Pandam Adiwastra Janaloka, usaha Batik Nitik di Yogyakarta, tidak hanya berkomitmen untuk melestarikan budaya. Mereka juga mengusung konsep eco-friendly dalam seluruh proses produksinya.
Salah satu langkah nyatanya adalah menggunakan pewarna alami guna menggantikan pewarna sintetis yang sering menjadi penyebab pencemaran lingkungan.
Pandam Adiwastra Janaloka turut menggandeng para pengrajin Batik Nitik untuk bersama-sama beralih ke pewarnaan alami sebagai langkah mendukung terciptanya kondisi lingkungan yang lebih baik. Pandam berharap upaya ini dapat memberikan dampak positif bagi keberlanjutan lingkungan dan budaya.
Pewarnaan alami adalah zat warna yang didapat dari alam, seperti tumbuh-tumbuhan, maupun binatang yang akan diekstrak pigmen warnanya agar menghasilkan zat warna yang akan digunakan dalam proses pewarnaan.
Zat warna alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat bersumber dari daun, bunga, batang, kulit batang, biji, buah, kulit buah akar, kulit akar, bahkan hingga sampai pada rantingnya.
Setiap tumbuhan memiliki potensi sebagai sumber pewarna karena mengandung pigmen yang arah warnanya tergantung pada struktur kimia (coloring matter) yang dikandung oleh tumbuhan tersebut serta zat hara tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh juga dapat berpengaruh pada tingkat kepekatan warna yang dihasilkan.
Tanaman Tarun (biasa disebut Daun Tom atau Daun Indigo) menjadi salah satu tumbuhan yang paling sering digunakan dalam pewarnaan alami, menjadi warna paling primer dan ekslusif dalam tingkat warna alam karena memiliki pigmen warna biru yang sangat kuat sekaligus mampu menghasilkan warna yang cantik.
Tanaman ini tumbuh liar dan sering dijumpai terutama di sungai-sungai, namun akhir-akhir ini di beberapa daerah baik di Jogjakarta maupun di daerah lain terutama di pulau Jawa, sudah ada petani yang membudidayakan tanaman ini.
Kain batik dengan menggunakan pewarnaan alami memiliki ketahanan warna yang awet dan tahan lama, sama halnya ketika menggunakan pewarnaan sintetis, akan tetapi harus diberikan treatment yang khusus agar warnanya tidak cepat pudar.
Treatment yang dapat dilakukan untuk menjaga warna batik agar tidak cepat pudar adalah dengan mencuci kain batik dengan sabun alami (natural soap), seperti sabun lerak atau deterjen yang lembut (misalnya sabun bayi).
Kain batik juga sebaiknya tidak dijemur langsung di bawah sinar matahari dan jika ingin menyetrika kain batik, besi pada setrika tidak boleh langsung menyentuh permukaan kain, maka dapat dilapisi dengan kain tipis terlebih dahulu untuk menjaga keawetan dan kualitas batik.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Peduli Lingkungan, 75 Persen Perusahaan Besar Dunia Mulai Terapkan Laporan Keberlanjutan
-
Jurnalisme Hijau di Era Digital: Membumikan Isu Lingkungan Nan Kompleks Agar Tak Membosankan
-
Etika Menjaga Kelestarian Destinasi Alam
-
Menikmati Liburan Tenang dan Berkelanjutan: Ini 4 Rekomendasi Akomodasi Ramah Lingkungan di Lombok
Rona
-
Surga Terakhir di Bumi yang Hilang: Ketika Raja Ampat Dikepung Tambang
-
Hari Hutan Hujan Sedunia: Suara Global untuk Menyelamatkan Paru-Paru Bumi
-
Dulu Diragukan Kini Diakui, Saga Petani Tegalsari Wujudkan Pertanian Organik
-
Berburu Pangan Lokal: Dari Pasar Tradisional ke Meja Makan Ramah Iklim
-
Bawa Botol Minum Sendiri: Kebiasaan Kecil yang Selamatkan Laut dan Iklim
Terkini
-
Xiaomi Mix Flip 2, HP Lipat Pakai Engsel Dragon Bone yang Sangat Fleksibel hingga 200.000 Kali Lipat
-
Xiaomi Pad 7S Pro Resmi Meluncur, Usung Chip Baru Xring 01 dan Fast Charging 120 Watt
-
Gemakan #SuaraParaJuara Versimu! Ikuti Kompetisi Menulis AXIS Nation Cup 2025, Menangkan Hadiahnya!
-
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Amikom Promosikan Mahika Villas Sleman
-
Webtoon ke Anime: Mercenary Enrollment Resmi Dapatkan Adaptasi