Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Fathorrozi 🖊️
Buku Serdadu dari Neraka karya Arafat Nur (Dok. Pribadi/Fathorrozi)

Saya baru saja menamatkan dua cerita dalam buku kumpulan cerpen Serdadu dari Neraka karya Arafat Nur ini. Dua cerita yang saya maksud berjudul Serdadu dari Neraka dan Perempuan yang Mengencingi Sumur. Dari kedua cerita tersebut, saya dapatkan model kencing yang berbeda-beda, dan keduanya sama-sama aneh. Satu, kencingnya di kuburan, sedangkan satunya lagi kencing di sumur hingga dikutuk menjadi patung.

Dalam cerpen Serdadu dari Neraka, Kakek Basyah bercerita mengenai kebengisan Marko, komandan prajurit yang memburu para pemberontak, kepada cucunya. Kek Basyah berkisah, Marko sang komandan pasukan serdadu yang pernah menduduki Aceh selalu berperilaku ganas, buas dan bengis kepada penduduk Lamweng. Marko dan prajurit-prajuritnya dikenal sebagai serdadu dari neraka.

Marko sendiri adalah lelaki kasar yang lembut. Ia sangat kasar menghadapi lelaki kampung yang selalu ditudingnya sebagai pemberontak, orang bodoh dan sampah busuk. Namun, hatinya akan segera melunak dan penuh kelembutan apabila menghadapi gadis-gadis cantik.

Dalam kisah Kek Basyah, waktu itu banyak orangtua yang senang anak gadisnya dinodai oleh Marko. Selain perawan dan janda, Marko juga suka menggoda perempuan cantik yang telah bersuami. Hanya satu perempuan yang tidak mau dirayu Marko, yaitu anak Kek Basyah yang juga merupakan ibu dari sang cucu.

Perempuan itu telah membunuh Marko dan mencincang tubuhnya, lalu dikuburkan di pemakaman umum dengan diberi nama di batu nisannya: Marko Bolo Bolo. Usai mendengar cerita itu, si cucu ingin kencing dan ia kencing di atas kuburan Marko. Tidak hanya dirinya, beberapa penduduk lain pun sering datang ke kuburan itu hanya untuk kencing.

Dan pada cerpen berjudul Perempuan yang Mengencingi Sumur, terdapat janda bernama Sanah yang hanya baik di luar tetapi memiliki dendam membara di dalam dadanya. Suatu ketika tokoh 'aku' selalu mendapati air sumurnya selalu kotor dan bau serupa aroma selokan yang anyir dan gatal. 

Alhasil, air sumur tersebut tidak lagi bisa dipakai. Meski disaring pakai bak yang diisi pasir, airnya tetap bau. Kaporit dan tawas tidak mampu mengubah aroma baunya. Kulit penguhuni rumah yang memiliki sumur tersebut pun mengalami gatal-gatal dan kudisan.

Sanah yang mereka curigai menjadi biang kerok atas menyeruaknya bau sumur itu, sudah tiga hari tidak keluar dari rumahnya. Setelah dimasuki ke rumah sepinya, terdengar jeritan seorang perempuan dari arah sumur. Ternyata ditemukan tubuh Sanah menjadi seperti patung batu dengan posisi berjongkok ke arah sumur sambil kencing. 

Fathorrozi 🖊️