Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy
Ilustrasi Buku ‘Ibuku Hitam, Ibuku Sayang’.[Dokumen penulis/ Sam Edy]

Sudah menjadi kewajiban bagi setiap anak untuk menghormati dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Ayah dan ibu, adalah dua sosok manusia yang sangat besar jasanya bagi kehidupan seorang anak. 

Ayah telah susah payah bekerja mencari nafkah. Sementara ibu telah mengandung, melahirkan, dan merawat anak-anaknya hingga besar. Bahkan tak jarang, ibu juga ikut meringankan beban suaminya, banting tulang mencari nafkah.

Oleh karenanya, jangan sampai kita menjadi anak-anak yang durhaka. Anak yang tak tahu bagaimana caranya berterima kasih. Anak yang tak pandai berbalas budi kepada orang tua kita.

Bicara tentang perjuangan orang tua dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya, ada sebuah buku cerita menarik yang bisa kita jadikan bahan renungan bersama. Buku yang saya maksud yakni bacaan anak berjudul ‘Ibuku Hitam, Ibuku Sayang’ karya Christine Lerin. 

Buku yang diterbitkan oleh Kanisius (edisi elektronik, 2015) dan dilengkapi dengan ilustrasi berwarna ini berkisah tentang seorang bocah laki-laki yang begitu bersemangat sekolah. Dia ingin suatu saat nanti bisa membantu penduduk di daerahnya yang kesulitan air. Kelak dia bercita-cita ingin membuatkan saluran air untuk desanya, agar ibu-ibu di desanya tidak kesulitan lagi mengambil air.

Jadi, warga di desanya, termasuk ibu dari bocah tersebut, harus berjalan jauh untuk mengambil air di sumber mata air setiap hari. Ibu membawa tiga tempayan sebagai wadah untuk membawa air. 

Dua tempayan di kedua tangannya, sementara satu tempayan berada di atas kepalanya. Sungguh, perjuangan yang begitu berat bagi seorang ibu demi mendapatkan air untuk keperluan dirinya beserta anak-anaknya di rumah.

Di rumah, salah satu aktivitas bocah lelaki tersebut mengurus seekor kambing. Dia juga tak segan untuk membantu kesibukan ibunya ketika di rumah. Dia dapat menyaksikan sendiri, betapa ibunya yang memiliki kulit hitam itu bertanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya.  

Bahkan ibu selalu mengalah, dia selalu mengutamakan anak-anaknya agar bisa makan dengan kenyang, baru kemudian sisa dari makanan yang ada dimakan oleh ibu. Hebatnya, ibu tidak pernah mengeluh. Senyuman selalu mengembang di wajahnya. 

Ibu bahkan bekerja lebih keras dan terkadang jari-jari kaki ibu terluka karena terantuk batu saat berjalan jauh. Bocah lelaki tersebut pun berusaha semangat untuk sekolah. Ibu berpesan agar dia menjadi anak pintar supaya dapat membangun desanya. 

Kisah dalam buku yang berasal dari Benua Afrika ini dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga bagi anak-anak, tentang pentingnya berbakti kepada orang tua. Selamat membaca semoga ulasan ini bermanfaat.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Sam Edy