Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Anggia Khofifah P
Poster Film Piknik Bersama Maut (Instagram/arungifilms)

Film Piknik Bersama Maut hadir sebagai sebuah karya unik yang membahas isu berat, seperti hustle culture dan hubungan keluarga yang rumit, namun dikemas dengan sentuhan humor dan narasi yang ringan.

Disutradarai oleh Nara Nugroho dari Kapsul Waktu Studio, film ini merupakan salah satu dari tiga karya terpilih yang berkompetisi di Jakarta Film Week 2024.

Meskipun tidak menjadi pemenang utama, Piknik Bersama Maut tetap berhasil mencuri perhatian dengan pesan mendalamnya. Penonton diajak untuk merenungkan makna hidup, pekerjaan, dan penyesalan yang mungkin muncul di akhir perjalanan hidup kita.

Sinopsis: Perjalanan Rudi Menuju Akhirat

Kisah film ini berpusat pada Rudi, seorang desainer grafis freelance yang meninggal dunia secara mendadak karena kelelahan. Namun, Rudi menolak untuk meninggalkan dunia karena masih ada proyek desain yang belum selesai.

Sang Maut, yang bertugas menjemputnya, mencoba meyakinkan Rudi dengan memperlihatkan realitas pahit: perusahaan tempatnya bekerja ternyata dengan mudah menggantikannya dengan desainer lain.

Diberi waktu hingga senja, Rudi diberi kesempatan menikmati perjalanan terakhirnya. Alih-alih memilih destinasi mewah, Rudi justru meminta mengunjungi tempat-tempat yang menyimpan kenangan sederhana bersama keluarga, seperti Taman Mini Indonesia Indah.

Dalam perjalanan ini, ia menyadari bahwa hidupnya yang terlalu sibuk bekerja telah membuatnya melupakan kebahagiaan kecil dan hubungan penting, seperti dengan sang ayah. Momen-momen ini membawa penonton pada refleksi emosional, menyinggung penyesalan yang muncul ketika terlambat untuk memperbaiki semuanya.

Sentilan untuk Hustle Culture dan Relasi Keluarga

Meski memiliki tema yang cukup berat, Piknik Bersama Maut mampu membalutnya dengan humor yang kadang ironis. Hustle culture, yang sering dinormalisasi di masyarakat modern, menjadi salah satu isu utama dalam film ini.

Film ini menyindir lingkungan kerja toxic yang cenderung mengabaikan sisi kemanusiaan para karyawan demi keuntungan semata.

Namun, film ini tidak hanya berhenti di kritik sosial. Ketika pembicaraan beralih pada pertanyaan, "Ada nggak sih yang kamu sesali selama hidup?", suasana berubah menjadi lebih sentimental.

Hubungan rumit antara Rudi dan Ayahnya memberikan salah satu momen paling emosional dalam film. Penonton diingatkan bahwa tidak ada pekerjaan yang layak diperjuangkan hingga harus mengorbankan hubungan penting dan kebahagiaan sederhana dalam hidup.

Piknik Bersama Maut bukan sekadar film pendek biasa. Ini adalah pengingat penting bahwa hidup harus dijalani dengan seimbang. Film ini akan membuatmu tertawa, merenung, bahkan mungkin berkaca-kaca.

Jika kamu sedang mencari tontonan yang menghibur namun penuh makna, film ini adalah pilihan yang pas. Sebuah karya yang menunjukkan bahwa dalam hidup, menikmati momen kecil sering kali jauh lebih berarti daripada sekadar mengejar target besar.

Piknik Bersama Maut masih bisa kamu tonton di Vidio sampai akhir November, ya. Gratis!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Anggia Khofifah P