Ditulis oleh Fredrik Backman, penulis asal Swedia, A Man Called Ove menyuguhkan kisah sederhana yang menghangatkan hati. Ove adalah pria tua pemarah yang baru saja ditinggalkan istrinya. Sonja, istri Ove, meninggal. Tak ada hal lain yang ingin Ove lakukan tanpa Sonja, jadi ia ingin sekali mati agar bisa menyusul istrinya.
Namun, suatu hari Ove kedatangan tetangga baru yang amat berisik dan begitu peduli padanya. Dia adalah Parvaneh, perempuan hamil beserta suami dan dua anak perempuannya.
Ove sudah mencoba bunuh diri berkali-kali, tetapi usahanya selalu saja gagal. Ove semakin sebal karena usaha kerasnya itu digagalkan oleh hal-hal remeh. Seperti gedoran pintu yang dilakukan Parvaneh, misalnya. Perempuan itu memintanya untuk mengantar ia ke rumah sakit karena suaminya jatuh dari tangga. Selagi Parvaneh mengurus suaminya, Ove menjaga kedua putri Parvaneh dan menonjok badut rumah sakit yang mencuri koinnya.
Setelah lelah dengan berbagai percobaan bunuh diri yang gagal, Ove memutuskan untuk mati dilindas kereta api. Namun, saat ia akan melompat ke rel, pria di sampingnya tiba-tiba kejang dan terjatuh. Tak ada yang melompat turun untuk menolong pria itu, sementara kereta api semakin dekat. Sambil mengomel, Ove akhirnya turun tangan menyelamatkan si pria itu. Karena kejadian tersebut direkam seseorang, Ove terkenal dan dikejar wartawan untuk diwawancarai.
Namun, Ove tak suka wawancara. Hingga kemudian ada satu kejadian yang membuatnya harus meminta bantuan si wartawan. Ove ingin menyelamatkan Rune, sahabat sekaligus musuhnya, yang akan dibawa paksa ke panti jompo.
Ove tak tahu mengapa ia jadi terlibat dengan begitu banyak orang. Padahal ia hanya ingin mati. Pada Sonja, Ove mengucapkan permintaan maafnya.
"Kau menjadi sangat marah ketika aku bertengkar dengan orang-orang. Aku tahu itu. Tapi, inilah kenyataannya. Kau harus menungguku sedikit lebih lama di atas sana. Saat ini aku tidak punya waktu untuk mati." (halaman 388).
Interaksi yang terbuka antara Ove dan para tetangganya itu akhirnya membuat Ove berpikir ulang tentang mengakhiri hidupnya.
Novel memikat ini berakhir pada halaman 440. Ove mencuri perhatian pembaca dengan perilakunya yang jujur, senang memaki dan marah-marah padahal ia begitu peduli. Ove juga merupakan sosok yang protes pada dunia yang kini serba digital. Menurutnya, hal itu membuat manusia semakin malas dan jadi tak berguna.
Kisah Ove ditutup dengan manis untuk semua tokoh. Sebagai pembaca, saya puas sekali dan ingin berbagi ulasan agar lebih banyak yang tertarik membaca buku ini.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Viral: Ketika Ketenaran Mengubah Segalanya, Dunia Tak Lagi Sama
-
Renata Kusmanto Rela Mualaf demi Dinikahi Fachri Albar, Suami Malah Bolak-balik Terjerat Narkoba
-
Ulasan Iblis di Pekarangan: Saat Dunia Hanyalah Sebuah Pertunjukan Sirkus
-
Profil Renata Kusmanto, Istri Fachri Albar yang Disorot Terkait Kasus Narkoba Sang Suami
-
Resensi Novel Voice: Kisah di Belakang Layar Para Voice Actor
Ulasan
-
Memaknai Cinta dan Komitmen dalam Lagu SEVENTEEN Eyes on You
-
Bukit Langara, Pesona Wisata Alam dengan View Sungai Amandit di Kalimantan
-
First Impression Drama Korea The Haunted Palace: Seram tapi Kocak Abis!
-
Pantai Malalayang, Pesona Pantai Tanpa Hamparan Pasir di Manado
-
Ulasan Novel Viral: Ketika Ketenaran Mengubah Segalanya, Dunia Tak Lagi Sama
Terkini
-
Rilis Trailer, Wednesday 2 Siap Rilis pada 6 Agustus dan 3 September 2025
-
4 Ide Daily Chic Outfit ala Go Min Si yang Bisa Kamu Tiru Sehari-hari
-
Ki Hadjar di Zaman Now: Membangun Politik Pendidikan yang Berbudaya
-
4 Inspirasi Gaya Simpel tapi Stylish dari Kang Ha Neul untuk Setiap Momen
-
Sinopsis Rumah untuk Alie, Sebuah Harapan dari Anak Bungsu