Nightmares and Daydreams adalah series fiksi ilmiah supernatural pertama yang disutradarai oleh Joko Anwar. Inti cerita series ini berpusat pada orang-orang biasa yang menghadapi fenomena aneh yang nggak dapat dijelaskan dengan logika biasa. Setiap episodenya ‘berdiri sendiri’ alias punya cerita yang berbeda-beda. Namun, semuanya terhubung di episode terakhir, melalui tema sentral yang melibatkan kejadian supranatural dan misterius.
Episode 1: Old House, dari Series Nightmares and Daydreams, dibintangi oleh Ario Bayu, Faradina Mufti, Yati Surachman, dan banyak peran pendukung lainnya.
Episode 1 mengisahkan seorang sopir taksi yang mengetahui info panti jompo khusus untuk orang-orang kaya, yang secara kebetulan membuka ruang untuk orang-orang nggak mampu juga. Akhirnya si sopir mengirim ibu kandungnya ke panti jompo setelah insiden yang hampir membuat anaknya tewas. Namun, sang sopir segera menyadari bahwa tempat itu nggak beres.
Ulasan:
Episode satu dari series Nightmares and Daydreams, berdurasi sekitar satu jam dan dimaksudkan sebagai pembukaan yang menarik. Namun, sayangnya, episode ini terasa kurang kuat dalam beberapa aspek kunci yang seharusnya mampu menarik perhatian penonton sejak awal.
Dari segi akting, para pemain menunjukkan penampilan yang sangat oke. Ario Bayu sebagai sopir yang sangat menyayangi ibu, anak, juga sang istri, tampak berhasil membawa karakternya dengan cukup meyakinkan. Ekspresi dan gestur tubuhnya mampu menyampaikan kasih sayang pada anggota keluarga, ketidakrelaan, juga rasa penasaran dan ketakutan yang dialami oleh karakternya. Faradina Mufti dan Yati Surachman juga memberikan performa sama oke.
Dan ya, pesan-pesan dan kritik sosial yang ingin disampaikan melalui episode ini juga cukup jelas, dan disampaikan dengan baik, sehingga menggugah kesadaran penonton terhadap isu-isu yang diangkat.
Namun, kekuatan akting para pemain nggak cukup untuk menutupi kelemahan-kelemahan yang ada dalam episode ini. Salah satu aspek yang paling mengganggu adalah penampakan makhluk asing (alien) yang muncul di salah satu adegan. Ekspektasi diriku terhadap visual efek dalam series ini memang cukup tinggi, terutama ketika series ini dibesut oleh sutradara sekelas Joko Anwar. Sayangnya, visual makhluknya sangat jauh dari kata realistis dan malah terlihat konyol. Ini tentu sangat mengecewakan, mengingat betapa pentingnya elemen visual dalam membangun atmosfer dan kredibilitas dunia fiksi ilmiah.
Selain itu, ada juga adegan pembakaran yang terasa nggak realistis. Dalam adegan ini, hanya dengan melempar korek api, seluruh tempat langsung terbakar hebat. Logikanya, untuk mendapatkan efek seperti itu, tempat tersebut harusnya sudah disirami bahan yang sangat mudah terbakar seperti bensin. Namun, nggak ada penjelasan atau adegan yang menunjukkan persiapan semacam itu. Akibatnya, adegan ini terasa sangat janggal dan ganggu banget nggak sih?
Di luar masalah visual, cerita episode ini memiliki potensi besar dengan tema misteri dan supranatural yang diusungnya. Namun, kelemahan dalam eksekusi visual dan beberapa adegan nggak masuk akal membuat episode ini cukup lemah sebagai pembukaan.
Pada akhirnya, episode pertama memberikan campuran perasaan yang kompleks. Di satu sisi, akting dan kritik sosialnya oke banget. Di sisi lain, kelemahan dalam efek visual dan beberapa adegan yang nggak logis merusak pengalaman nontonku. Sayang banget deh.
Ulasan ini subjektif, dan tentunya berharap pada aspek tertentu dari sebuah film, seperti CGI, adalah hal yang wajar. Semua orang berhak memiliki opini masing-masing, dan setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang apa yang mereka harapkan dari industri film, dan itu adalah bagian dari dinamika diskusi yang sehat. Kamu sudah nonton belum? Series ini dapat kamu tonton di Netflix dan sudah tayang sejak 14 Juni 2024. Selamat nonton ya.
Baca Juga
-
Review Film Eddington: Paranoia Massal dan Satir Gelap Ala Ari Aster
-
Review Film Smurfs: Petualangan Baru dan Sihir yang Nggak Lekang Oleh Zaman
-
Review Film Sentimental Value: Ladang Luka Lama yang Belum Sembuh
-
Review Series One Night in Idaho: Dokumenter True Crime Menolak Eksploitasi
-
Review Film The Sound: Jerit Horor yang Kehilangan Gaungnya
Artikel Terkait
-
Makin Seru! Anya Geraldine Ditunjuk Bintangi Reboot Film Mendadak Dangdut
-
3 Anime Terbaik yang Cocok Ditonton Penggemar Film Ghibli, Punya Vibe Sama!
-
6 Rekomendasi Film dan Serial Besutan Joko Anwar di Netflix, Terbaru Ada Nightmares and Daydreams!
-
Ulasan Film The Attorney: Refleksi Keadilan di Mata Hukum dan Sidang yang Dibuat-buat
-
4 Rekomendasi Film India Terbaik Dibintangi Prachi Desai di Prime Video
Ulasan
-
Review Toko Jajanan Ajaib Zenitendo: Atasi Reading Slump dalam Sekali Duduk
-
Ulasan Buku Anak-Anak Kota Lama: Potret Sosial dalam Latar Budaya yang Beragam
-
Ulasan Buku Maneki Neko: Rahasia Besar Orang Jepang Mencapai Keberuntungan
-
Ulasan Novel Miss Wanda: Duka dan Cinta Bisa Hidup Bersamaan
-
Ulasan Novel Sonnenblume: Bunga Matahari yang Tak Pernah Minta Melupakan
Terkini
-
Persita Tangerang Terus Bangun Kekompakan, Carlos Pena Buka Suara
-
Realme 15 Pro Rilis 24 Juli, Berikut Bocoran Spesifikasi dan Fitur Utamanya
-
Gaung Gamelan: Simfoni Ratusan Penabuh Gamelan Membuka Yogyakarta Gamelan Festival ke-30
-
Bye Mata Panda, Ini 4 Pilihan Eye Cream Harga Murah di Bawah Rp50 Ribuan!
-
Manga Hirayasumi Umumkan Adaptasi Anime dan Live Action Sekaligus