Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | adinda aisah
Sampul Buku Paradigma (Doc.Pribadi/Adinda Aisah)

Di balik kanvas penuh warna, tersembunyi luka jiwa yang kelam. Novel "Paradigma" karya Syahid Muhammad berani melangkah ke ranah yang masih dianggap tabu, yaitu kesehatan mental. Melalui kisah Rana, seorang pria berbakat dengan kepribadian ganda, novel ini mengajak kita menyelami kompleksitas jiwa manusia dan menyingkap stigma yang selama ini membelenggu mereka yang berjuang melawan kondisi mental.

Lebih dari sekadar cerita fiksi, "Paradigma" bagaikan cermin yang merefleksikan realitas pahit bagi banyak individu yang terjebak dalam labirin pikiran mereka sendiri. Novel ini menjadi pengingat pentingnya memahami dan menerima keragaman kondisi psikologis manusia, serta mendorong kita untuk lebih terbuka terhadap gejala kesehatan mental yang mungkin muncul di sekitar kita.

Bagi mereka yang pernah atau sedang bergulat dengan kesehatan mental, "Paradigma" bagaikan pelukan hangat yang menenangkan. Novel ini menanamkan benih penerimaan diri, mendorong kita untuk mencintai diri sendiri tanpa syarat, dan berani mencari bantuan saat terluka.

Pesan utama novel ini adalah bahwa kita tidak sendirian. Di balik keterpurukan, selalu ada tangan-tangan yang terulur untuk membantu. "Paradigma" mendorong kita untuk berani melangkah keluar dari kegelapan dan mencari cahaya harapan. Perjalanan menjelajahi novel ini bagaikan petualangan emosional yang membuka cakrawala baru dalam memahami diri dan orang lain. "Paradigma" bukan sekadar novel, melainkan karya yang patut dibaca dan direnungkan, terutama bagi mereka yang ingin menyelami dunia kesehatan mental dan menemukan makna di balik keterpurukan.

Novel "Paradigma" menghadirkan kisah Rana, seorang pria dengan kepribadian ganda yang bergulat dengan realitas dan stigma sosial. Rana, sang protagonis, digambarkan sebagai individu misterius dengan kecintaan pada seni lukis. Namun, di balik bakat seninya tersembunyi realitas kelam, yaitu "dissociative identity disorder" atau kepribadian ganda yang diakibatkan trauma masa kecil.

Kehidupan Rana semakin rumit saat ia bertemu Anya, perempuan yang mampu memahami dirinya tanpa menghakimi. Kedekatan mereka, sayangnya, memicu kecemburuan Ola, kekasih Rana. Hubungan Rana dengan kekasihnya mulai renggang. Di saat yang sama, serangkaian kejadian tak terduga di kampus memicu munculnya kepribadian lain dalam diri Rana.

Menguak Isu Kesehatan Mental dan Maskulinitas

Lebih dari sekadar kisah cinta segitiga, "Paradigma" berani mengangkat isu kesehatan mental dan maskulinitas yang masih dianggap tabu dalam masyarakat. Novel ini menggambarkan bagaimana Rana dan pengidap "gangguan mental" lainnya dihadapkan pada stigma dan diskriminasi.

Sang penulis, dengan cerdas menunjukkan bagaimana respon masyarakat yang kurang memahami dan tidak suportif dapat memperburuk kondisi para pengidap. Novel ini juga mempertanyakan norma maskulinitas yang kaku, di mana laki-laki diharuskan kuat dan tidak boleh menunjukkan kelemahan.

Keindahan Sastra dan Daya Tarik Cerita

"Paradigma" bukan hanya novel yang sarat makna, tetapi juga dikemas dengan indah. Syahid Muhammad menggunakan bahasa yang puitis dan alur cerita yang menarik, membuat novel ini mudah dibaca dan dinikmati. Pembaca diajak untuk merasakan setiap detik kehidupan Rana dan memahami kompleksitas dunianya.

Lebih dari Sekadar Novel: Sebuah Karya Sastra yang Membuka Mata

"Paradigma" bukan sekadar novel hiburan, tetapi sebuah karya sastra yang membuka mata kita terhadap realitas kesehatan mental dan maskulinitas. Novel ini mengajak kita untuk lebih empati, memahami, dan mendukung mereka yang berjuang melawan "gangguan mental".

Di tengah dunia yang seringkali mengabaikan atau bahkan mendiskriminasi isu-isu ini, "Paradigma" hadir sebagai pengingat penting bahwa kita semua memiliki peran untuk menciptakan lingkungan yang lebih suportif bagi mereka yang membutuhkan.

"Paradigma" adalah novel yang patut dibaca bagi siapa saja. Novel ini menawarkan kisah yang menyentuh, membuka mata, dan penuh makna, menjadikannya sebuah karya sastra yang luar biasa.

adinda aisah