"Predestination" adalah film fiksi ilmiah yang kompleks, penuh dengan teka-teki yang menggali konsep perjalanan waktu, identitas, dan paradoks yang dihasilkan dari manipulasi waktu.
Disutradarai oleh Spierig Brothers, film ini diadaptasi dari cerita pendek "All You Zombies" karya Robert A. Heinlein, dan dirilis pada tahun 2014.
Sinopsis
Cerita dimulai dengan seorang agen waktu (Ethan Hawke), yang sedang berusaha menggagalkan sebuah bom yang ditanam oleh teroris bernama Fizzle Bomber.
Meskipun dia berhasil, ledakan bom tersebut membuatnya terluka parah, terutama di wajahnya. Setelah menjalani operasi rekonstruksi wajah, dia diberi penampilan baru dan identitas baru.
Setelah pulih, ia diberi misi untuk kembali ke masa lalu menggunakan mesin waktu. Di masa lalu, dia menyamar sebagai The Bartender di New York pada tahun 1970-an, di mana dia bertemu dengan seorang penulis misterius yang dikenal sebagai The Unmarried Mother (Sarah Snook).
Penulis ini, yang awalnya diperkenalkan sebagai pria bernama John, mulai menceritakan kisah hidupnya, yang ternyata sangat penting dalam mengungkap plot twist film ini.
John menceritakan bahwa dia dilahirkan sebagai perempuan bernama Jane dan ditinggalkan di panti asuhan pada 1945 oleh seorang misterius.
Jane/John tumbuh dengan merasa terasing dan akhirnya mencoba bergabung dengan program Space Corps, namun ditolak.
Pada suatu saat, ia bertemu dengan seorang pria misterius yang kemudian menjalin hubungan dengannya, hingga suatu saat Jane hamil anak dari pria tersebut dan naasnya pria tersebut pergi begitu saja meninggalkan Jane.
Setelah melahirkan, Jane mengalami komplikasi medis yang mengungkap bahwa dia memiliki organ reproduksi pria dan wanita. Akhirnya, dia menjalani operasi yang mengubahnya menjadi seorang pria, dan dia mengganti namanya menjadi John.
Keadaan semakin rumit, tatkala anak Jane yang baru lahir, diculik oleh seorang pria misterius, yang membuatnya menjadi terpukul.
Merasa iba dengan cerita John, The Bartender pun menawarkan kepadanya untuk kembali ke masa lalu dan melakukan balas dendam kepada pria yang telah meninggalkan John.
John yang awalnya ragu, akhirnya pun setuju,mereka berdua melakukan perjalanan waktu,kembali ke masa lalu di tahun 1963.
Ketika tiba di masa lalu, John malah jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan seorang wanita, yang terungkap bahwa wanita itu adalah Jane, versi dari John di masa lalu sebelum John berganti kelamin, dari sini disimpulkan bahwa, John jatuh cinta pada versi masa lalu dirinya sendiri dan John yang telah menghamili dirinya sendiri.
Terungkap juga bahwa anak bayi mereka, yang diculik oleh seorang pria misterius, ternyata dibawa ke kembali ke tahun 1945. Di mana bayi tersebut ditinggalkan di panti asuhan, dan bayi itu tumbuh sebagai Jane. Hal itu berarti Jane, John dan bayinya juga orang yang sama.
Setelah pengungkapan ini, The Bartender juga menyadari, bahwa ia sebenarnya adalah versi John yang lebih tua, dan seluruh hidupnya adalah bagian dari misi untuk menangkap Fizzle Bomber.
The Bartender kemudian membawa John ke masa depan, di mana mereka akhirnya menemukan Fizzle Bomber. Pada titik ini, terungkap bahwa Fizzle Bomber adalah John dan The Bartender yang lebih tua, yang telah menjadi gila karena terlalu sering melakukan perjalanan waktu.
The Bartender yang sekarang harus memutuskan apakah akan membunuh versi dirinya yang lebih tua, dengan risiko menjadi Fizzle Bomber di masa depan, atau membiarkannya hidup dan terus terjebak dalam siklus ini.
Pada akhirnya, The Bartender membunuh Fizzle Bomber, namun dia tahu bahwa dengan melakukan ini, dia mungkin sedang memulai siklus baru yang akan mengarah pada kejadian yang sama di masa depan
Ulasan Film Predestination
"Predestination" menggali konsep identitas dan lingkaran takdir yang tidak dapat dihindari. Judul film ini sendiri merujuk pada konsep teologis tentang predestinasi, di mana semua peristiwa sudah ditentukan sebelumnya dan tidak bisa diubah.
Akhir film ini meninggalkan kesan bahwa semua karakter utama, Jane, John, The Bartender, dan Fizzle Bomber, terperangkap dalam siklus tak berujung di mana mereka saling terkait dan menciptakan sebuah lingkaran takdir yang tak bisa dihindari, di mana setiap peristiwa diatur oleh rangkaian keputusan yang selalu berujung pada nasib yang sama.
Cerita ini juga menyoroti trauma yang muncul dari hidup dalam lingkaran tertutup, di mana setiap tindakan adalah sebab dan akibat dari tindakan lain, sehingga tidak ada ruang untuk kehendak bebas.
Narasi film ini tidak disampaikan secara linear, tetapi melalui serangkaian lompatan waktu yang mengharuskan penonton untuk tetap aktif menafsirkan hubungan antar karakter.
Pengungkapan bahwa karakter utama (Jane/John/The Bartender/Fizzle Bomber) adalah satu orang yang terperangkap dalam siklus waktu menciptakan paradoks predestinasi yang sangat memikat dan membuat penonton merenungkan implikasi dari setiap tindakan dalam hidup mereka.
Secara sinematik, "Predestination" berhasil menciptakan atmosfer yang intens dan penuh ketegangan melalui pencahayaan, editing, dan skor musik yang mendukung narasi gelapnya.
Ethan Hawke memberikan penampilan yang solid sebagai karakter yang terjebak dalam paradoks waktu ini, mampu menggambarkan kompleksitas emosional dari seseorang yang mengetahui masa depan namun tak mampu menghindarinya.
Spierig Brothers menggunakan teknik naratif yang cerdas dan sinematografi yang apik untuk menghubungkan potongan-potongan cerita yang tersebar di berbagai titik waktu.
Meskipun beberapa penonton mungkin merasa film ini terlalu rumit atau membingungkan, namun bagi yang menyukai cerita yang menantang dan membutuhkan pemikiran mendalam, "Predestination" adalah karya yang sangat-amat memuaskan.
Secara keseluruhan, "Predestination" adalah film yang menuntut perhatian dan pemahaman, namun memberikan imbalan yang besar bagi mereka yang siap terlibat dalam kompleksitasnya.
Plot yang berlapis dan twist yang mengejutkan membuat film ini menjadi salah satu karya fiksi ilmiah terbaik yang mengeksplorasi paradoks waktu.
Tema identitas dan takdir yang diusung berhasil membuat penonton merenungkan implikasi dari pilihan-pilihan hidup mereka sendiri.
"Predestination" adalah bukti bahwa film tidak selalu harus mudah dicerna untuk bisa dinikmati. Justru, kerumitan dan teka-teki yang ditawarkannya yang membuat film ini begitu menarik dan layak untuk ditonton lebih dari sekali.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Film The Peanut Butter Falcon: Kejar Impian di Tengah Keterbatasan
-
Ulasan Film Time Cut: Kembali ke Masa Lalu untuk Gagalkan Pembunuhan
-
4 Rekomendasi Film yang Dibintangi Finn Wittrock, Terbaru Ada Don't Move
-
Ulasan Film Caddo Lake, Perjalanan Rumit Melintasi Dimensi Waktu
-
Ulasan Film Strange Darling, Thriller Nonlinear dengan Visual yang Memukau
Artikel Terkait
-
Sinopsis Film Death Whisperer 2, Aksi Nadech Kugimiya Memburu Roh Jahat
-
JKIND Pamerkan Inovasi Kaca Film dan Paint Protection di GJAW 2024
-
Review Film The Twisters 2024: Perburuan Badai yang Mendebarkan
-
Reaksi Umi Pipik Lihat Abidzar Al Ghifari Beradegan Intim di Film Guna-Guna Istri Muda
-
Sinopsis Film I Want To Talk, Film Terbaru Abhishek Bachchan dan Ahilya Bamroo
Ulasan
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
Terkini
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?
-
Sinopsis Film Death Whisperer 2, Aksi Nadech Kugimiya Memburu Roh Jahat
-
Maarten Paes Absen di Piala AFF 2024, Saatnya Cahya Supriadi Unjuk Gigi?
-
Review Film The Twisters 2024: Perburuan Badai yang Mendebarkan
-
Apesnya Vietnam, Pemusatan Latihan di Korea Terancam Kacau Gegara Hal Ini