Pernahkah kamu merasa jika kata-kata yang diucapkan penuh hati-hati dan tersusun ternyata tidak benar-benar mendapatkan respon sesuai yang diinginkan? Jonah Berger, seorang profesor pemasaran di Wharton School, menjawab keresahan ini lewat bukunya “Magic Words: What to Say to Get Your Way.”
Buku ini membongkar bagaimana pilihan kata dapat meningkatkan pengaruh, membangun kepercayaan diri, dan bahkan mengubah perilaku orang lain.
Identitas Buku
- Judul: Magic Words: What to Say to Get Your Way (versi terjemah Magic Words: Kata-kata Ajaib untuk Mendapatkan Semua yang Kita Inginkan)
- Penulis: Jonah Berger
- Penerjemah: Yusa Tripeni
- Penerbit: Bentang Pustaka
- Tahun Terbit: 2023
- Jumlah Halaman: 300 Halaman
- Jenis Buku: Self-Improvement
Berger menyebutkan ada enam jenis "kata ajaib" yang dapat kita gunakan untuk membentuk kesan, membujuk, dan memengaruhi orang di sekitar kita. Berikut penjelasan detailnya:
1. Bahasa Identitas: Ubah Aksi Menjadi Identitas
Alih-alih mengatakan “tolong bantu”, ubah menjadi “jadilah penolong.” Mengapa? Karena orang akan lebih terdorong melakukan sesuatu ketika hal itu menyangkut identitas mereka.
Contoh lain, daripada berkata “aku tidak bisa”, katakan “aku tidak melakukannya”. Kata “tidak” menunjukkan komitmen, sementara “tidak bisa” terdengar seperti alasan.
2. Singkirkan Batasan, Ganti dengan Ungkapan Kepastian
Kata seperti “mungkin,” “bisa jadi,” atau “sepertinya” membuat kita terdengar ragu. Berger menyarankan untuk menggantinya dengan kata-kata yang menunjukkan keyakinan seperti “jelas,” “tentu,” atau “niscaya.”
Dalam presentasi, kalimat “Mungkin strategi ini akan berhasil” akan terdengar lebih meyakinkan jika diubah menjadi “Strategi ini jelas akan memberikan hasil positif.”
3. Hilangkan “Hmm” dan “Umm”
Kata pengisi seperti “hmm” atau “umm” adalah hal wajar dalam percakapan. Namun, jika terlalu sering digunakan, kesan percaya diri kita bisa menurun. Berger menyarankan untuk diam sejenak jika butuh waktu berpikir. Hening sebentar lebih baik daripada mengisi ruang dengan suara yang menunjukkan keraguan.
4. Bicara di Masa Kini, Bukan Masa Lalu
Berger mengungkapkan bahwa menggunakan bentuk kata kerja masa kini membuat pernyataan terasa lebih hidup dan meyakinkan. Contohnya, “Aku menyukai buku itu” terdengar lebih kuat daripada “Dulu aku suka buku itu.”
Perubahan kecil ini memberi kesan bahwa perasaan dan opini kita masih relevan hingga saat ini.
5. Menyampaikan Cerita, Bukan Sekadar Fakta
Buku ini menekankan pentingnya menyisipkan emosi dan identitas dalam percakapan. Fakta memang penting, tetapi cerita yang menyentuh hati akan lebih mudah diingat dan dipercaya. Bahkan dalam dunia bisnis sekalipun, mengaitkan data dengan kisah nyata dapat meningkatkan kekuatan pesan yang kita sampaikan.
6. Kata-Kata yang Menghubungkan & Membangun Kedekatan
Berger juga membahas bagaimana kata-kata dapat membangun rasa kebersamaan. Menggunakan kata seperti “kita” alih-alih “saya” dapat menciptakan perasaan memiliki tujuan bersama. Dalam konteks kerja tim, “kita bisa menyelesaikannya” jauh lebih memotivasi daripada “saya berharap kalian bisa menyelesaikannya.”
Kelebihan & Kekurangan Buku Ini
Buku “Magic Words” memiliki gaya yang cepat, interaktif, dan penuh eksperimen menarik. Setiap poin dilengkapi dengan studi kasus dari berbagai bidang—mulai dari pemasaran, psikologi, hingga dunia pendidikan. Juga ada ringkasan di setiap bab yang telah dibahas secara rinci.
Namun, bagi sebagian pembaca, banyaknya contoh membuat buku terasa melebar ke terlalu banyak arah. Alih-alih mendalami satu konteks secara rinci, pembahasan justru berpindah-pindah dari satu kasus ke kasus lain. Bahasa yang digunakan juga terlalu banyak pengulangan dan terkesan membosankan. Sangat disayangkan karena buku ini membahas hal yang menarik dan penting tapi tidak selaras dengan pengemasannya yang biasa.
Kenapa Layak Dibaca?
Buku ini mengingatkan bahwa kata-kata bukan hanya sekadar alat komunikasi. Kata-kata membentuk citra diri kita, memengaruhi bagaimana orang lain memandang kita, dan menentukan apakah pesan kita berdampak atau tidak.
Bagi yang ingin meningkatkan kemampuan berbicara, memimpin presentasi, atau sekadar meninggalkan kesan positif dalam percakapan sehari-hari, “Magic Words” bisa menjadi panduan yang mencerahkan.
Baca Juga
-
Mercusuar Cafe & Resto: Spot Foto Magical ala Negeri Dongeng di Bandung!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Mercusuar Cafe & Resto: Pesona Kastil Iblis Cocok untuk Pencinta Gotik!
-
Lafayette Coffee & Eatery: Nongkrong Cantik ala Princess Dubai di Malang!
-
4 Alasan Kenapa Kamu Harus Nonton Dear X, Bikin Deg-degan Sekaligus Mikir!
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Saujana Cinta: Iman dan Cinta yang Terikat Selamanya
-
Ulasan Novela Sayap-sayap Patah: Kisah Cinta yang Murni, Tragis, dan Puitis
-
Review Buku Life is Yours: Sebuah Pelukan di Tengah Krisis Diri
-
Mengulik Novel Sesuk Karya Tere Liye: Misteri Rumah dan Wabah Kematian!
-
Belajar dari Malaysia: Voucher Buku sebagai Investasi Masa Depan Literasi
Ulasan
-
Menguliti Dilema Moral di Balik Series I Love You My Teacher
-
Review Film Wicked - For Good: Manis Kendatipun Kurang Magis
-
Drama Dunia Gaib yang Menguak Kenyataan Pahit dalam Novel Karya Titah AW
-
Ulasan Film Emergency Declaration: Teror di Langit dan Pertaruhan Nurani
-
Review Film Pesugihan Sate Gagak: Serunya Nonton Trio Kocak, Gokil Banget!
Terkini
-
Simon Tahamata dan Komentarnya yang Perkuat Fakta Indonesia Butuh Pelatih Sekarakter STY
-
Target Medali Perak Timnas Indonesia di SEA Games 2025: Realistis atau Pesimistis?
-
Butuh Waktu 5 Tahun, Pelangi di Mars Akhirnya Siap Meluncur pada 2026!
-
Ironi Hari Guru: Ketika Cokelat Murid Dianggap Ancaman Gratifikasi
-
Lebih dari Sekadar Pengantar Tidur: Sains di Balik Musik untuk Relaksasi