Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sabit Dyuta
sampul buku Forest of Noise (Amazon)

Buku "Forest of Noise" karya Mosab Abu Toha benar-benar menyentuh hati. Menulis dari pengalaman hidupnya di Gaza yang dilanda konflik, Abu Toha menggambarkan dengan indah dan penuh emosi tentang bagaimana manusia bisa bertahan di tengah kekacauan.

Dalam setiap puisi yang ia tulis, ada campuran antara kesedihan mendalam dan keinginan untuk terus hidup, meski segala sesuatu di sekitar hancur.

Salah satu bagian yang paling menggugah hati adalah saat Abu Toha menceritakan tentang istrinya yang bernyanyi untuk menenangkan anak-anak mereka saat ledakan bom mengguncang Gaza.

Di tengah suasana penuh ketakutan, mereka mencoba mencari kenyamanan dalam kebersamaan. Hal ini terasa sangat manusiawi—suatu cara sederhana untuk bertahan dan memberikan rasa aman bagi yang kita cintai, meskipun dunia di luar penuh kekacauan.

Keindahan dalam puisi-puisi Abu Toha ini membuat saya merasa seperti ikut merasakan penderitaan sekaligus harapan yang muncul dari dalam hati mereka.

Selain itu, buku ini juga penuh dengan kenangan indah tentang masa lalu, seperti saat Abu Toha mengenang kebun jeruk milik kakeknya. Meskipun kenyataan sekarang sangat berbeda, kenangan itu tetap hidup dalam puisi-puisinya.

Abu Toha menggambarkan betapa perubahan yang drastis telah menghapus banyak hal indah dalam hidupnya, namun ia tetap menjaga memori tersebut dengan penuh kasih sayang.

Ini menunjukkan bahwa meskipun situasi bisa menghancurkan banyak hal, kenangan indah dan rasa cinta akan selalu tetap ada, tak tergoyahkan oleh waktu atau keadaan.

"Forest of Noise" bukan hanya tentang kekerasan dan penderitaan, tetapi juga tentang harapan. Dalam setiap puisi, Abu Toha berbicara tentang keberanian manusia untuk terus maju, untuk bertahan hidup, bahkan dalam keadaan yang sangat sulit.

Ada sesuatu yang begitu tulus dalam cara ia menulis—tentang cinta, tentang keluarga, tentang harapan yang tidak pernah padam.

Buku ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap berita tentang perang dan konflik, ada kehidupan, ada orang-orang yang terus berjuang untuk tetap merasakan kebahagiaan meski dalam ketidakpastian.

Bagi saya, "Forest of Noise" adalah karya yang tidak hanya menggugah pikiran, tetapi juga menyentuh jiwa. Ini adalah suara mereka yang terpinggirkan, suara yang memberi kita pemahaman lebih dalam tentang kehidupan di Gaza.

Kalau kamu mencari buku yang bukan hanya tentang perang, tetapi juga tentang manusia, tentang kehidupan, dan tentang harapan, buku ini pasti tidak boleh dilewatkan.

Sabit Dyuta