Dalam hidup ini, ada banyak hal yang bisa membuat seseorang merasa tertekan dan stres. Salah satunya adalah overthinking atau berpikir berlebihan. Ketika menghadapi suatu masalah, kadang kita terlalu berkutat dalam hal tersebut yang pada akhirnya menghambat untuk maju.
Jika kamu pernah merasa demikian, mungkin kamu butuh sebuah inspirasi yang bisa membuatmu lebih ringan dalam menghadapi kenyataan hidup yang berat. Salah satunya adalah dengan membaca buku Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan, karya Tsuneko Nakamura dan Hiromi Okuda.
Secara umum, buku ini membahas tentang cara mengompromikan perasaan dengan kenyataan. Karena pada dasarnya, kenyataan yang sudah terjadi tidak bisa ditolak maupun diubah. Hal yang bisa kamu lakukan untuk berdamai dengan kenyataan adalah dengan mengompromikan perasaan.
Kamu punya kendali untuk merasa marah, sedih, terpuruk, atau malah perasaan yang sebaliknya. Menerima, berlapang dada, dan mensyukuri hal-hal kecil yang terjadi di sekitarmu.
Awalnya saya pikir buku ini sejenis buku self-help yang menyajikan tips-tips tentang hidup damai tanpa overthinking. Tapi ternyata dugaan saya salah. Buku ini ternyata berisi pengalaman hidup Tsuneko Nakamura yang kemudian diceritakan ulang oleh Hiromi Okuda.
Pengalaman nyata yang disajikan oleh penulis menurut saya begitu banyak menampar diri sendiri yang terkadang sering mengeluh dengan permasalahan hidup.
Apalagi ketika berkaca dengan banyaknya persoalan yang pernah dialami oleh Tsuneko yang merupakan seorang dokter dan psikiater dengan jam terbang sudah berpuluh tahun dalam menangani pasien.
Walaupun usianya tidak lagi muda, namun dr. Tsuneko adalah pribadi yang sangat bersemangat, pantang mengeluh, dan mencintai pekerjaannya. Padahal, sedari muda ia digempur dengan begitu banyak cobaan dan ujian, namun ia bisa menanggapinya dengan ringan dan santai.
Wah, sangat berbeda dengan kondisi kaum milenial dan Gen Z yang sedikit-sedikit mengeluh dan butuh healing, macam saya ini. Kalau diterpa konflik malah seringnya overthinking dan susah move on.
Jika kamu merasakan hal ini juga, tidak ada salahnya kamu baca buku ini, deh. Ada banyak hal yang dibagikan oleh penulis, berdasarkan pengalamannya sendiri. Mulai dari permasalahan tentang karier dan pekerjaan hingga bagaimana cara agar bisa hidup tenang.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Menyelusuri Misteri dan Psikologi dalam Buku 'Mr. Nobody'
-
Ulasan Novel A Little Princess: Karya Klasik Penuh Pesan Moral dari Anak Kecil
-
Ulasan Buku 'Beauty Undercover for Muslimah', Pentingnya Menjaga Penampilan
-
Upaya Meraih Bahagia Lewat Buku 'Finding Sustainable Happiness'
-
Kisah Cinta Naif Di Masa Nazi, Ulasan Novel Lelaki Malang, Kenapa Lagi?
Ulasan
-
Perjuangan untuk Hak dan Kemanusiaan terhadap Budak dalam Novel Rasina
-
Ulasan Novel Larung, Perlawanan Anak Muda Mencari Arti Kebebasan Sejati
-
Suka Mitologi Asia? Ini 4 Rekomendasi Novel Fantasi Terjemahan Paling Seru!
-
4 Alasan Kamu Harus Nonton Drama Sejarah-Politik The Prisoner of Beauty
-
Ulasan Film The Shadow's Edge: Pertarungan 2 Aktor Veteran di Kejahatan Cyber
Terkini
-
Viral! Napi Ini Tolak Kebebasan dan Memilih Tetap di Penjara
-
Unjuk Semangat Jiwa Muda, Baby DONT Cry Teriak I Don't Care di Lagu Terbaru
-
Viral Chemistry Olla Ramlan dan Tristan Molina, Ada Hubungan Spesial?
-
Psikologi Warna: Kenapa Kuning atau Biru Bisa Jadi Kunci Kebahagiaan Kecil di Sudut Rumah Anda
-
Mau Jadi 'Plant Parent' Sukses? Ini 10 Senjata Wajib Punya Biar Tanamannya Gak Mati Terus