Danau Kelimutu menjadi tempat wisata yang unik di Flores, NTT. Danau Kelimutu terkenal karena tiga warna kawahnya memiliki warna yang berbeda. Dengan latar belakang mitos dan keindahan alam yang menakjubkan, Danau Kelimutu bisa menjadi destinasi wisata yang tepat.
Pemandangan Danau Kelimutu
Danau Kelimutu merupakan kawah dari sebuah gunung berapi bernama Gunung Kelimutu yang terletak di Pulau Flores, Kabupaten Ende, Provinsi NTT. Danau Kelimutu memiliki tiga warna yang paling sering terlihat, yaitu biru, hijau, dan merah kehitaman. Perbedaan warna danau inilah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Saat matahari mulai muncul dari balik bukit-bukit di sekitar, Danau Kelimutu memancarkan keindahan yang memukau. Cahaya matahari yang menyentuh permukaan air danau menampilkan warna-warna yang berbeda di tiap kawahnya. Apalagi saat sunrise, keindahan pemandangan Danau Kelimutu terlihat sangat bagus. Disarankan datang ke sana saat pagi atau siang saja, karena sore sering tertutup kabut.
Perjalanan menuju ke Danau Kelimutu pun sangat bagus. Sepanjang perjalanan, Anda akan melihat keindahan hutan tropis dan suara burung yang berkicau. Suasananya tenang dan hawanya dingin, cocok untuk jogging di pagi hari.
Cerita Magis Danau Kelimutu
Perubahan warna Danau Kelimutu dipercaya memiliki cerita magis tentang roh – roh yang tinggal di kawahnya. Ketiga Danau Kelimutu ini dipercaya sebagai tempat tinggal roh – roh yang sudah meninggal. Ketiga danau Kelimutu tersebut bernama Tiwu Nuwa Muri Koo Fai, Tiwu Ata Polo, dan Tiwu Ata Mbupu.
Ketiga nama danau tersebut memiliki artinya tersendiri. Tiwu Nuwa Muri Koo Fai berarti danau tempatnya para jiwa anak muda. Tiwu Ata Polo berarti tempatnya jiwa orang-orang meninggal yang dalam hidupnya sering melakukan kejahatan. Dan terakhir Tiwu Ata Mbupu berarti tempat jiwa orang tua yang sudah meninggal dan biasanya berwarna biru.
Rute Menuju ke Danau Kelimutu
Untuk mencapai Danau Kelimutu, wisatawan biasanya melakukan perjalanan dari Ende. Dari Bandara Ende Anda bisa menyewa motor dan menginap di Moni yang terletak di kaki gunung Taman Nasional Kelimutu. Perjalanan ini kurang lebih 2 jam, dengan jalan yang lumayan mulus namun berkelok-kelok.
Di pagi harinya sekitar jam 04.00, Anda bisa mengejar sunrise ke Danau Kelimutu yang berjarak kurang lebih 15 menit dari penginapan di Moni.
Setelah sampai di parkiran, Anda harus mendaki sedikit lewat tangga yang lumayan agak panjang. Jalannya sudah bagus. Untuk waktu yang dibutuhkan kurang lebih 30 menit dari parkiran ke lokasi danau.
Di sana juga tersedia ojek bagi Anda yang ingin naik ke atas Danau Kelimutu. Namun Anda harus bilang ke tukang ojeknya untuk menjemput lagi, karena di atas tidak ada ojek. Jika seperti itu, Anda harus turun dengan jalan kaki. Anda bisa minta nomor telepon ojeknya agar mudah.
Anda juga bisa menuju ke Danau Kelimutu jika sedang berada di ujung barat flores Labuan Bajo. Hanya butuh 2 hari dari Labuan Bajo ke Danau Kelimutu. Anda bisa ambil penerbangan dari Labuan Bajo ke Ende sekitar 45 menit, kemudian bermalam di Moni. Besoknya, Anda bisa langsung menuju ke Danau Kelimutu untuk mengejar sunrise.
Tiket Masuk
Tiket masuk ke kawasan Taman Nasional Kelimutu adalah Rp. 5000 untuk wisatawan lokal, dan Rp. 150.000 untuk wisatawan luar. Untuk biaya parkirnya adalah Rp. 5000 untuk motor dan Rp. 10.000 untuk mobil. Harga tiketnya sangat murah ya, namun pemandangan yang disuguhkan sudah tidak diragukan lagi keindahannya.
Keindahan Pulau Flores sudah tidak diragukan lagu. Adanya Danau Kelimutu tiga warna ini dapat memperkenalkan keindahan Indonesia ke wisatawan mancanegara. Bagi kalian yang bingung mencari tempat wisata di Indonesia bagian timur, Danau Kelimutu bisa menjadi rekomendasi yang tepat.
Baca Juga
-
Kisah Manis Keluarga di Novel 'Rahasia Keluarga dan Cerita-Cerita Lainnya'
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel The One and Only Bob, Kisah Berani Bob sang Anjing Kecil
-
Ulasan Novel The One and Only Ivan, Kisah Emosional Gorilla di Dalam Jeruji
-
The Wild Robot Escapes, Kisah Epik Tentang Rumah, Cinta, dan Kebebasan
Artikel Terkait
-
Kawasan Pesisir Jakarta Dinilai bisa jadi Model Wisata Urban, Benarkah?
-
Desa Wisata Bromonilan, Menikmati Sejuknya Udara khas Pedesaan di Jogja
-
Pura Batu Bolong, Wisata Religi di Tepian Pantai Senggigi Lombok
-
Desa Wisata Pulesari, Tawarkan Suasana Asri dengan Banyak Kegiatan Menarik
-
Libur Paskah, Warga Jakarta Serbu Tebet Eco Park
Ulasan
-
Ulasan Novel Monster Minister: Romansa di Kementerian yang Tak Berujung
-
Ulasan Novel The Confidante Plot: Diantara Manipulasi dan Ketulusan
-
Review Film Drop: Dinner Romantis Berujung Teror Notifikasi Maut
-
Pengepungan di Bukit Duri: Potret Luka Sosial di Balik Layar Sinema
-
Review Anime Bofuri, Main Game VRMMORPG yang Jauh dari Kata Serius
Terkini
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Lebih Siap untuk Menjadi Juara Dibandingkan Tim Tuan Rumah!
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Taemin Buka Suara Soal Rumor Kencan dengan Noze, Minta Fans Tetap Percaya
-
Kartini di Antara Teks dan Tafsir: Membaca Ulang Emansipasi Lewat Tiga Buku
-
5 Rekomendasi Drama China tentang Siluman, Ada The Demon Hunter's Romance