Apa jadinya kalau seseorang mengatakan padamu bahwa tidak ada yang benar-benar orisinal di dunia ini? Reaksimu mungkin akan terkejut, bahkan tersinggung.
Tapi itulah gagasan utama dalam buku Steal Like an Artist karya Austin Kleon, sebuah panduan kreatif yang justru membebaskanmu dari beban "harus unik" dan menuntunmu untuk menjadi lebih berani mengekspresikan diri.
Semua Seniman Adalah Pencuri?
Tenang dulu, "mencuri" di sini bukan soal menjiplak atau plagiat. Buku ini menjelaskan bahwa semua karya kreatif yang hebat dibangun dari karya orang lain. Yang penting bukan menyalin secara mentah, tapi memahami, mengolah, dan mengubahnya menjadi sesuatu yang baru.
Austin Kleon mengajak pembaca untuk membebaskan diri dari mitos orisinalitas, dan mulai membangun kreativitas dengan menyerap hal-hal yang menginspirasi dari sekitar, buku, musik, film, obrolan, bahkan kehidupan sehari-hari. Semua bisa jadi bahan baku ide!
Tips Kreatif yang Ringan Tapi Nendang
Buku ini terdiri dari 10 bab pendek yang masing-masing menyajikan prinsip sederhana namun sangat aplikatif. Beberapa hal dibahas dengan sangat reflektif dan menonjol.
Dalam buku Steal Like an Artist, Austin Kleon membuka mata kita bahwa tak perlu menunggu sampai benar-benar tahu siapa diri kita untuk mulai berkarya.
Justru, proses kreatif itulah yang akan membantu kita menemukan dan membentuk identitas. Kita sering terjebak dalam anggapan bahwa harus mengenal diri sepenuhnya sebelum mulai membuat sesuatu, padahal kenyataannya, kita justru mengenali diri sendiri melalui apa yang kita ciptakan.
Jadi, mulailah dulu. Buat sesuatu. Biarkan karya itu berbicara dan membimbing kita menuju pemahaman yang lebih dalam tentang siapa diri kita sebenarnya.
Kleon juga mengajak kita untuk memahami makna kreativitas, menurutnya kreativitas bisa tumbuh dari hal sederhana tergantung selera pribadi.
Jika kamu tidak menemukan karya yang kamu sukai di luar sana, jadilah orang pertama yang membuatnya. Ketika kamu menciptakan dari sesuatu yang benar-benar kamu sukai, hasilnya akan terasa lebih jujur dan punya kekuatan tersendiri untuk menyentuh orang lain.
Di era digital yang serba cepat dan layar mendominasi hidup kita, Kleon juga menekankan pentingnya kembali ke hal-hal yang bersifat analog.
Gunakan tanganmu, menggambar, menulis dengan pena di kertas, menggunting, menempel, bahkan mencoret-coret tanpa tujuan.
Tindakan fisik seperti itu bisa merangsang sisi otak yang mungkin tak aktif saat kamu hanya duduk di depan laptop. Ketika tubuh ikut terlibat, ide-ide pun bisa mengalir lebih alami, seperti bermain kembali di masa kecil yang penuh imajinasi.
Tak kalah penting, Kleon juga mengingatkan bahwa proyek sampingan dan hobi bukanlah sesuatu yang remeh. Justru dari aktivitas yang kita lakukan dengan santai dan tanpa beban inilah, sering kali muncul karya terbaik.
Proyek yang lahir dari rasa senang, tanpa tekanan, bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar dari yang pernah kita bayangkan. Maka jangan anggap remeh kegiatan isengmu, bisa jadi itu benih dari karya besar di masa depan.
Terakhir, pesan Kleon yang sangat relevan dengan zaman sekarang adalah “Do good work and share it.” Buatlah karya yang baik, dan jangan simpan sendiri. Gunakan internet dan media sosial untuk membagikannya ke dunia.
Kita hidup di era di mana setiap orang punya panggung. Jangan sia-siakan kesempatan ini. Mungkin karyamu tidak langsung viral, tapi siapa tahu, dari satu unggahan sederhana, kamu bisa terhubung dengan orang-orang yang sefrekuensi dan membuka pintu-pintu baru yang belum pernah kamu bayangkan sebelumnya.
Untuk Siapa Buku Ini?
Buku ini bukan hanya untuk seniman atau desainer grafis. Ia ditujukan untuk siapa pun yang ingin menjadi lebih kreatif, entah dalam menulis, mengajar, hingga berbisnis.
Gaya bahasa Kleon yang ringan, ditambah ilustrasi dan kutipan inspiratif, menjadikan buku ini mudah dicerna bahkan untuk pembaca yang tidak terbiasa dengan buku-buku motivasi.
Jadi kalau kamu merasa stuck, kurang ide, atau tidak yakin harus mulai dari mana, bacalah buku ini. Kamu akan menemukan bahwa menjadi kreatif bukan tentang menciptakan dari nol, tapi tentang menghubungkan titik-titik yang sudah ada dengan cara yang unik dan personal.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Pink dan Hijau: Simbol Keberanian, Solidaritas, dan Empati Rakyat Indonesia
-
Jaga Jempolmu: Jejak Digital, Rekam Jejak Permanen yang Tak Pernah Hilang
-
Membaca untuk Melawan: Saat Buku Jadi Senjata
-
Diaspora Tantang DPR, Sahroni Tolak Debat: Uang Tak Bisa Beli Keberanian?
-
Keadilan bagi Affan: Ketika Kendaraan Negara Merenggut Nyawa Pencari Nafkah
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel The Coven Tendency: Tempat Kecantikan dan Kematian Bertemu
-
Melampaui Stigma: Menempatkan Buku Kiri dalam Perspektif Literasi
-
Dari Papeda hingga Rujak Cingur: Kisah Kuliner Nusantara dalam Tradisi Makan Siang Indonesia
-
Menjalani Hidup dengan Hati Ikhlas dalam Buku Ubah Lelah Jadi Lillah
-
Ulasan Buku Misteri DNA, Menyibak Keajaiban Gen pada Manusia
Ulasan
-
Ulasan Novel Tanah Para Bandit: Ketika Hukum Tak Lagi Memihak Kebenaran
-
5 Drama Korea Psikologis Thriller Tayang di Netflix, Terbaru Queen Mantis
-
Review Film Menjelang Magrib 2, Nggak Ada Alasan Buat Dilanjutkan!
-
Kala Film The Conjuring: Last Rites, Mengemas Lebih Dalam Arti Kehilangan
-
Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Seri Horor yang Menyeramkan!
Terkini
-
Inside Out oleh Day6: Pengakuan Cinta yang Tak Bisa Lagi Ditunda
-
Shotty oleh Hyolyn: Melepaskan Diri dari Seseorang yang Tak Menghargaimu
-
Momen Langka! Rhoma Irama Jadi Khatib Salat Jumat di Pestapora, Intip Lagi Yuk Rukun dan Sunnahnya
-
Debut Solo Setelah 9 Tahun, 3 Alasan Wajib Menantikan Album Haechan 'Taste'
-
Rahasia Demokrasi Sehat: Bukan Cuma Pemilu, tapi Literasi Politik!