Pernahkah Anda membayangkan bagaimana aktor kawakan Liam Neeson kembali memerankan sosok ayah yang tangguh di tengah situasi penuh bahaya?
Retribution adalah jawabannya. Disutradarai oleh Nimród Antal, film thriller ini merupakan remake dari film produksi Spanyol El Desconocido (2015).
Uniknya, film ini juga telah di-remake dua kali sebelumnya, yakni dalam film Jerman Don’t. Get. Out! (2018) dan film Korea Selatan Hard Hit (2021).
Kisah Retribution berpusat pada Matt Turner (Liam Neeson), seorang rekanan keuangan sukses yang tinggal di Berlin bersama istri dan kedua anaknya, Emily dan Zach.
Suatu pagi, istrinya meminta Matt untuk mengantar anak-anaknya ke sekolah. Tanpa diduga, bangku mobil Matt telah dipasangi bom yang akan meledak jika ia beranjak dari kursinya.
Di bawah tekanan dari sang pemasang bom, Matt berusaha mencari jalan keluar untuk menyelamatkan dirinya serta kedua anaknya.
Namun, dalam perkembangannya, Matt menjadi terduga kuat pelaku pemboman yang marak terjadi di Berlin.
Review Film Retribution
Dibandingkan dengan versi sebelumnya, Retribution memang secara teknis disajikan dengan sangat apik. Sinematografi dan editing yang menawan berhasil memainkan intensitas aksi-aksi tegang.
Liam Neeson, dalam peran tipikalnya, kembali tampil dengan penuh pesona dan gaya khasnya saat berada dalam situasi penuh tekanan.
Kalimat-kalimat seperti "There’s a bomb on my car!" atau "I want to talk to my wife!" dibawakan dengan nada berat yang khas, membuat para penggemar sang aktor langsung mengenalinya.
Meskipun sisi teknis dan akting Neeson menjadi nilai lebih, Retribution tidak serta merta lebih baik dari versi sebelumnya.
Satu catatan besar adalah kurangnya kedalaman drama, khususnya chemistry antara protagonis dengan kedua anaknya selama di dalam mobil. Dalam versi sebelumnya, poin ini menjadi kekuatan utama selain elemen thrillernya.
Hubungan keluarga, terutama hubungan sang protagonis dengan istrinya dan kedua anaknya, sangat ditekankan. Namun, Retribution lebih fokus pada elemen thriller dan twist kemunculan antagonis.
Film ini juga mengabaikan faktor putranya sebelum klimaks dengan menyajikan duel klasik antara protagonis dan antagonis, yang sayangnya tidak terasa begitu menyengat.
Meskipun Neeson tetap memukau dalam peran thriller tipikalnya, Retribution terjebak dalam cerita remake yang lebih inferior ketimbang pendahulunya.
Sebagai fans Liam Neeson, terlihat jelas bahwa sang aktor sudah tampak lelah dengan peran tipikal ini. Sebagai penonton, kita tentu berharap lebih dari sebuah film yang melibatkan aktor sekelas Liam Neeson.
Dengan sisi teknis yang apik dan akting yang solid, Retribution memang cukup menghibur, namun tidak memberikan sesuatu yang benar-benar baru atau mendalam.
Jika Anda penasaran bagaimana Liam Neeson menghadapi situasi penuh tekanan di Retribution, tontonlah film ini dan rasakan sendiri ketegangannya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Film Ditto, Kisah Cinta Remaja di Tahun Berbeda
-
Ulasan Film We Have a Ghost, Kisah Hantu Misterius Penunggu Rumah
-
Ulasan Film Jin Qorin: Kisah Horor Jin Pendamping Manusia
-
Ulasan Film Diponegoro 1830, Akhir Kisah Penangkapan Pangeran Diponegoro
-
Ulasan Film Dungeons & Dragons Honor Among Thieves, Aksi Mencuri Relik
Artikel Terkait
-
5 Poster Karakter Pemain Utama Film Korea The Old Woman with the Knife
-
Review Film Dead Teenagers: Lima Remaja Berjuang Bertahan Hidup dalam Ancaman
-
Perankan Sosok Ibu yang Khianati Anaknya di Film Norma, Wulan Guritno Belajar soal Maaf
-
Profil Ryan Adriandhy: Sosok Jenius di Balik Film Animasi Jumbo
-
Imbas Capaian Snow White, Produksi Live-Action Tangled Resmi Ditunda
Ulasan
-
Review Film Dead Teenagers: Lima Remaja Berjuang Bertahan Hidup dalam Ancaman
-
Aksi Heroik Seorang Mantan Tentara dalam Melawan Teroris dalam Film Cleaner
-
Review Anime Ranma 1/2, Komedi Klasik dengan Sentuhan Modern
-
Ulasan Novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer: Sejarah Kolonial
-
Merenungkan Makna Hidup Melalui Novel Khutbah di Atas Bukit
Terkini
-
5 Poster Karakter Pemain Utama Film Korea The Old Woman with the Knife
-
Dehumanisasi Digital: Saat AI Mengambil Peran Manusia
-
Grok dan Letupan Kritik saat Demokrasi Makin Tercekik
-
Hajar Yaman, 3 Faktor Ini Buat Timnas Indonesia U-17 Sukses Menang Telak?
-
Piala Asia U-17: Pasukan Garuda Muda Harus Paksakan Kemenangan saat Hadapi Yaman!