"Yellowface" adalah buku yang membuat saya terdiam, merenung, dan melihat ke diri sendiri. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama karangan R. F. Kuang ini bercerita tentang seorang penulis bernama June Hayward yang gagal saat debut.
Pengalaman June ini sedikit banyak mengingatkan saya bahwa menjadi penulis memang tidak semudah yang dibayangkan. Namun kegagalan ini membuat June melakukan hal yang salah.
Iri atas Athena Liu, teman sekampusnya yang berhasil jadi penulis terkenal membuat June nekat mencuri naskah Athena saat temannya itu meninggal. Ketika naskah itu dia sodorkan ke penerbit atas namanya sendiri, June akhirnya merasakan kesuksesan sebagai penulis.
Namun meski naskahnya telah laku keras, June belum bahagia karena bayangan Athena terus menghantuinya. Ia diliputi rasa bersalah. Bukti-bukti juga bermunculan dan bisa mengancam reputasinya.
Membaca "Yellowface" membuat saya sempat lupa kalau ini hanya fiksi karena terasa sangat nyata. Mulai dari banyak latar tempat, waktu, suasana, dan keadaan sosialnya.
Novel ini tidak cocok bagi kamu yang tidak suka alur slow paced karena akan terasa lama dalam membaca. Namun menurut saya, penulis mengemas narasi dengan baik sehingga saya tetap betah hingga halaman terakhir buku ini.
Isu-isu dalam novel ini juga sangat relevan. Mulai dari netizen Twitter yang suka menyebar kontroversi, fomo, bisnis penerbitan yang tidak selalu mementingkan kualitas dan hanya mengejar bisnis, ulasan di Goodreads, kesehatan mental, hingga isu Palestina yang belakangan ini juga ramai dibicarakan.
Saya paling suka dengan isu penerbitan dan Goodreads karena terasa dekat dengan keseharian dan fakta yang banyak saya lihat di lapangan.
Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, membaca "Yellowface" rasanya seperti tertegun. Apakah buku-buku yang kita buat sudah benar-benar baik atau hanya sebatas bisnis yang mencari keuntungan?
Apakah ulasan-ulasan yang kita buat benar-benar karena hobi dan kepedulian pada literasi atau hanya ikut-ikutan dan ingin populer?
Lalu apakah tweet yang pernah kita buat sudah benar-benar bijak atau sengaja ingin merusak reputasi suatu pihak?
Pertanyaan-pertanyaan ini banyak membuat saya berpikir kembali. Kisah June terasa begitu dekat dan menyentuh hati saya. "Yellowface" memang buku yang luar biasa.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
TWS 'Last Festival': Nostalgia Perpisahan Sekolah Penuh Emosi
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Mama yang Berubah Jadi Peri di Mummy Fairy and Me 4: Keajaiban Putri Duyung
-
Doyoung NCT 'The Story': Ceria Hidup Layaknya Healing dan Pelukan Hangat
Artikel Terkait
-
Tips Dee Lestari Atasi Writers Block, Tak Harus Liburan ke Bali!
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Xenoglosofilia: Apa yang Membuat Kita Tertarik pada Bahasa Asing?
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
Ulasan
-
Review Gunpowder Milkshake: Ketika Aksi Bertemu dengan Seni Visual
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Bisa Self Foto, Abadikan Momen di Studio Terbesar Kota Jalur
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
Terkini
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Memerankan Ibu Egois di Family by Choice, Kim Hye Eun: Saya Siap Dihujat
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat
-
Alfan Suaib Dapat Panggilan TC Timnas Indonesia, Paul Munster Beri Dukungan