Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Ardina Praf
Novel The Book of Two Ways (gramedia.com)

Novel 'The Book of Two Ways' karya Jodi Picoult menjadi salah satu buku yang mengajak pembaca untuk merenung tentang pilihan hidup dan penyesalan yang mungkin muncul di kemudian hari.

Ceritanya berpusat pada Dawn Edelstein, seorang perempuan yang pernah menjalani kehidupan sebagai Egyptologist, sebelum akhirnya meninggalkan masa lalunya untuk membangun keluarga di Boston bersama suaminya, Brian, dan putri mereka.

Namun, ketika Dawn menghadapi situasi mendesak di pesawat yang nyaris jatuh, pikirannya melayang ke masa lalunya. Ia membayangkan apa yang terjadi jika ia membuat pilihan yang berbeda dan tetap bersama Wyatt Armstrong, cinta lamanya.

Novel ini berhasil menangkap pergulatan batin yang sering dialami manusia, yaitu tentang pilihan hidup yang telah dibuat dan pertanyaan "bagaimana jika" yang tak jarang membayangi.

Picoult secara cerdas menggambarkan kerumitan batin Dawn, yang merasa tidak puas dan meragukan keputusan hidupnya.

Lewat karakter ini, novel menyajikan refleksi realistis tentang ketidakpuasan manusia terhadap pilihannya sendiri, mengingatkan bahwa penyesalan sering datang terlambat.

Salah satu kekuatan novel ini adalah pesan moral yang menyentuh. Dawn menggambarkan perjuangan seseorang dalam menerima kenyataan hidup dan mengakui bahwa mungkin ada pilihan-pilihan lain yang bisa diambil.

Ini mengajarkan pembaca untuk merancang tujuan hidup yang jelas dan memastikan bahwa pilihan yang diambil mendekati kebahagiaan sejati, bukan sekadar mengikuti arus atau tekanan dari pihak lain.

Meski demikian, 'The Book of Two Ways' memiliki kekurangan pada aspek gaya bahasa. Picoult menggunakan narasi yang kuat dan penuh makna, namun seringkali kompleks sehingga membutuhkan perhatian lebih dari pembaca.

Hal ini mungkin akan membuat beberapa pembaca merasakan kesulitan dalam mengikuti cerita, terutama bagi mereka yang terbiasa dengan gaya penulisan yang lebih sederhana.

Namun, bagi pembaca yang menyukai tantangan, bahasa yang mendalam ini justru menjadi daya tarik tersendiri karena memberikan pengalaman membaca yang lebih kaya.

Picoult juga menambahkan elemen sejarah dan sains dalam novel ini, khususnya tentang Egyptology, yang memberikan nuansa unik.
Deskripsi tentang kehidupan Dawn sebagai Egyptologist membawa pembaca pada dunia yang penuh dengan misteri kuno dan pemikiran ilmiah, sekaligus menggarisbawahi betapa pentingnya masa lalu dalam membentuk identitas seseorang.

Hal ini menambah dimensi pada karakter Dawn dan konflik batin yang ia alami, membuat pembaca tidak hanya merenungkan tentang pilihan pribadi, tetapi juga tentang keterkaitan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

'The Book of Two Ways' bukan hanya sekadar novel tentang pilihan hidup, tetapi juga tentang penerimaan, cinta, dan keberanian untuk menghadapi apa yang telah ditentukan takdir.

Ini adalah cerita yang mendalam tentang bagaimana kita menghadapi penyesalan, mengelola keinginan yang tak terwujud, dan berusaha menemukan makna di tengah ketidakpastian hidup.

Novel ini mengajak pembaca untuk bertanya pada diri sendiri, apakah kita telah memilih dengan benar, atau justru kita terjebak dalam ilusi pilihan yang seolah-olah lebih baik?

Secara keseluruhan, 'The Book of Two Ways' adalah bacaan yang menggugah bagi mereka yang ingin mengeksplorasi dilema eksistensial dan mencoba memahami arti dari setiap keputusan yang diambil.

BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE

Ardina Praf