Novel grafis "Brownstone" karya Samuel Teer, dengan ilustrasi indah dari Mar Julia, adalah kisah coming-of-age yang sarat makna tentang keluarga, identitas, dan warisan budaya. Terbit pada 2024, buku ini langsung menarik perhatian banyak kritikus karena keberhasilannya dalam menggabungkan cerita yang emosional dengan gaya visual yang memikat. Melalui tokoh utamanya, seorang gadis bernama Almudena, pembaca diajak menyelami perjalanan penuh emosi tentang hubungan ayah-anak, proses rekonsiliasi, dan pencarian jati diri.
Almudena, atau Alma, adalah seorang remaja berusia 14–15 tahun. Ia terbiasa hidup bersama ibunya, seorang penari tur internasional, dan tidak pernah benar-benar mengenal sosok ayahnya, Xavier. Suatu hari, ketika ibunya harus meninggalkannya karena pekerjaan, Alma pun terpaksa tinggal bersama Xavier di sebuah rumah tua bergaya brownstone di kota.
Rumah brownstone itu bukan sekadar bangunan. Ia adalah simbol dari akar budaya, sejarah keluarga, dan identitas yang perlahan-lahan mulai dipahami Alma. Xavier sendiri adalah seorang imigran Guatemala yang tidak fasih berbahasa Inggris. Hal ini menimbulkan jarak komunikasi dengan Alma, yang hanya menguasai bahasa Inggris. Sejak awal, hubungan mereka penuh kecanggungan. Alma merasa asing terhadap ayahnya, sementara Xavier berusaha keras menjembatani jurang yang terbentuk akibat bertahun-tahun terpisah.
Seiring berjalannya waktu, Xavier mengajak Alma untuk membantunya merenovasi rumah brownstone. Renovasi ini bukan hanya proyek fisik, tetapi juga metafora perjalanan mereka dalam memperbaiki hubungan yang retak. Melalui proses ini, Alma mengenal lebih jauh kisah keluarganya, memahami budaya yang diwariskan ayahnya, dan perlahan-lahan menemukan kebanggaan terhadap identitasnya sebagai bagian dari komunitas Latinx.
Salah satu aspek paling kuat dari Brownstone adalah eksplorasinya terhadap identitas. Alma sempat tumbuh dengan anggapan bahwa dirinya keturunan Meksiko, namun kenyataannya, ia berasal dari Guatemala. Perbedaan ini tampak kecil, tetapi bagi Alma, hal itu mengguncang persepsinya tentang siapa dirinya sebenarnya.
Dalam proses mencari jati diri, Alma merasakan kebingungan dan bahkan penolakan. Ia tidak menguasai bahasa Spanyol, sehingga sering merasa “tersisih” dalam percakapan dengan ayah dan komunitas sekitar. Di sinilah Samuel Teer menggambarkan betapa kompleksnya pengalaman menjadi anak dari latar belakang imigran selalu berada di antara dua dunia, tanpa merasa sepenuhnya milik salah satunya.
Namun, perjalanan Alma tidak berhenti pada rasa asing itu. Dengan perlahan, ia belajar menghargai warisan budaya keluarganya, baik melalui kisah-kisah yang diceritakan Xavier maupun melalui pengalaman bekerja bersama dalam renovasi rumah. Pada akhirnya, Alma memahami bahwa identitas bukan hanya soal bahasa atau label etnis, melainkan juga soal hubungan, kenangan, dan kebanggaan yang kita bangun sendiri.
Kekuatan emosional terbesar novel ini terletak pada hubungan ayah dan anak yang ditampilkan begitu realistis. Xavier bukanlah ayah yang sempurna, ia penuh penyesalan karena pernah absen dari kehidupan putrinya. Sementara Alma pun menyimpan kekecewaan karena harus membangun hubungan dari nol dengan seseorang yang seharusnya sudah dekat sejak lama.
Proses mereka membangun kembali ikatan terasa natural, dimulai dari percakapan canggung, momen keheningan, hingga tawa yang muncul tiba-tiba dalam kebersamaan. Renovasi brownstone menjadi simbol bagaimana mereka memperbaiki fondasi yang sempat rapuh, batu demi batu, paku demi paku. Dalam keheningan dan kerja keras itu, lahirlah kembali kepercayaan dan kasih sayang.
Selain tema keluarga dan identitas, "Brownstone" juga menyinggung isu sosial yang relevan, gentrifikasi. Xavier tidak hanya ingin merenovasi rumah itu untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk menyewakannya kepada anggota komunitas yang kesulitan bertahan di tengah perubahan kota. Melalui hal ini, Teer menyoroti perjuangan komunitas Latinx dalam menjaga ruang hidup mereka dari ancaman modernisasi yang seringkali meminggirkan kaum minoritas.
Dengan menghadirkan berbagai karakter dari komunitas sekitar, novel ini memperkaya narasi tentang kebersamaan, solidaritas, dan pentingnya menjaga warisan bersama. Karakter-karakter itu bukan hanya latar, melainkan juga suara-suara nyata dari sebuah komunitas yang ingin tetap bertahan.
Ilustrasi Mar Julia menjadi elemen penting dalam kesuksesan "Brownstone". Warna-warna hangat seperti cokelat, oranye, dan merah bata mendominasi halaman, menciptakan nuansa yang intim sekaligus nostalgik. Gaya gambarnya detail, terutama dalam ekspresi wajah yang menampilkan kegelisahan, tawa, dan keheningan dengan sangat kuat.
Teer menulis dengan gaya sederhana, tanpa drama berlebihan. Ia tidak memaksakan konflik besar, tetapi justru menekankan momen-momen kecil yang manusiawi, makan malam bersama, obrolan singkat, atau sekadar berbagi tawa. Dari momen-momen kecil itulah hubungan ayah dan anak berkembang, sekaligus memberikan pembaca rasa autentik yang menyentuh hati.
"Brownstone" adalah novel grafis yang kaya makna, menampilkan perpaduan harmonis antara cerita, tema, dan ilustrasi. Kisahnya tentang Alma dan Xavier bukan hanya sekadar tentang ayah dan anak, tetapi juga tentang bagaimana kita membangun kembali fondasi hubungan yang retak, menghargai warisan budaya, dan menemukan kebanggaan dalam identitas kita.
Sebagai karya yang berhasil, "Brownstone" membuktikan dirinya sebagai bacaan yang relevan, emosional, dan penting, baik untuk pembaca remaja maupun dewasa. Ia bukan hanya sebuah kisah tentang rumah yang direnovasi, tetapi juga tentang hati yang diperbaiki, tentang keluarga yang dipulihkan, dan tentang komunitas yang tetap bertahan meski dunia di sekitarnya berubah.
Identitas Buku
Judul: Brownstone
Penulis: Samuel Teer
Penerbit: Versify
Tanggal Terbit: 11 Juni 2024
Tebal: 320 Halaman
Baca Juga
-
Ulasan Novel Notes on an Execution: Catatan Terakhir Seorang Terpidana Mati
-
Novel Onwards and Upwards: Perjalanan Wanita Paruh Baya Menemukan Harapan
-
Ulasan Novel The Woman Who Met Herself: Sebuah Identitas dan Penyesalan
-
Novel Lessons in Chemistry: Perempuan yang Mengubah Cara Pandang Dunia
-
Novel Love Unmasked: Ketika Ekstrovert Meluluhkan Hati Seorang Introvert
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Notes on an Execution: Catatan Terakhir Seorang Terpidana Mati
-
Novel Onwards and Upwards: Perjalanan Wanita Paruh Baya Menemukan Harapan
-
Ulasan Novel The Woman Who Met Herself: Sebuah Identitas dan Penyesalan
-
Novel Lessons in Chemistry: Perempuan yang Mengubah Cara Pandang Dunia
-
Ulasan Novel Selamat Tinggal: Ketika Hukum Tak Lagi Gagah dalam Kebenaran
Ulasan
-
Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba - Infinity Castle: Awal dari Akhir Perjalanan Tanjiro Kamado
-
Ulasan Buku Make It Happen, Now! Panduan Perencanaan Finansial Keluarga
-
Ulasan Novel Notes on an Execution: Catatan Terakhir Seorang Terpidana Mati
-
Review Film The Bad Guys 2: Kombinasi Sempurna Antara Aksi dan Komedi!
-
Novel Onwards and Upwards: Perjalanan Wanita Paruh Baya Menemukan Harapan
Terkini
-
HBO Perkenalkan Keluarga Weasley Versi Serial Harry Potter, Ini Potretnya
-
BRI Super League: Persik Kediri Lepas Dua Pemain Muda, Demi Menit Bermain?
-
Apresiasi Erick Thohir untuk Sumatera Utara Usai Sukses Gelar Piala Kemerdekaan 2025
-
Maarten Paes Cedera dan Tak Bisa Bela Timnas, 4 Pemain Ini Siap Gantikan!
-
Komunitas Buku sebagai Safe Space: Pelarian dari Kegaduhan Dunia Digital