Terdapat dua puluh cerita di dalam buku Mawar Hitam ini. Salah satu cerita itu bertajuk Membaca Tubuhmu, Selimut Nona Clara, Mawar Hitam, Lolita, Gadis Kupu-Kupu, Kenanga, Den Ayu Cempaka, Sawo Kecik, Akad Nikah, Sang Aktor, Sketsa Kinaya, Skenario untuk Lakshmi, Wajah, Kaki Tangan Tuhan dan lain sebagainya.
Gus Candra Malik memiliki banyak bahan untuk dituangkan dalam cerita. Namun, dari semua bahan yang dimiliki Gus Candra saat menulis cerita-cerita, sesungguhnya yang utama adalah bahasa. Di dalam cerita-cerita yang ditulisnya ini, dengan mudah kita temukan sebuah upaya yang membuat pembaca terpesona oleh permainan bahasa. Oleh karena itu, cerita-cerita di dalam buku ini tersaji dengan bahasa yang begitu indah.
BACA JUGA: Ulasan Buku 'Kotak Waktu': Cara Terbaik untuk Menyikapi Sebuah Kenangan
Tidak mengherankan jika pembaca menemukan pesona kalimat atau ungkapan yang membuat betah menikmatinya. Saking indahnya, saat membacanya kita terpana dan terhanyut, bahkan tidak ingin cepat sampai ke ending cerita.
Keindahan bahasa ini bisa disimak di awal cerita pertama, Membaca Tubuhmu. Gus Candra merangkai paragraf awal dengan amat memukau.
"Angin malam membangunkan bulu-bulu jagungmu, menyelinap ke balik rambut ikalku, memaksa kita bersedekap. Setelah asap terakhir menguap ke angkasa, tak ada lagi sigaret tersisa."
Paragraf ini merupakan bentuk keindahan dari suasana sederhana yang menggambarkan malam yang dingin dihabiskan dengan mengisap rokok.
BACA JUGA: Buku '250 Questions That Will Change Your Life', Ubah Hidupmu saat Ini Juga
Pada paragraf berikutnya, Gus Candra kembali melukis awal mula pertemuannya dengan perempuan yang dimaksud dengan bahasa menarik.
"Aku tak jauh berbeda darimu: sendiri menyisir sepi. Jika akhirnya gelap mempertemukan kembali kita di sini, aku tak berharap banyak selain membaca tubuhmu. Kasihan benar kau mengeja jejakku berpijak pijar mata hati semata. Perjalanan ke sini pasti menguras tumpas paras mudamu sampai pasi. Sendi-sendi kakimu pasti ngilu, biar kurendam air hangat kuku. Bolehlah menjerit, tapi tahan sedikit, ini tumit perlu kupijit".
Keindahan bahasa seperti rangkaian kalimat di atas tentu bermuara dari kedalaman hati jernih yang sarat perenungan. Kondisi sepi dan payah menjadi susunan kalimat indah dan bahasa yang memesona.
Hal ini tidaklah mencengangkan, sebab Gus Candra Malik merupakan sastrawan sufi juga musisi islami, yang kerapkali bermain-main dengan kata-kata indah dan barisan kalimat eksotik yang desirannya membawa kesejukan.
Baca Juga
-
Semangat Menggapai Cita-Cita dalam Buku Mimpi yang Harus Aku Kejar
-
Ulasan Buku 'Di Tanah Lada': Pemenang II Sayembara Menulis Novel DKJ 2014
-
Berani Menceritakan Kembali Hasil Bacaan dalam Buku Festival Buku Favorit
-
Kisah Haru Para Pendidik Demi Mencerdaskan Generasi Bangsa dalam Guru Cinta
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Bertajuk Selamat Datang Bulan, Kumpulan Puisi Ringan dengan Makna Mendalam
-
Ulasan Buku Period Power, Meningkatkan Produktivitas Saat Datang Bulan
-
Semangat Menggapai Cita-Cita dalam Buku Mimpi yang Harus Aku Kejar
-
Novel Dia Adalah Kakakku, Perjuangan Seorang Kakak Mewujudkan Cita-Cita Adiknya
-
4 Rekomendasi Novel Inspiratif untuk Menemani Proses Perbaikan Diri
Ulasan
-
Mengungkap Rahasia dan Ketegangan Rumah Tangga di Novel 'Imprisonment'
-
Kehidupan Seru hingga Penuh Haru Para Driver Ojek Online dalam Webtoon Cao!
-
Ulasan Film The French Dispact: Menyelami Dunia Jurnalisme dengan Gaya Unik
-
Ulasan Buku Bertajuk Selamat Datang Bulan, Kumpulan Puisi Ringan dengan Makna Mendalam
-
Ulasan Buku Period Power, Meningkatkan Produktivitas Saat Datang Bulan
Terkini
-
Paylater dan Cicilan: Solusi atau Jalan Pintas Menuju Krisis?
-
AFF Cup 2024: Hokky Caraka Berpeluang Jadi Striker Utama Timnas Indonesia?
-
Kisah Paladin yang Dibesarkan Mayat Hidup dalam Anime 'Saihate no Paladin'
-
Kepada Media Denmark, Kevin Diks Ungkap Kesan Manis Debut di Timnas Indonesia
-
3 Serum yang Mengandung Green Tea untuk Kontrol Minyak Berlebih pada Wajah