Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Yuasa Hiromy
Cover buku Tiga (Gramedia Digital)

Selama seseorang masih memiliki sesuatu untuk diperjuangkan, dia tidak akan bunuh diri. Kecuali jika memang bunuh diri adalah satu-satunya cara mempertahankan apa yang dia perjuangkan.” Kalimat Hashimoto Chihiro membekas di kepala Nakamura Chidori, bahkan setelah perempuan itu bunuh diri. Apa sebenarnya yang mengubah pandangan hidup Hashimoto sampai dia mengakhiri hidupnya? Mungkinkah karena Nakamura tidak pernah menepati janjinya? Mungkinkah karena Nakamura menyimpan perasaan kepada Sakamoto, yang seharusnya merupakan sahabat mereka?

Setelah tujuh tahun tidak bertemu, Nakamura harus kembali berhadapan dengan masa lalunya. Di antara memori akan persahabatan, janji yang diingkari, impian, dan cinta yang tak berbalas, tersembunyi alasan kepergian Hashimoto yang sebenarnya.

Ulasan

Novel 3 (Tiga) ini terbit pada tahun 215 dan ditulis oleh Alicia Lidwina.  Mengusung tema cinta, persahabatan, impian, dan bahkan pengkhianatan membuatnya penuh lika-liku, tetapi dibawakan dengan cara bercerita yang ringan dan mudah diikuti. Latar tempat pada novel ini sendiri mengambil setting Jepang dan terasa nyata.

Mungkin 3 (Tiga) adalah satu-satunya novel yang paling berkesan buat saya pribadi (untuk saat ini). Menceritakan tentang Hashimoto Chihiro yang bunuh diri dan membuat Nakamura Chidori—sang protagonis—merasa bersalah. 

Opening scene novel yang berlatarkan suasana pemakaman berhasil dibawakan dengan tone yang kelam. Kita juga akan diperkenalkan pada Sakamoto—laki-laki tampan—yang merupakan sahabat Hashimoto dan Nakamura. Ya, ketiganya bersahabat.

Kemudian cerita akan bergulir maju-mundur. Kebanyakan flashback mengenai bagaimana Hashimoto ketika masih hidup. Lalu sesekali kembali ke masa sekarang yang menampilkan interaksi antara Nakamura dan Sakamoto.

Rasanya setelah mengenal Hashimoto melalui ingatan demi ingatan Nakamura, saya tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa berakhir bunuh diri. Namun, di ending, semuanya terjawab oleh kata-kata Sakamoto. 

Bagian tentang bagaimana Nakamura mengenang Hashimoto yang sudah mati karena bunuh diri benar-benar memilukan. Bayangkan saja, ketika terbangun dari lamunan dan sadar bahwa ya, Hashimoto sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Oh, dan saya juga menyukai bagian epilognya. Tentang coretan hitam angka tiga di atas kertas yang diwarnai biru. Ketika Nakamura bertanya pada Hashimoto tentang apa yang digambarnya, Hashimoto menambahkan coretan lain dan menjawab bahwa itu adalah gambar burung, makhluk yang paling dekat dengan langit.

Garis besar cerita ini sebenarnya cukup umum, tentang kisah cinta segitiga yang muncul dalam persahabatan mereka. Namun, gaya bercerita Kak Alicia sukses bikin novel ini enggak ngebosenin. Membuat saya terhanyut dan menamatkannya hanya dalam sekali duduk. Bahkan, sensasi setelah membaca buku ini membekas cukup lama di benak saya.

Cinta itu adalah candu. Kau tidak akan pernah sadar cinta mengundangmu dengan cara-caranya yang manis. Begitu kau sadar, kau sudah diracuninya. Ingat kata-kata Okasan. Dalam hidupmu, jangan pernah jatuh cinta kepada seseorang. Kalau kau jatuh cinta, maka kau berubah menjadi orang paling bodoh, paling rendah, dan paling hina di dunia.” (Hal. 142—143)

Nyatanya, Nakamura tetap berakhir jatuh cinta pada Sakamoto—sahabatnya. Dia mencintainya dengan cara apa adanya.

Identitas Buku

Judul: 3 (Tiga)

Penulis: Alicia Lidwina

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman: 320

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Yuasa Hiromy