Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Fathorrozi 🖊️
Buku novel anak "Luki, Jangan Ceroboh Lagi" (Dok.Pribadi/Fathorrozi)

Menanamkan sikap disiplin dan tanggung jawab kepada anak sangatlah penting. Baik dilakukan oleh orangtua di rumah maupun oleh guru di sekolah.

Tokoh utama dalam novel anak ini, Luckita Dewi alias Luki, digambarkan merupakan seorang anak yang suka bertindak ceroboh. Kerapkali ia mendapat hukuman dari guru di sekolah lantaran lambat datang.

Namun, apapun bentuk hukuman dari guru kepadanya, selalu Luki terima dengan lapang dada dan ia jalanai dengan setulus hati.

Bagi orangtua yang ingin menumbuhkan sikap disiplin dan tanggung jawab kepada buah hatinya, atau seorang guru yang hendak menanamkan dua sikap luhur ini kepada anak didiknya, buku novel anak berjudul Luki, Jangan Ceroboh Lagi ini, tentu sangat direkomendasikan.

Identitas Buku

Judul: Luki, Jangan Ceroboh Lagi

Penulis: Fajriatun Nur

Penerbit: Indiva Media Kreasi

Tebal: 144 halaman

Cetakan: Januari, 2020

ISBN: 978-602-495-136-8

Ulasan Buku

Buku seri pendidikan karakter untuk anak yang berjudul Luki, Jangan Ceroboh Lagi ini, berkisah seorang anak perempuan bernama Luki, siswi SD Mutiara, yang seringkali berbuat ceroboh.

Di awal cerita, Luki telat bangun pagi. Sebab takut terlambat masuk sekolah, Luki tak sempat sarapan nasi. Mandi pun ia lupa tak gosok gigi dan sisa sampo masih lengket di bagian rambut. 

Sampai di sekolah, Luki telah ditutupi pintu gerbang. Ia boleh masuk asal langsung menemui guru BP. Meski kerapkali bertindak ceroboh, Luki terdidik menjadi siswa yang bertanggung jawab. Ia berani berbuat, juga berani bertanggung jawab.

Dengan membaca novel ini, pembaca (terlebih pembaca seusia anak SD) akan mendapat banyak pelajaran, salah satunya mengenai kedisiplinan dan tanggung jawab. Lewat tokoh utama yang bernama Luki, pembaca akan mampu mengelola waktu. Tak akan begadang larut malam, mengerjakan tugas rumah hingga tuntas, dan datang ke sekolah tak akan terlambat. 

Sementara sikap tanggung jawab, digambarkan saat Luki menerima dengan tulus tugas tambahan sebagai hukuman sebab ia lambat datang ke sekolah dan salah mengerjakan tugas.

"Ma-maaf, Bu. Saya keliru halaman mengerjakan tugasnya," cicit Luki hampir tak terdengar.

Setelah bel pelajaran usai, Luki langsung bergegas menuju dapur sekolah. Bu Uus tampak sibuk menuang sup ke wadah besar.

"Dapat bonus dari siapa?" tebak Bu Uus saat melihat Luki masuk dapur. Di SD Mutiara, hukuman diganti dengan kata tugas tambahan.

"Bu In. Gara-gara telat masuk kelas," jawab Luki singkat (halaman 17).

Pendek kata, buku ini sangat direkomendasikan. Membacanya dengan tanpa merasa digurui, anak kita berangsur-angsur akan menjadi insan harapan yang disiplin dan penuh tanggung jawab.

Fathorrozi 🖊️