Novel 'Everything Everything' garapan Nicola Yoon ini mengisahkan hidup dari seorang gadis berusia 17 tahun, Madeline, yang menderita sebuah penyakit parah gabungan immunodeficiency (SCID) yang mengharuskannya untuk tetap di rumah.
Sepanjang hidupnya itu, Madeline hanya ditemani oleh sang ibu, Paulin, dan perawat bernama Carla. Namun, pada suatu hari Madeline melihat tetangga barunya, Olly, dari jendela kamar. Kehidupan sepi Madeline berubah ceria semenjak kehadiran Olly di dekat rumahnya.
Nicola Yoon sukses membuat emosi pembaca teraduk-aduk dengan kisah persahabatan Madeline dan Olly. Ditambah, buku ini memiliki cover cantik yang menyegarkan mata begitu tiap orang melihatnya di rak toko buku.
Mengulik dari segi cerita, premis yang digunakan Yoon cukup unik dan menyenangkan. Gaya kepenulisannya juga mengalir natural dengan menyisipkan bumbu humor yang ringan tetapi khas.
Awalnya, kita akan melihat bagaimana Maddy hidup dalam rasa kesepiannya selama 17 tahun. Konflik tersebut dibawakan Maddy dengan kesan remaja yang kental tentang bagaimana ia membunuh kebosanannya yang seringkali menciptakan konflik batin untuk Maddy berusaha keluar dari zona nyamannya.
Dua tokoh utama juga digambarkan dengan kelebihan masing-masing yang berhasil memikat pembaca. Maddy cukup menyenangkan untuk ukuran gadis yang tidak pernah keluar rumah sekaligus bersosialisasi dengan orang lain.
Sementara Olly, hidupnya yang dilatarbelakangi dari keluarga yang keras tidak menyulutkan sifatnya sebagai cowok humoris yang sukses membuat pembaca jatuh cinta.
Kisah percintaan mereka pun digambarkan melalui adegan-adegan simpel yang terasa kuno tetapi menghangatkan hati pembaca. Kita akan merasa sedikit geli dan gemas dengan interaksi keduanya melalui percakapan antara jendela rumah, mengobrol secara online, hingga saling melemparkan lelucon atau puisi. Jelas bahwa interaksi tersebut sangat jauh dari kehidupan percintaan remaja di Amerika Serikat pada umumnya.
Buku ini menjadi sukses dan banyak direkomendasikan di seluruh dunia karena alur cerita yang cukup plot twist tetapi justru memberikan kesan cerita ringan secara bersamaan. Akhir cerita yang mungkin bisa kita imajinasikan sejak awal kisah akan langsung hilang begitu plot twist tersebut muncul.
Secara keseluruhan, Everything Everything adalah novel cinta khas remaja yang sakit tetapi menginginkan akhir bahagia bagi kisah keduanya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ramai Dibahas, Live-Action Avatar: The Last Airbender Resmi Lanjut Season 3
-
Elle Fanning Digaet Jadi Effie di The Hunger Games: Sunrise on the Reaping
-
Sinopsis Mission: Impossible - The Final Reckoning, Akhir Saga Terkenal
-
Kim Soo-hyun Terancam Digugat Rp70 Miliar Imbas Pembatalan Fan Meeting
-
Raih Skor 93 Persen, Bloodlines Jadi Film Terbaik dari Final Destination
Artikel Terkait
-
Keseimbangan Antara Naluri Alamiah dan Nilai Ketuhanan dalam Antologi Puisi 'Penyair Jalang'
-
Serunya Kehidupan Dunia Antah Berantah dalam Dallergut: Toko Penjual Mimpi
-
Buku Hidup Sederhana, Hadir di Sini dan Saat Ini: Bijak Menyikapi Kehidupan
-
Sad Clown Paradox: Dilema Emosional dalam Hubungan Remaja
-
Melakukan Perjalanan Emosional Lewat Novel "Kisah yang Belum Usai" Karya Fabby Alvaro
Ulasan
-
Review Film Sneaks: Petualangan Penuh Warna dari Sepasang Sneaker
-
Kampung Coklat: Wisata Edukasi Menarik di Kota Blitar
-
Ulasan Novel Good Bad Girl: Empat Perempuan dan Satu Misteri Kematian
-
ONEWE Rayakan Perpisahan dengan Pesta Lewat Lagu Bertajuk 'End of Spring'
-
Ulasan Buku 'Who Are You?', Cara Memahami Pikiran Bawah Sadar Seseorang
Terkini
-
Refleksi Diri Mahasiswa di Balik Kritik, Jangan Terlalu Defensif!
-
Ramai Dibahas, Live-Action Avatar: The Last Airbender Resmi Lanjut Season 3
-
Dilema Nathan Tjoe-A-On: Jadi Cadangan Mati di Klub, Karir di Timnas Kian Abu-abu
-
Elle Fanning Digaet Jadi Effie di The Hunger Games: Sunrise on the Reaping
-
Tom Cruise Beberkan Perjuangannya selama Syuting Film Mission: Impossible 8