Troll merupakan film arahan sutradara Roar Uthaug dan dibintangi Ine Marie Wilmann, Kim Falck, Mads Pettersen sampai Gard B. Eidsvold. Kisahnya mengikuti tindakan pemerintah Norwegia yang diwakilkan ahli paleontologi bersama militer untuk menghentikan Troll, makhluk mitologi raksasa yang sebab ledakan tambang di pegunungan Dovre, ia terbangun dan kemudian bergerak meninggalkan kawasan pegunungan untuk menuju Oslo, ibu kota Norwegia.
Pemerintah lewat kebijakannya, mengatur operasi militer untuk mengatasi Troll demi keselamatan banyak nyawa. Namun, alih-alih berhasil mengatasi masalah, operasi militer tersebut malah makin memprovokasi Troll sehingga kerusakan dan pembantaian kian menjadi-jadi. Nora Tidemann, sang ahli paleontologi pada akhirnya menyarankan ke pemerintah untuk mengatasi masalah Troll dengan cara konvensional, alias berkiblat pada dongeng yang mengungkap kelemahan Troll.
Dari segi konsep cerita, Troll adalah film yang memadukan elemen fiktif dalam kehidupan realitas manusia modern. Sehingga perkembangan cerita yang diawali dari proses observasi yang dipenuhi perdebatan dan kebingungan para tokoh terhadap fenomena yang tak pernah ditemukan dalam sejarah manusia manapun itu, dirasa pas sebab menghadirkan pola tindak dan pikir manusia modern yang apa adanya, artinya film ini meski menghadirkan elemen fiktif, namun tetap mempertahankan unsur rasionalitas.
Untuk konsep cerita yang demikian, pastinya eksekusi emosi para pelakon peran menjadi elemen yang krusial. Mengingat, konsep cerita menghadirkan suatu yang fiktif di kehidupan manusia modern, maka bayangan saya, yang tercipta dari fenomena tersebut adalah huru-hara, ketakutan sampai kepanikan massal.
Namun, alih-alih menghadirkan reaksi yang demikian, para tokoh utama justru lebih menonjolkan emosi terkejut sampai tercengang sewaktu berhadapan dengan makhluk mitologi, Troll. Sehingga menurut saya para tokoh utama kurang ekspresif dalam mengeksekusi emosi.
Yang mengangumkan dari film ini adalah eksekusi sinematografinya yang mantap. Pemilihan angle gambar di film ini pun mampu mengemas keindahan lansekap alam dan perkotaan, juga mendramatisasi suasana. Efek visualnya pun patut diapresiasi, Troll, makhluk mitologi sampai bentang alam di film ini dibuat sedemikian rupa dan tampak begitu nyata.
Secara keseluruan film ini, menarik untuk disaksikan, alur ceritanya yang mudah diikuti sampai kecanggihan efek visualnya yang mengangumkan adalah suatu yang sepadan untuk waktu yang kamu luangkan ketika menyaksikannya!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
6 Jenis Tanaman yang Dapat Mengatasi Bau Mulut, Ada Apel hingga Kemangi
-
Review Drama Korea Bergain: Kisah Impresif yang Dikembangkan dengan Masif
-
Ulasan Resident Playbook, Kisah Inspiratif tentang Jiwa Muda dan Perjuangan
-
4 Alasan Wajib Nonton Drama Korea Karma, Yakin Skip?
-
The Help: Potret Kefanatikan Ras dan Kelas Sosial di Era Tahun 1960-an
Artikel Terkait
Ulasan
-
Dari Anak Nakal Jadi Pahlawan Kota: Kisah Seru di Balik The Night Bus Hero
-
Imbas Ulah Lembaga Sensor, Kenikmatan Nonton Film The Red Envelope Jadi Hilang
-
Wisata Air Terjun Lapopu, Disebut-sebut Tertinggi di Sumba
-
Review Lagu Wide Awake: Ajakan Bertahan Saat Dunia Terasa Sedang Runtuh
-
Kisah Anak Pengungsi dari Suriah dalam Novel The Boys at the Back of The Class
Terkini
-
6 Rekomendasi Drama China dari Pemain The Prisoner of Beauty
-
Gebrakan Baru Kluivert untuk Timnas Indonesia, Asnawi Mangkualam Comeback!
-
Bad Hair Day? Nggak Lagi! Intip 5 Gaya Rambut Simpel ala Go Min Si
-
Bukan Luffy, Oda Ungkap Karakter Ini Paling Dekat dengan Harta One Piece
-
Sinopsis Mungkin Kita Perlu Waktu, Upaya Sebuah Keluarga Lewati Duka