Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Gabriela Irvine Dharma
Kunjungan ke Paguyuban Pengrajin Batik Nitik di Kalurahan Trimulyo, Senin [21/10/2024] (DocPribadi/Gabriela)

Batik Nitik merupakan warisan budaya yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), lebih spesifik lagi Kabupaten Bantul.

Batik Nitik memiliki beragam motif yang tersusun dari ribuan titik-titik dan akan membentuk sebuah pola.

Dilansir dari laman bantulkab.go.id (2023), kata ‘nitik’ berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti ‘memberi titik’ atau ‘ngembat titik’.

Batik Nitik merupakan hasil adaptasi dari anyaman kain tenun patola India (kain cinde) dan merupakan salah satu motif batik tertua di Keraton Yogyakarta.

“Batik Nitik ini adalah batik yang sangat spesial, dibandrol dengan harga yang sangat tinggi, dan menyasar mereka yang memang sudah berpenghasilan” kata Iswanto, ketua paguyuban kelompok pengrajin Batik Nitik di Kalurahan Trimulyo yang sudah berdiri sejak tahun 2014.

Lantas, mengapa Batik Nitik begitu spesial dan dijual dengan harga tinggi, sehingga menyasar pangsa pasar kelas atas dengan penghasilan tinggi?

1. Proses pengerjaan yang sangat panjang

Salah satu pengrajin Batik Nitik di Kalurahan Trimulyo, Senin [21/10/2024] (DocPribadi/Gabriela)

Proses pengerjaan Batik Nitik sangat panjang, dapat memakan waktu lebih dari satu minggu.

Dengan menggunakan canting, para pengrajin harus teliti dalam membuat pola titik-titik di seluruh kain secara manual, tanpa bantuan cap atau printing.

Hal ini bertujuan untuk menghasilkan motif yang indah dan sangat detail, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.

“Dalam dokumen yang dikeluarkan oleh Kemenkumham, Batik Nitik ditulis dengan ‘Batik Tulis Nitik’, sehingga proses pengerjaannya harus ditulis manual dengan canting, tidak boleh dicap ataupun diprint,” tambah Iswanto.

2. Bentuk canting yang dibelah empat

Bentuk canting khusus yang digunakan para pengrajin Batik Nitik, Sabtu [02/11/2024] (The Batik Route)

Penggunaan canting dalam proses pembuatan Batik Nitik memiliki keunikan tersendiri dan berbeda dari canting pada umumnya.

Bentuk cantingnya dimodifikasi dengan dibagi menjadi empat bagian untuk membentuk motif bujur sangkar.

Hal ini menyebabkan ujung canting menjadi tajam, sehingga para pengrajin harus berhati-hati agar canting tidak tersangkut dan merobek kain.

3. Hanya cocok diberi warna gelap (sogan)

Beragam Batik Nitik dengan warna gelap (sogan), Senin [21/10/2024] (DocPribadi/Gabriela)

Batik Nitik hanya cocok diwarnai dengan warna gelap (disebut: sogan), untuk menampilkan ciri khasnya yang elegan.

Jika diwarnai dengan warna terang, maka akan terkesan seperti dicap atau diprint, sehingga dapat menghilangkan nuansa keaslian titik dan unsur elegannya.

“Sebenarnya Batik Nitik bisa saja diberikan warna terang, namun akan terlihat seperti di cap sehingga menghilangkan keaslian titiknya. Selain itu, pemberian warna terang untuk Batik Nitik juga dapat menghilangkan esensi dan unsur sejarahnya,” kata Iswanto.

4. Memiliki beragam motif yang pakem

Batik Nitik dengan full motif matahari (dalam bahasa Jawa: srengenge), Senin [21/10/2024] (DocPribadi/Gabriela)

Terdapat lebih dari 24 motif pada Batik Nitik yang seluruhnya telah memiliki aturan (pakem) tersendiri, sehingga setiap pembatik harus mengikuti bentuk motif sesuai pakem dan tidak diperbolehkan untuk mengubah ataupun membuat variasi dan atau kreasi sendiri.

“Batik Nitik punya motif yang pakem, memiliki motif pokok dan tidak bisa diubah. Umumnya, satu kain batik terdiri dari satu motif saja, namun tidak menutup kemungkinan ada juga yang dikombinasikan dengan beragam motif,” ujar Iswanto.

So, kalau kamu dapat kesempatan untuk mengisi satu kain penuh dengan "titik" Batik Nitik, apakah kamu berani coba?

Artikel ini merupakan hasil dari liputan pribadi pada Senin, 21 Oktober 2024 pukul 10.30 am di Kalurahan Trimulyo, Daerah Istimewa Yogyakarta –Bapak Iswanto (ketua paguyuban kelompok pengrajin Batik).

Gabriela Irvine Dharma