Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Rana Fayola R.
Olivia Rodrigo, penyanyi lagu Drivers License. (Instagram/oliviarodrigo)

Duduk sendiri di kamar, malam yang tenang tiba-tiba berubah menjadi ruang pengakuan. Musik pelan terdengar dari earphone, dan satu kalimat itu menghantam: “I got my driver’s license last week~”

Begitulah Drivers License milik Olivia Rodrigo bekerja. Ia tak hanya lagu, melainkan sebuah pelarian dan suara hati generasi muda yang merasakan kehilangan pertama mereka. Di mana kehilangan itu berhasil mengubah segalanya.

Dirilis pada Januari 2021, single tersebut mendapat sambutan hangat dari para pendengar. Lantaran mampu langsung menyentuh posisi nomor satu di Billboard Hot 100 dan Billboard Global 200, memecahkan rekor streaming harian, dan membuat Olivia Rodrigo yang kala itu masih 17 tahun berhasil menjadi nama yang tak mungkin dilewatkan di jagat pop.

Namun, kekuatan Drivers License tidak hanya terletak pada statistik. Lagu ini punya nyawa. Ia seperti surat cinta yang terlambat dikirim. Isinya mengisahkan seorang gadis yang baru saja mendapatkan SIM yang merupakan sebuah simbol kebebasan di usia remaja, sayangnya justru harus menyetir sendiri, menyusuri jalanan penuh kenangan tentang cinta yang telah pergi.

Review Drivers License, Olivia Rodrigo Kenang Patah Hati di Masa Lalu

Lirik seperti “And you're probably with that blonde girl / who always made me doubt” menggambarkan bukan hanya patah hati, tapi juga keraguan, rasa tidak aman, dan pengkhianatan diam-diam yang kerap tak bisa diungkapkan secara terang-terangan.

Olivia menulis lagu ini dari tempat yang personal, namun hasilnya bersifat universal. Siapapun yang pernah merasakan kehilangan seseorang yang pernah berjanji untuk bertahan, akan merasa lagu ini seolah-olah ditulis untuknya.

Tak heran jika banyak pendengar menyebut Drivers License sebagai teman setia saat menyetir sendirian malam-malam, atau saat duduk sendirian meratapi kenangan. Lagu ini mencerminkan rasa sakit, sekaligus memberi ruang untuk merasakannya.

Yang membuat Drivers License begitu kuat adalah kejujurannya. Lagu ini tidak berusaha membungkus rasa sakit dengan metafora rumit. Ia to the point, tapi tetap puitis.

Kalimat seperti “I still hear your voice in the traffic / we're laughing over all the noise” terdengar begitu sinematik, seolah menggambarkan adegan film yang terjadi di kepala pendengar. Lagu ini menjadi soundtrack bagi banyak cerita, banyak luka.

Tak hanya itu, Drivers License juga memberi ruang baru bagi remaja untuk memahami bahwa patah hati bukan sesuatu yang memalukan. Bahwa menangis saat menyetir bukanlah kelemahan, tapi bagian dari proses penyembuhan.

Olivia Rodrigo berhasil menyuarakan kesedihan dengan cara yang elegan, tidak berlebihan namun tetap terasa dalam. Tidak heran jika banyak orang menyebutnya sebagai “You Belong With Me”-nya generasi Z.

Sang penyanyi dengan segala kesederhanaannya dalam bercerita, mampu membangun jembatan emosi dengan para pendengar. Di tengah industri musik yang sering menuntut lirik puitis dan produksi bombastis, Drivers License justru menang karena keheningan dan kejujurannya.

Akhir kata, Drivers License adalah lebih dari sekadar lagu patah hati. Ia adalah pengakuan, pelipur lara, dan saksi dari proses tumbuh dewasa yang tak selalu indah. Lagu ini tak hanya mengenalkan Olivia Rodrigo sebagai musisi muda berbakat, tetapi juga sebagai suara yang tulus bagi generasinya. Dan ketika musik bisa menjadi pelukan di saat-saat paling rapuh, maka ia telah berhasil.

Jadi, jika kamu sedang patah hati atau sekadar ingin mengenang seseorang yang pernah ada, putar lagu ini. Biarkan Olivia mengemudi, dan kamu tinggal duduk di kursi penumpang, menangis, tersenyum, lalu perlahan-lahan menerima.

Rana Fayola R.