Tuhan menganugerahi manusia dengan rasa cinta. Sebuah rasa yang mestinya dapat kita kelola dengan cerdas dan bijaksana. Jangan sampai rasa cinta tersebut dilampiaskan secara berlebihan kepada orang atau sesuatu yang tak layak untuk dicinta dan dipuja secara membabi buta.
Kecintaan seseorang yang terlalu berlebihan terhadap orang yang dicintainya, atau terhadap dunia dan seisinya, dapat mengantarkan orang tersebut kepada kehancuran dan rasa penyesalan di kemudian hari.
BACA JUGA: Ulasan Buku Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan, Biar Nggak Overthinking!
Tugas kita adalah berusaha mengelola rasa cinta yang ada dengan proporsional. Cinta kepada keluarga, cinta kepada sahabat, cinta kepada pasangan hidup, dan satu lagi yang tak boleh kita abaikan, yakni cinta kepada Sang Maha Pemilik Cinta. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, mestinya selalu kita utamakan dan jangan sampai dikesampingkan.
Yannah Akhras dalam bukunya yang berjudul ‘Agar Cinta Tidak Buta’ (Quanta, Jakarta) menyatakan bahwa cinta itu fitrah. Semua makhluk hidup, setiap hamba pasti akan merasakannya. Cinta pada orangtua, cinta pada teman, cinta pada saudara, sampai cinta pada lawan jenis. Dan inilah cinta yang paling rawan, sebab cinta ini jugalah yang hampir membawa Nabi Yusuf pada fitnah. Meski harus pula kita akui bahwa cinta kita pada lelaki atau perempuan (lawan jenis) adalah juga fitrah.
BACA JUGA: Ulasan Buku Seni Memahami Hidup, agar Hidup Tidak Sekadar Hidup
Menurut Yannah, tidak ada cinta murni di dunia ini, kecuali yang dinisbatkan kepada keridhaan Allah semata. Sebagaimana diungkapkan dalam hadis Rasulullah, “Cintamu pada sesuatu akan membuatmu buta dan tuli.” (HR. Abu Daud). Maksud dari perkataan ini adalah bahwasannya kecintaan kita pada sesuatu selain Allah hanya akan membuat kita tidak mampu melihat dan mendengar cela atau kesalahan orang yang kita cintai.
Itu artinya, kecintaan kita pada selain Allah akan menjadikan bodoh, tidak bisa berpikir jernih. Kita pun mengkhayalkan sesuatu yang kita cintai tersebut secara tidak murni dan terkontaminasi, misalnya hasrat nafsu, ingin memiliki, ingin menguasai, dan sebagainya (hlm. 2).
Terbitnya buku ini dapat dijadikan sebagai sarana pengingat bagi kaum remaja, agar berusaha mengelola rasa cintanya dengan baik dan tidak melenceng dari aturan yang telah ditetapkan dalam ajaran Islam. Buku ini menjadi semacam nasihat cinta yang mencerahkan buat kaum muda.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
-
Ulasan Buku Jadilah Pribadi Optimistis, Lebih Semangat Mengarungi Kehidupan
Artikel Terkait
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
-
Di Antara Luka dan Pulih: Lika-Liku Luka, Sebuah Perjalanan Menjadi Manusia
-
Ulasan Novel Love, Mom: Surat Berisi Teka Teki Meninggalnya Sang Ibu
-
Raih Nobel Sastra 2024, Han Kang Siap Rilis Buku Baru 'Light and Thread'
-
Novel Petualangan ke Tiga Negara: Perjalanan Edukasi yang Sarat Pengetahuan
Ulasan
-
Review Film Muslihat: Ada Setan di Panti Asuhan
-
The Help: Potret Kefanatikan Ras dan Kelas Sosial di Era Tahun 1960-an
-
The King of Kings Siap Tayang di Bioskop Indonesia Mulai 18 April
-
Review Film In the Lost Lands: Perjalanan Gelap Sang Penyihir dan Pemburu
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
Terkini
-
Tapaki Partai Puncak, Romantisme Pendukung Uzbekistan dan Indonesia Terus Berlanjut
-
Belajar Pendidikan dan Pembangunan Jati Diri Masyarakat dari Taman Siswa
-
5 Rekomendasi Film Baru Sambut Akhir Pekan, Ada Pengepungan di Bukit Duri
-
Perantara Melalui Sang Dewantara: Akar Pendidikan dan Politik Bernama Adab
-
Mengenal Chika Takiishi, Antagonis Wind Breaker Terobsesi Kalahkan Umemiya