di Balik Lagu Healing Kun & Xiaojun 'Back to You'
-
Review Film Meet The Khumalos: Komedi Keluarga yang Kurang Menggigit
Terkini
-
Popcorn Brain: Ketika Otak Sulit Fokus Akibat Sering Terpapar Gadget
-
Tanggapi Garuda Calling Timnas Indonesia, Media Vietnam: Pertaruhan Habis-habisan!
-
Hustle Culture: Ketika Kita Takut Terlihat Tidak Produktif
-
Stefano Lilipally Comeback ke Timnas dan Peluang Main di Usianya yang Senja
-
Tak Hanya Shayne Pattynama, 3 Pemain Naturalisasi Timnas yang Pilih Berkarir ke Asia