Salt to the Sea adalah novel bergenre historical-fiction karya Ruta Sepetys yang dirilis pada tahun 2016 silam. Karya ini menjadi populer dengan mengangkat suatu tragedi kelam yang terjadi pada masa Perang Dunia II di tahun 1945.
Tak banyak yang tahu bahwa terdapat tragedi terbesar dalam sejarah maritim di tahun tersebut, yakni tragedi tenggelamnya kapal selam Soviet Wilhelm Gustloff di Laut Baltik pada tanggal 30 Januari 1945. Diperkirakan ada sekitar 9.400 penumpang kehilangan nyawa atas tragedi tersebut.
Sang penulis sendiri memuat empat tokoh fiksi dalam menyampaikan tragedi tersebut pada novel Salt to the Sea. Dimulai dari Joana, seorang warga Lituania dari background keperawatan, lalu Florian yang merupakan tentara Prusia yang berhasil kabur dari NAZI.
Kemudian ada Emilia, seorang gadis Polandia yang tengah hamil, serta Albert yang menjadi salah satu anggota prajurit Nazi dengan sifat penuh keagungan. Bersama para pengungsi lain, keempatnya berusaha untuk dapat selamat dari tragedi besar tersebut.
Banyak yang menyebut bahwa buku ini cukup menyedihkan karena memuat momen berisi ketakutan, ketidakpercayaan, hingga putus asa. Namun, di balik semua itu sang penulis juga menyisipkan harapan dan kekuatan bahwa para pengungsi dapat melewati penderitaan yang terjadi.
BACA JUGA: Ulasan Buku Dipi si Penggerutu, Anjing Kecil yang Kena Batunya Akibat Suka Mengeluh
Ruta Sepetys sukses menggambarkan seluruh peristiwa dalam tragedi tersebut menjadi sesuatu mengerikan yang dapat dirasakan oleh pembaca. Pembentukan keempat tokoh juga ditulis dengan indah. Terdapat dinamika hubungan yang selalu berubah karena perbedaan usia dan latar belakang tiap tokoh.
Salt to the Sea juga diceritakan dari empat sudut pandang agar pembaca dapat melihat seluruh kejadian dari semua sudut dan karakter masing-masing tokoh yang sangat berbeda. Selain memuaskan, pertukaran pandangan ini bahkan dapat membuat rasa frustasi untuk pembaca.
Cara penulisan Ruta Sepetys juga sungguh indah, seolah tiap kata dalam novel memiliki tujuan tersendiri untuk ditelaah pembaca. Salt to the Sea bukanlah buku yang tepat bagi pembaca yang ingin menemukan akhir bahagia di dalamnya. Buku ini justru menyoroti kebobrokan manusia, sekaligus kebaikan luar biasa yang dapat dilakukan manusia.
Salt to the Sea merupakan buku berisi tragedi dan perjuangan manusia untuk tetap hidup di tengah bencana. Sangat cocok kamu baca untuk mengisi waktu luang atau sebelum tidur di malam hari. Selamat membaca!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Resmi! Spider-Man: Brand New Day Rilis 2026, Siapa Saja yang akan Muncul?
-
Gelar Konferensi Pers, Drama Kim Soo-hyun 'Knock-Off' Terancam Tak Tayang
-
Kim Soo-hyun Gugat Ganti Rugi Rp135 Miliar kepada Keluarga Kim Sae-ron
-
Pihak Kim Sae-ron Kembali Rilis Video Baru Usai Bantahan Kim Soo-hyun
-
Pihak Academy Minta Maaf atas Respons Serangan Israel terhadap Hamdan Ballal
Artikel Terkait
-
Novel Homicide and Halo-Halo: Misteri Pembunuhan Juri Kontes Kecantikan
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
-
Ulasan Buku Terapi Luka Batin: Menemukan Kembali Diri Kita yang Belum Utuh
-
Ulasan Novel Animal Farm karya George Orwell: Revolusi Menjadi Tirani
-
Ulasan Novel 1984 karya George Orwell: Kengerian Dunia Totalitarian
Ulasan
-
Review Novel 'Entrok': Perjalanan Perempuan dalam Ketidakadilan Sosial
-
Review Film All We Imagine as Light: Kesunyian di Tengah Hiruk-pikuk Mumbai
-
Novel Homicide and Halo-Halo: Misteri Pembunuhan Juri Kontes Kecantikan
-
Ulasan Novel Dunia Sophie: Memahami Filsafat dengan Sederhana
-
Review Film Kuyang: Sekutu Iblis yang Selalu Mengintai, dari Ritual Mistis sampai Jumpscare Kejam
Terkini
-
Bikin Gagal Move On! 3 Drama Medis Korea Ini Siap Bikin Kamu Pengen Jadi Dokter!
-
Reuni Lagi, Lee Do Hyun dan Go Min Si Bakal Bintangi Drama Baru Hong Sisters
-
Lebaran Usai, Dompet Nangis? Waspada Jebakan Pinjol yang Mengintai!
-
Mark NCT Wujudkan Mimpi Jadi Bintang di Teaser Terbaru Album The Firstfruit
-
Generasi Unggul: Warisan Ki Hajar Dewantara, Mimpi Indonesia Emas 2045?