Citraresmi atau yang kadang-kadang disebut Pitaloka adalah seorang putri raja yang teramat hebat dalam memperjuangkan martabat dan harga diri. Bukan hanya untuk kepentingan dirinya saja, namun juga demi nama baik orang Sunda sepanjang masa, meskipun hidup yang ditempuhnya sangat memilukan.
Peristiwa tragis yang menimpa Citraresmi terjadi sekitar tujuh abad yang lampau. Ia putri Sunda dari Kerajaan Galuh yang gugur di Tegal Bubat, sebab tekadnya untuk menegakkan harga diri. Kisah Citraresmi diungkap dalam beberapa naskah kuno, seperti Kidung Sundayana yang ditemukan di Bali dengan tulisan Jawa Kuno.
Dalam kapasitas seorang pengarang yang sudah punya nama, Eddy D. Iskandar menuliskan kembali kisah Citraresmi dalam bentuk prosa liris yang indah. Tentu yang ditulis oleh Eddy ini bukan murni sejarah, melainkan telah dipadukan dengan unsur sastra agar kisah tersebut lebih tampil memikat dan demi mengakrabkan sejarah kepada masyarakat.
Tidak setiap orang suka membaca sejarah, sekalipun banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat dipetik. Karena sejarah dalam anggapan banyak orang hanya berisi deretan nama raja dan sejumlah angka tahun.
Bagi masyarakat kekinian, sejarah semacam itu tidaklah menarik. Terkesan kering. Tetapi, jika kisah sejarah ditampilkan dalam kemasan sastra, dapat menjadi daya tarik sehingga orang-orang ingin membacanya.
Akulah Hayam Wuruk Sri Rajasanagara yang galau mendengar cerita tentang pesona kecantikan Putri Sunda Citraresmi Dyah Pitaloka. Bundaku yang meminta agar aku bersanding dengannya, sebab jika itu terlaksana akan mempererat ikatan keluarga Galuh Sunda dan Majapahit Raya.
Sudah kuminta pelukis istana, seorang pelukis terbaik se-Nusantara agar datang menghadap ke tanah Sunda untuk melukis kecantikan sang dewi yang selalu datang dalam mimpi-mimpi. (Halaman 16).
Prosa indah Citraresmi karya Eddy D. Iskandar ini berisi tentang putri sulung Prabu Maharaja atau Prabu Linggabuwana yang sangat cantik dan moleh sehingga menyebabkan Raja Majapahit, Prabu Hayam Wuruk, sangat terpikat. Lamaran pun segera dikirim ke Kawali untuk mempersunting Citraresmi untuk dijadikan permaisuri.
Dengan iktikad baik, Prabu Maharaja berangkat dari Kawali pusat Kerajaan Galuh, membawa serta putrinya dalam rombongan kecil yang diikuti beberapa pengawal. Sayangnya, sesampainya di Bubat, Prabu Maharaja mendengar kabar dari Mahapatih Gajah Mada bahwa Citraresmi tidak akan diposisikan sebagai calon istri Hayam Wuruk, melainkan dianggap upeti atau perempuan persembahan dari negeri jajahan.
Hal ini membuat Prabu Maharaja sangat tersinggung, lalu bentrokan fisik tidak dapat dihindari. Para pengawal yang sedikit dari Kawali dengan gagah berani tak gentar menghadapi gempuran pasukan Majapahit yang memang sudah disiapkan untuk menghadapi perang besar.
Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Citraresmi - Riwayat Menyayat Perang Bubat
Penulis: Eddy D. Iskandar
Penerbit: Dunia Pustaka Jaya
Cetakan: II, Mei 2009
Tebal: 90 Halaman
ISBN: 978-623-221-015-8
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ibu Virgoun Kejang-Kejang Tahu Kabar Inara Rusli Dinikahi Suami Orang
-
Insanul Fahmi Ngaku Lebih Nyaman Bersama Inara Rusli daripada Wardatina Mawa
-
Inara Rusli Ternyata Pernah Ngaku Bersedia Dipoligami: Iya, Mau Dapat yang Gimana Lagi
-
Mencengangkan! Insanul Fahmi Telah Nikahi Inara Rusli dan Ngaku Talak Dua Wardatina Mawa
-
Amanda Manopo Pamer Test Pack, Fajar Sadboy Malah Ngira Sikat Gigi
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Ugly Love, Permainan Hati yang Berujung Luka
-
Mengulik Dinamika Persahabatan Dewasa dalam Novel 'Museum Teman Baik'
-
Inspiratif! Ulasan Buku Antologi Puisi 'Kita Hanya Sesingkat Kata Rindu'
-
Novel Bungkam Suara: Memberikan Ruang bagi Individu untuk Berpendapat
-
Belajar Merancang Sebuah Bisnis dari Buku She Minds Her Own Business
Ulasan
-
Ulasan Film Panor, Teror Kutukan yang Perlahan Menggigit Batin
-
Ulasan Novel Izinkan Aku Mencintaimu: Menemukan Cinta Sejati dan Jati Diri
-
Review Anime Yuru Camp Season 3, Menjelajah Destinasi Baru
-
Ini 3 Daftar Novel yang Akan Diadaptasi Menjadi Film, Ada Laut Bercerita!
-
Review Film Danyang Wingit: Jumat Kliwon, Ritual Kelam Pertunjukkan Wayang!
Terkini
-
Antara Pasir yang Berjalan: Cerita Ketangguhan dari Pesisir Selatan Lombok
-
HIV Sudah Bisa Dikendalikan, Stigmanya Belum
-
Petrikor: Self Healing Manjur dalam Belantara Aroma
-
5 Sepatu Lari Nuansa Merah dengan Desain Trendy ala Anak Muda
-
Merawat Ruang Digital dari Praktik Bullying yang Mengakar di Kolom Komentar