Buku "Forest of Noise" karya Mosab Abu Toha benar-benar menyentuh hati. Menulis dari pengalaman hidupnya di Gaza yang dilanda konflik, Abu Toha menggambarkan dengan indah dan penuh emosi tentang bagaimana manusia bisa bertahan di tengah kekacauan.
Dalam setiap puisi yang ia tulis, ada campuran antara kesedihan mendalam dan keinginan untuk terus hidup, meski segala sesuatu di sekitar hancur.
Salah satu bagian yang paling menggugah hati adalah saat Abu Toha menceritakan tentang istrinya yang bernyanyi untuk menenangkan anak-anak mereka saat ledakan bom mengguncang Gaza.
Di tengah suasana penuh ketakutan, mereka mencoba mencari kenyamanan dalam kebersamaan. Hal ini terasa sangat manusiawi—suatu cara sederhana untuk bertahan dan memberikan rasa aman bagi yang kita cintai, meskipun dunia di luar penuh kekacauan.
Keindahan dalam puisi-puisi Abu Toha ini membuat saya merasa seperti ikut merasakan penderitaan sekaligus harapan yang muncul dari dalam hati mereka.
Selain itu, buku ini juga penuh dengan kenangan indah tentang masa lalu, seperti saat Abu Toha mengenang kebun jeruk milik kakeknya. Meskipun kenyataan sekarang sangat berbeda, kenangan itu tetap hidup dalam puisi-puisinya.
Abu Toha menggambarkan betapa perubahan yang drastis telah menghapus banyak hal indah dalam hidupnya, namun ia tetap menjaga memori tersebut dengan penuh kasih sayang.
Ini menunjukkan bahwa meskipun situasi bisa menghancurkan banyak hal, kenangan indah dan rasa cinta akan selalu tetap ada, tak tergoyahkan oleh waktu atau keadaan.
"Forest of Noise" bukan hanya tentang kekerasan dan penderitaan, tetapi juga tentang harapan. Dalam setiap puisi, Abu Toha berbicara tentang keberanian manusia untuk terus maju, untuk bertahan hidup, bahkan dalam keadaan yang sangat sulit.
Ada sesuatu yang begitu tulus dalam cara ia menulis—tentang cinta, tentang keluarga, tentang harapan yang tidak pernah padam.
Buku ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap berita tentang perang dan konflik, ada kehidupan, ada orang-orang yang terus berjuang untuk tetap merasakan kebahagiaan meski dalam ketidakpastian.
Bagi saya, "Forest of Noise" adalah karya yang tidak hanya menggugah pikiran, tetapi juga menyentuh jiwa. Ini adalah suara mereka yang terpinggirkan, suara yang memberi kita pemahaman lebih dalam tentang kehidupan di Gaza.
Kalau kamu mencari buku yang bukan hanya tentang perang, tetapi juga tentang manusia, tentang kehidupan, dan tentang harapan, buku ini pasti tidak boleh dilewatkan.
Baca Juga
-
Kulit Sehat Maksimal: 4 Cleansing Balm Bebas Paraben, Pewarna, dan Pewangi!
-
Dari Trauma ke Persahabatan: Review Film The Perks of Being a Wallflower
-
5 Primer Terbaik untuk Wajah Mulus: Pori-Pori Tersembunyi, Tampil Flawless!
-
Rahasia Kulit Glowing! 5 Sunscreen Tone-Up Multifungsi untuk Hari Sibuk
-
4 Serum Multifungsi untuk Kulit Kombinasi, Solusi Praktis dan Efektif
Artikel Terkait
-
Krisis Kesehatan Gaza: 120 Jenis Obat Habis di Tengah Genosida Israel, Termasuk untuk Kanker
-
Mengenali Diri Sendiri Melalui Buku Watak-Watak yang Bersembunyi Dalam Diri
-
Ulasan Buku Di Balik Seragam: Dedikasi Komjen. Pol. Drs. Agus Andrianto
-
Ulasan Novel XOXO: Perpaduan Budaya Amerika dan Korea Selatan
-
Ulasan Buku Si Buruk Rupa, Ajarkan Anak tentang Pentingnya Sambut Perubahan
Ulasan
-
Mengenali Diri Sendiri Melalui Buku Watak-Watak yang Bersembunyi Dalam Diri
-
Mengurai Luka dan Harapan di Lagu Bertajuk 'Bunga Maaf' oleh The Lantis
-
Review Film You Are the Apple of My Eye 2018: Manisnya Cinta Pertama
-
Ulasan Novel XOXO: Perpaduan Budaya Amerika dan Korea Selatan
-
Kulineran di Car Free Day Kota Jambi, Ada Sate Kacang Kuah Kacang yang Enak
Terkini
-
Jika Ingin Tetap Bermain Abroad, 3 Liga Ini Cocok untuk Karier Pratama Arhan
-
Disebut Punya Darah Asal Indonesia, Ini Profil Pesepakbola Mitchel Bakker
-
Jarang Diketahui, Ini 6 Kebiasaan Sepele yang Bisa Menambah Usia Baterai HP
-
Baru Tayang di 8 Bioskop, Film The Brutalist Berjaya di Box Office Domestik
-
Raih Gelar AMEC 2024, Bukti Vietnam Berjodoh dengan Pelatih Asal Korea