Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | raysa zahra
Sampul depan buku Dua Dini Hari (Goodreads)

Halo, booklovers! Kali ini kita akan mengulas buku "Dua Dini Hari", sebuah novel fiksi yang mengeksplorasi misteri pembunuhan di tengah gemuruh kota yang tak pernah tidur.

Dengan mengangkat isu keadilan sosial serta nilai kemanusiaan, novel ini mengajak kita untuk bertanya: "Benarkah semua nyawa memiliki nilai yang sama di mata keadilan?"

Identitas Buku
• Judul buku: Dua Dini Hari
• Penulis: Chandra Bientang
• ISBN: 978-602-385-958-0
• Penerbit: Noura Books (PT Mizan Publika)
• Tanggal terbit: 1 Agustus 2019
• Jumlah halaman: 248 halaman
• Genre: fiksi, thriller, misteri, kriminal

Sinopsis

Di pinggir flyover kawasan Jatinegara, tiga anak jalanan ditemukan tewas tergantung, diikuti oleh satu mayat lagi yang terlilit kabel tiang listrik. Meskipun awalnya penyelidikan dilakukan dengan enggan, polisi akhirnya bertindak, meski tidak optimal.

Banyak yang menganggap mereka hanya gelandangan yang lebih baik dihilangkan dari jalanan demi mengurangi masalah kota. Namun, pertanyaannya, apakah nyawa mereka tidak berharga? Dan, siapakah pelaku yang bertanggung jawab atas kekejaman ini?

Ulasan

Novel ini memulai kisahnya dengan kejadian menggemparkan dimana tiga anak jalanan ditemukan tewas tergantung di pinggir flyover, diikuti dengan penemuan mayat keempat yang terlilit kabel.

Namun, penanganan kasus itu oleh aparat penegak hukum yang tampak setengah hati merefleksikan stigma dan prasangka yang melekat pada kelompok marginal tersebut. Hal ini mencuatkan tanda tanya dengan cara apa masyarakat memandang "mereka" alias para korban yang dianggap 'tak terlihat' dan 'tak bernilai'.

Dalam novel ini kita diperkenalkan dengan sosok Kanti, seorang wanita freelance illustrator yang tinggal di kost-an. Ia terkadang bergulat dengan perasaan depresi karena masa lalunya.

Tiap tengah malam Kanti kerap terbangun karena mimpi buruk dan di waktu itulah ia kerap menemukan hal-hal ganjil di sekitar kost yang ia tinggali.

Di sisi lain, Elang, seorang taruna kepolisian yang juga berstatus sebagai anak polisi, diperkenalkan dengan persona yang berbeda: percaya diri namun sering bertindak tanpa pertimbangan yang matang.

Kasus kematian sejumlah anak jalanan tersebut mencuri perhatian Elang untuk menyelidiki lebih jauh misteri di baliknya.

Dinamika antarkarakter, termasuk interaksi dengan tokoh-tokoh pendukung seperti kasir supermarket, pemilik kost, karyawan toko roti, dan rekan-rekan polisi, menambah kompleksitas cerita dan misteri yang terus berputar.

Salah satu kekuatan novel ini adalah plotnya yang rumit dan sulit ditebak. Setiap karakter memiliki latar belakang dan motivasi yang bisa menjadikannya sebagai tersangka, membuat pembaca penasaran dan terus menebak hingga halaman terakhir.

Gaya penulisan yang digunakan mengalir dengan baik, memadukan suspense dengan eksplorasi emosi karakternya. Dengan demikian, pembaca pun terlibat secara emosional dan memiliki keinginan kuat untuk mencari keadilan bagi para korban.

Plot twist dalam novel ini dihadirkan secara bertubi-tubi. Ending yang realistis dan pahit memberikan konklusi yang cocok untuk novel yang tak hanya sebagai kebutuhan entertain pembacanya tetapi juga sekaligus memberikan kritik sosial yang tajam.

Secara keseluruhan, novel "Dua Dini Hari" adalah sebuah karya yang menggugah, tidak hanya sebagai thriller kriminal tapi juga sebagai refleksi terkait polemik sosial dan moral.

Bagi pembaca yang tertarik pada karya-karya yang menyajikan cerita kriminal sekaligus ingin memperluas wawasan dan empati terhadap isu-isu sosial yang sering terabaikan, novel "Dua Dini Hari" cocok untuk masuk list to-be-read kamu!

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

raysa zahra