Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Aldric Raynaldo
Galeri Museum Affandi (Dok. Pribadi/Aldric Raynaldo Latulariuw)

Yogyakarta menjadi wadah bagi para seniman untuk terus berkarya. Tak heran apabila Kota Yogyakarta mendapat julukan sebagai Kota Budaya. Julukan ini didukung dengan adanya beberapa museum yang ada di kota Yogyakarta yakni Museum Affandi, Museum Benteng Vredeburg, Museum Ullen Sentalu, dan Museum Sonobudoyo.

Affandi Koesoema, akrab disapa Affandi, merupakan seorang maestro seni lukis Indonesia. Selain menjadi seorang seniman, Affandi juga merupakan pemilik dari Museum Affandi. Awalnya museum ini digunakan sebagai ruang pameran untuk memamerkan beberapa hasil karya lukisannya.

Salah satu pelopor dari aliran ekspresionisme yang ada di Indonesia adalah Affandi. Melalui aliran ekspresionisme ini Affandi lebih mengedepankan warna, ekspresi, dan emosi yang personal untuk menggambarkan perasaannya terhadap objek yang dilukis. Banyak lukisan Affandi bersifat abstrak, keabstrakan ini dikarenakan aliran yang dianut oleh Affandi dalam melukis.

Pada tahun 1952, Affandi memulai karirnya sebagai seniman yang menganut aliran ekspresionisme. Jauh sebelum itu, Affandi sempat menganut aliran naturalis pada tahun 1936-1950. Perubahan aliran yang dianut Affandi awalnya disebabkan karena Affandi melukis sebuah poster dan baliho untuk bioskop. Selain itu, perubahan aliran ini juga disebabkan karena kuas yang digunakan oleh Affandi patah dan memaksakan Affandi untuk melukis dengan menggunakan tangan dan tube.

“Kuas yang digunakan oleh Affandi itu patah dan tidak menemukan kuas lain yang ada di dekatnya. Sejak itu, emosi yang dimiliki oleh Affandi lebih keluar, vulgar, dan ditunjukkan,” jelas Kanina, Edukator Museum Affandi, saat diwawancarai Selasa (3/12).

Salah satu alasan bahwa Affandi dianggap sebagai seorang ekspresionis adalah dari cara melukisnya. Affandi sangat ekspresif ketika melukis sesuatu, di mana Affandi sering melukis secara on the spot atau di tempat secara langsung. Berbeda dengan pelukis lainnya ketika melukis sebuah karya melalui suatu media seperti foto dan gambar. 

“Jadi Bapak Affandi selalu melukis objek itu secara on the spot dan langsung selesai, tidak lebih dari satu hari atau setengah hari. Affandi menangkap emosi yang Ia rasakan saat melukis dan selalu mengekspresikan emosi juga pikirannya ke dalam kanvas,” terang Kanina.

Keunikan yang dimiliki oleh Affandi ketika melukis memberikan nilai tersendiri bagi karya-karya yang dihasilkan. Affandi melukis emosi dan ekspresi ke dalam lukisannya yang membuat hasil karya Affandi selalu memfokuskan pada narasi atau cerita dari sebuah peristiwa. Narasi lukisan yang dihasilkan oleh Affandi dari sebuah peristiwa menimbulkan perbedaan perspektif. Affandi dapat melihat perspektif yang berbeda dari sebuah kejadian nyata. 

“Affandi memang tidak melukis hal-hal yang indah, tetapi melukis emosi apa yang Ia tangkap pada saat itu, itu membutuhkan kepekaan yang sangat besar. Belum tentu bisa dilihat oleh seniman lain. Ia bisa melihat perspektif yang berbeda dari apa yang sebenarnya terjadi,” lanjut Kanina.

Terlepas dari karyanya yang menggambarkan suatu peristiwa dan kondisi tertentu, Affandi juga melukis tentang dirinya sendiri dan keluarganya. Affandi juga melukis tentang hubungan dengan keluarganya yang dikemas dalam sebuah lukisan. Makna yang dibentuk dari lukisan yang dilukis oleh Affandi memiliki cerita tersendiri di baliknya. 

“Dia melukis dirinya sendiri itu bukan hanya sekadar selfie tetapi Dia lagi merasakan suatu emosi lalu menggambarkannya. Dia senang, sedih marah ya dia gambar sesuai dengan emosinya. Ada juga beberapa lukisan yang menggambarkan Dia dengan Maryati dan Kartika,” tutur Kanina.

Program-program yang dilakukan oleh Museum Affandi dalam mengenalkan seni ekspresionisme sejauh ini belum terlihat. Museum masih melakukan banyak pembaruan program menyesuaikan dengan target pasar dan tren masyarakat luas. Program-program ini akan memberikan pemahaman bahwa seni itu tidak terbatas. 

“Seni itu tidak terbatas dan tidak bisa dikotak-kotakan apapun media dan alatnya, jadi kita hanya memberi wadah. Harapannya, pengunjung museum pulang dengan mengenal Affandi dan dapat bercerita bahwa Indonesia memiliki sosok Affandi,” tutup Kanina.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Aldric Raynaldo

Baca Juga