Buku 'Waktu untuk Tidak Menikah' karya Amanatia Junda adalah sebuah karya yang penuh makna dan refleksi tentang keputusan hidup yang sering dianggap kontroversial di masyarakat, terutama dalam budaya yang memandang pernikahan sebagai sebuah kewajiban.
'Waktu untuk Tidak Menikah' terdiri dari 14 cerita tentang perempuan dari berbagai latar belakang dan usia yang ditulis antara 2012-2017.
Selain fokus pada perempuan, cerpen-cerpen ini mengajak pembaca menyelami pikiran tokoh-tokohnya, yang sering kali berisi kenangan personal dari masa lalu yang belum terselesaikan.
Amanatia Junda dengan brilian mengeksplorasi topik yang masih dianggap tabu di banyak kalangan, dan melakukannya dengan penuh kepekaan.
Isu sosial yang diangkat pun beragam, seperti perkosaan, kebakaran hutan, korupsi, dan hubungan antar tokoh, termasuk relasi kekasih, kakek-nenek, teman, dan ibu-anak yang diringkas dalam kisah-kisah perempuan dan pilihan hidup mereka.
Dari yang memilih hidup sendiri setelah suaminya pergi, menanggung derita kehamilan akibat perkosaan, berjuang demi pendidikan anak, hingga membatalkan pernikahan demi hal yang dianggap lebih penting.
Amanatia Junda juga menyoroti keistimewaan dan keberagaman perempuan dalam membuat keputusan.
Salah satu hal yang menarik dalam Waktu untuk Tidak Menikah adalah bagaimana Amanatia Junda mendekonstruksi ide tentang kebahagiaan.
Buku ini menyoroti bahwa kebahagiaan bukanlah sebuah tujuan yang seragam, melainkan sebuah konsep yang bisa berbeda-beda bagi setiap orang.
Melalui karakter-karakternya, Amanatia mengajak pembaca untuk melihat bahwa kebahagiaan bisa ditemukan dalam hal-hal sederhana, dalam pencapaian pribadi, atau dalam hubungan yang tidak selalu diikat oleh institusi formal seperti pernikahan.
Buku ini juga relevan untuk dibaca oleh laki-laki agar lebih memahami pikiran perempuan yang sering dianggap rumit.
Melalui kisah tersebut, Amanatia Junda menghadirkan perspektif yang segar dan jujur melalui kisah-kisah yang dekat dengan kehidupan nyata, menantang anggapan bahwa kebahagiaan hanya bisa dicapai melalui institusi pernikahan.
Tidak hanya itu, buku ini juga menawarkan pandangan alternatif tentang bagaimana kita seharusnya memaknai hidup, cinta, dan kebahagiaan.
Melalui cerita-cerita yang relatable dan gaya penulisan yang mengalir, Waktu untuk Tidak Menikah adalah bacaan yang menyegarkan, terutama bagi mereka yang ingin memperluas pandangan tentang pilihan hidup dan kebebasan individu.
Secara keseluruhan, Waktu untuk Tidak Menikah adalah buku yang menantang sekaligus membebaskan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Menyusuri Dunia Sihir Topi Ajaib Bersama Cordelia dalam Novel The Hatmakers
-
Konspirasi Lucu Ikan yang Penuh Edukasi di Buku Don't Trust Fish
-
Review Novel The Day We Met The Queen, Harapan Seorang Anak Pengungsi ke Ratu Inggris
-
Dari Anak Nakal Jadi Pahlawan Kota: Kisah Seru di Balik The Night Bus Hero
-
Kisah Anak Pengungsi dari Suriah dalam Novel The Boys at the Back of The Class
Artikel Terkait
-
Menyembuhkan Luka Masa Lalu Melalui Buku Seni Berdamai dengan Masa Lalu
-
Beda Pendidikan Ridwan Kamil vs Suswono: Sama-sama Seksis Lewat Ucapan Janda, Panen Kritik Keras
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Siapa yang Dulu Bongkar Isu Nissa Sabyan dan Ayus Selingkuh? Kini Dikabarkan Sudah Resmi Menikah
Ulasan
-
Ulasan Novel The Briar Club: Kisah Perempuan Tangguh di Tahun 1950-an
-
Review Film Black Box Diaries: Catatan Kelam yang Menguak Pelecehan Seksual
-
3 Hal yang Kamu Dapatkan Jika Menyaksikan Drama Korea Nine Puzzles
-
Review Film Tornado: Perjalanan Visual dan Cerita yang Mengalir Lambat
-
Review Film Fear Street - Prom Queen: Pembantaian Malam Pesta yang Melempem
Terkini
-
7 Drama Korea Romantis tentang Cinta yang Dimulai di Dunia Kerja
-
5 Atlet Unggulan yang Kandas di Babak Awal Indonesia Open 2025, Early Exit!
-
Selamat! Sinners Jadi Film Orisinal Terlaris di Box Office Dekade 2020-an
-
Antara Keringat dan Ketakutan: Saat Catcalling Membayangi Langkah Perempuan
-
Indonesia Open 2025: Jadwal Laga 12 Wakil Tuan Rumah di Babak Kedua