Sebagai bagian dari karya sastra, puisi masih menempati di posisi penting bagi penikmat sastra. Setiap hari Sabtu atau Minggu, kehadiran puisi dinanti-nanti oleh pecandu sajak di koran nasional. Biasanya, puisi bergandengan dengan cerpen dalam satu rubrik bernama Sastra.
Tak jarang pula, dalam beberapa waktu dan momen, bermacam media dan organisasi menggelar sayembara karya cipta puisi demi merawat dan menyuburkan karya sastra, salah satunya telah dilakukan oleh laman sastra sutera.id dan klub kajian sastra jurnulistik dengan menyelenggarakan Lomba Cipta Puisi Nasional 2021.
Penyair tersohor dan sastrawan lintas generasi mengerubungi lomba tersebut, seperti Beri Hanna, Dadang Ari Murtono, A. Warist Rovi, Ian Hasan, Muhammad Asqalani Eneste, Ni Wayan Krisna, Yuditeha, Sami'an Adib, dan lain sebagainya.
Di dalam buku kumpulan puisi Eksploit Organ Dalam ini bertebar 50 karya puisi terpilih dari sayembara yang dimaksud. Dari 50 puisi terpilih, dewan juri kembali mengkurasi 3 karya puisi terbaik, 3 karya puisi terpuji, dan 4 karya puisi teruji.
Puisi Zikir Penunggang Sapi Karapan karya A. Warist Rovi menjadi salah satu 4 karya puisi teruji. Penyair kelahiran Madura ini mengusung tradisi kebanggaan Pulau Garam yang kerap disebut Karapan Sapi.
Demi anak dan istri, dan atas nama arwah leluhur yang bermimpi di tingkap tanah dalam pejam abadi berbibir putih. Lengkung urat ilalangku memucuk kembang merah, mengurai firman ke dada terdalam, supaya turun ke tanah pacuan; demi membumbui tanah kelahiran.
A. Warist Rovi memadukan antara spritual, adat, dan nenek moyang, menjadi satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan oleh masyarakat keturunan Pak Sakerah.
Sepanjang sapi itu berlari, hampar tanah ini jadi puisi meski sesekali menawarkan mati pada akar nyawaku yang membelit keyakinan; antara kalah dan menang di antara lengkung tajam sepasang tanduk perak, kulihat arwah moyang dengan tilam setalam kembang berikat benang cerlang ke jiwa yang nyalang, beginilah Madura, lahir dan beranilah kepada diri sendiri untuk terus menaklukkan hari agar matahari jatuh hati kepada diri.
Puisi yang senapas bertajuk Hikayat Tubuh Sapi Karapan karya Pusvi Defi tak kalah menarik. Ia menggambarkan rentetan ritual dalam mempersiapkan lomba Karapan Sapi.
Di pulau Sapudi, angin menggasing lirih, cuaca dingin kian meninggi. Tak ada kawanan biri-biri, tak ada garang wajah karapan sapi.
Sesaat kemudian, ia mentakik sehimpun oplosan; jahe, telur, air perasan lombok dan tumbukan dedaunan. Serta doa warisan dari nenek moyang sebagai ramuan bagi tubuhmu agar tampak bugar dan agam, tentunya terhindar dari jampi musuh yang siap menyerang.
Maka tepat baskara memantul cahaya, di bawah langit Madura, di gelanggang ruah darah merembes dari lima paku yang disayatkan di pantat, dan di atas luka yang menganga. Tak lupa kau dilumeri cabe dan rheumason agar marah dan nyala. Inilah sebuah wujud berserah paling tengadah.
Demikianlah. Mulut sapi karapan itu dicekoki ramuan jahe, telur, air perasan lombok dan tumbukan dedaunan. Sedangkan tubuhnya dilumuri cabe dan balsem rheumason. Sementara pantatnya merembes darah akibat diiris paku.
Baca Juga
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Ferry Irwandi Ungkap Jumlah Orang Hilang pada Tragedi 25 Agustus yang hingga Kini Belum Ditemukan
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
Artikel Terkait
-
Gara-gara Diposting Anies Baswedan, Buku Ini Sempat Meledak di Indonesia
-
Ulasan Buku 'Wonder', Kehidupan Anak dengan Sindrom Treacher Collins
-
Kumpulan Berita Kocak dan Koplak dalam Buku 'Mikiran Yayat'
-
Membuat Keputusan dalam Sekejap Mata: Ulasan Buku 'Blink' karya Gladwell
-
Ulasan Buku 'Brain Game untuk Balita': Ragam Permainan Edukatif untuk Anak
Ulasan
-
Ulasan Buku "House of Sky and Breath", Kisah Romansa Antrologi Perang
-
Ketika Omelan Mama Jadi Bentuk Kasih Sayang di Buku Mama 050
-
Review Film No Other Choice: Ketika PHK Membuatmu Jadi Psikopat!
-
Novel Semesta Terakhir untuk Kita: Ketika Ego dan Persahabatan Bertarung
-
Years Gone By: Ketika Cinta Tumbuh dari Kepura-puraan
Terkini
-
Blak-blakan, Tora Sudiro Akui Jadi YouTuber karena Sepi Tawaran Syuting?
-
Dianggap Relate Dengan Kehidupan Mahasiswa, Apa Itu Sindrom Duck Syndrome?
-
5 Alasan Gachiakuta Wajib Ditonton, Anime Misteri Relate dengan Kehidupan!
-
6 OOTD Feminin Lee Si An Single Inferno dengan Sentuhan Dress dan Skirt
-
Bijak! Andre Taulany Sebut Hidup Itu Cuma Perkara Waktu: Ada Suka Ada Duka