Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Ruslan Abdul Munir
Buku Seni Berhubungan dengan Orang Lain oleh Richard Templar (DocPribadi/ Ruslan Abdul Munir)

Suatu hubungan dibangun oleh dua orang atau lebih yang memiliki prespektif yang tentunya berbeda-beda. Bagaimana jadinya ketika kita tangan mengalami berbeda pandangan dengan rekan, sahabat, pasangan, atau siapapun itu dalam menyikapi sebuah permasalahan?

Kuncinya adalah dengan memahami keinginan, kecenderungan, isi pikiran, dan tujuan orang terebut. Jika kita dapat menerapkan hal tersebut dalam kehidupan kita akan dengan mudah menjalin hubungan baik dengan semua orang bahka dengan orang yang ribet sekalipun.

Buku ini ditulis oleh Richard Templar yang merupakan penulis yang sering menulis tentang aturan-aturan dalam kehidupan berdasarka pengalaman pribadinya. Templar mengatakan bahwa semua masalah dalam kehidupan ini bersumber dari orang lain. jadi kita kita bisa membuat hidup orang lain jadi lebih baik, maka hidup kitapun akan lebih mudah dan menyenangkan.

Berikut ini beberapa ulasan dari buku Seni Berhubungan dengan Orang Lain oleh Richard Templar yang paling membekasa ketika selesai membacanya.

Hubungan Itu Bersifat Unik

Ilustrasi suatu hubungan (Pexels/Trinity Kubassek)

Semua hubungan butuh minimal dua orang sebab yang namanya hubungan harus dibangun secara bersama-sama. Dalam menjalin hubungan terdapat dua kemungkinan, yaitu berhasil atau tidak tergantung orang yang menjalankan nya. Menurut Templar tidak semua orang dapat menemukan kecocokan dalam sebuah hubungan. 

Lebih baik tidak usah memaksakan hal yang kurang cocok dengan diri kita. Beberapa orang terkadang butuh waktu untuk membebaskan diri dari tempat yang tidak cocok. Jangan juga memaksa orang lain agar berubah jadi sesuatu yang tidak cocok dengan diri mereka. 

Sebab mereka tidak akan bisa, jadi terimalah bahwa mereka tidak bisa melakukannya. Hal ini juga berhubungan dengan kepribadian. Terkadang seseorang tidak akan bisa merubah kepribadiannya tetapi terkadang seseorang hanya bisa merubah perilakunya saja. Baiknya berikan dukungan dalam mencari tempat yang sesuai bagi mereka.

Tentang Memberi Saran dan Solusi

Ilustrasi dua orang sedang berkonflik (Pexels/Liza Summer)

Terkadang ketika seseorang sedang dalam kondisi emosi karena suatu masalah, lantas mereka bercerita pada kita, yang mereka cari adalah validasi bukan solusi. Maka dari itu jadilah pendengar yang baik, biarkan mereka mencurahkan isi hatinya terlebih dahulu. Jika kita pikir mereka butuh saran, alangkah baiknya tanyakan terlebih dahulu, jangan langsung memberi saran.

Hal ini penting diperhatikan sebelum kita memberi solusi atas permasalahan yang dialami orang lain. Pastikan kita tau apa yang mereka inginkan dari kita saat mereka menceritakan permasalahannya. Pastinya mereka mau kita juga merasakan emosi atau kondisi yang sedang dialaminya. Ketika kita langsung memberi solusi, ada kesan bahwa kita "menyuruh" mereka untuk tidak sedih, marah, atau kecewa.

Maka sebelum kita berkata "bagaimana kalau..." atau "mengapa kamu tidak...." atau "kamu sebaiknya...." Kita perlu menyatakan bahwa apapun yang mereka rasakan saat itu adalah benar dan normal. Jadi ucapkanlah "wajar kamu sedih..." atau "kalau aku jadi kamu, aku juga pasti kecewa". Bisa jadi ketika mereka tau bahwa perasaan mereka valid, mereka bisa rileks dan menemukan solusinya sendiri.

Memuji Orang Lain

Ilustrasi memberikan pujian (Pexels/Andrea Piacquadio)

Memuji orang adalah cara yang baik untuk membangun kesetiaan dan membantu kedua belah pihak merasa ada di pihak yang sama. Pujian pun bisa membuat mereka menyukai dirinya sendiri. Maka jangan berhenti memuji. Namun, pastikan pujian yang diberikan benar-benar tulus dari hati.

Tidak semua pujian itu sama. Ada pujian yang biasa saja dan ada pula pujian yang sangat bagus. Pujian yang spesifik akan terkesan lebih bagus dibanding sekedar sanjungan singkat. Contoh "kerja yang bagus", ini bisa lebih bagus jika lebih spesifik seperti "kerja yang bagus, tidak hanya lancar kamu juga berhasil membuat acaranya menjadi meriah". Ini menunjukkan bahwa kita benar-benar memperhatikan dan menghargai kerja keras mereka.

Pujian yang berlebihan bisa terkesan merendahkan dan tidak tulus. Masalah yang lebih besar dari memuji yang berlebihan adalah membuat orang lain gagal dan membuat mereka merasa cemas. Dalam hati mereka tau bahwa mereka tidak hebat atau sempurna, sehingga mereka pun tertekan agar bisa jadi seperti pujian yang kita berikan.

Memberi Kritik pada Orang Lain

Ilustrasi sedang mengkritik (Pexels/Keira Burton)

Tidak semua kritik adalah tanda penolakan; dalam setiap kritik yang konstruktif, terdapat kesempatan untuk memperbaiki diri dan berkembang. Kritik yang dibangun dengan penuh perhatian dan kejujuran adalah pemandangan dari kerjasama yang erat, kesediaan untuk belajar, dan dorongan untuk mencapai kesempurnaan bersama-sama.

Dalam setiap kritik, terbuka pintu bagi kemajuan, dan dalam setiap tanggapan terhadap kritik, terdapat peluang untuk menunjukkan ketahanan, integritas, dan kemauan untuk terus berkembang.

Tidak ada yang suka dikritik, meski kritikan itu sebenarnya bertujuan untuk memperbaiki diri kita dari berbagai aspek. Maka, pendekatan terbaik adalah dengan membuat kritik positif, bukan negatif.

Hidup Bukanlah Sebuah Kompetisi

Ilustrasi Wanita di Dalam Kereta (Pexels/Genine Alyssa Pedreno-Andrada)

Beberapa orang terkadang menganggap kehidupan adalah sebuah kompetisi. Mereka bisa begitu kompetitif di berbagai bidang hanya untuk menyombongkan diri. Misalnya siapa yang penghasilannya lebih besar, rumah paling mewah, dll. Mereka bukan cuma menyombongkan diri dan harus terlihat sempurna, tetapi seolah kita harus kalah dari mereka.

Alasannya tentu karena mereka terbiasa diberikan pujian, pengakuan, dan sanjungan atas suatu kemenangan, bukan atas kerja keras atau karena mau menerima kekalahan. Lagi-lagi masalahnya bukan pada kita tapi pada mereka. Cara mengatasi orang-orang seperti itu yang penulis katakan adalah dengan cara kita mengalah.

Contohnya jika ada yang pamer "anak saya umur 20 tahun sudah punya mobil" maka kita cukup bilang "benarkah? Sepertinya kalau anak saya umur 25 baru bisa beli mobil". Ini mudah dilakukan, dan biasanya bisa membuat mereka diam. Lebih dari itu mereka pikir mereka sudah menang.

Mengahdapi Orang-orang Ribet

Ilustrasi menghadapi orang-orang ribet (Pexels/Yan Krukau)

Kita pasti pernah bertemu dengan orang-orang ribet dalam kehidupan kita. Beberapa orang ribet mungkin bukan masalah jika hanya bertemu mereka hanya sekali. Atau mereka adalah tipe orang ribet di waktu-waktu tertentu. Yang merepotkan adalah orang yang ribet sepanjang waktu.

Strategi yang bisa digunakan agar lebih mudah mengahadapi orang ribet adalah dengan mengarahkan mereka untuk merubah sikapnya terhadap kita. Namun satu hal yang penting diketahui bahwa kita tidak dapat mengubah orang lain. Mereka mungkin menjadi ribet dalam situasi tertentu.

Itulah beberapa ulasan yang sangat berkesan dan tentunya sangat membantu ketika kita sedang bersosialisasi atau bahkan sedang mempunya masalah dengan orang lain. Pada intinya kita perlu memahami isi pikiran orang lain tanpa kita harus merubah sikap dan kepribadiannya, semoga bermanfaat.

Jadi satu-satunya orang yang bisa merubah kita adalah diri kita sendiri. Jika perilaku orang lain membuat kita muak, stres, kesal, ini adalah tanggung jawab kita, bukan mereka. Reaksi kita adalah tanggung jawab kita.

Suka ataupun tidak ketika kita berhadapan dengan orang yang tidak kooperatif, harapan terbaik adalah dengan mengubah sikap kita sendiri dalam mengahadapi perilakunya, tentu ini tidak mudah.

BACA BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE

Ruslan Abdul Munir