Pada tahun 2021, Squid Game berhasil memikat penonton di seluruh dunia dengan kisah menegangkan tentang konflik dan perjuangan untuk bertahan hidup. Serial ini meninggalkan banyak pertanyaan di akhir cerita yang membuat banyak penggemar penasaran. Tiga tahun berlalu, penantian itu akhirnya berakhir dan musim kedua yang sangat dinantikan kini sudah tayang di Netflix sejak 26 Desember 2024 dengan total 7 episode.
Squid Game Season 2 dimulai dengan Seong Gi-hun (Lee Jung-jae) yang memutuskan untuk melawan dalang permainan sadis yang telah menghancurkan banyak nyawa. Setelah memenangkan 45,6 miliar won, Gi-hun memilih menggunakan kekayaannya untuk mencari dan menghentikan permainan tersebut. Tiga tahun berlalu, dan dia masih gigih melacak perekrut misterius yang dulu menawarinya ikut dalam permainan.
Di sisi lain, Hwang Jun-ho (Wi Ha-joon), polisi yang menyusup ke permainan di Season 1 untuk mencari saudaranya, juga kembali berburu. Setelah mengetahui bahwa saudaranya, In-ho, adalah Front Man di balik permainan, Jun-ho kini mencari pulau tempat permainan berdarah itu berlangsung, meskipun dirinya sempat tertembak dan nyaris tewas.
Review Squid Game Season 2
Musim kedua memperkenalkan pemain baru dengan latar belakang yang menarik, seperti seorang YouTuber yang bangkrut karena salah investasi, seorang penjudi dan ibunya, serta seorang wanita transgender yang berjuang untuk bertahan hidup. Permainan baru yang ditampilkan tetap seru, meski tetap berisiko mematikan.
Setelah menonton Squid Game Season 2, saya merasa ada hal yang patut diapresiasi sekaligus disayangkan. Dibandingkan musim pertama yang fokus pada bagaimana para peserta bertahan hidup di permainan mematikan, Season 2 menawarkan cerita yang lebih kompleks. Kali ini, fokusnya adalah strategi Gi-hun dalam mengungkap dalang di balik layar permainan tersebut. Bagi saya, pendekatan ini memberikan sudut pandang yang lebih segar dan mendalam.
Namun, jujur saja, saya merasa ketegangan yang menjadi daya tarik utama di Season 1 berkurang cukup signifikan di musim ini. Banyak adegan, seperti proses pemungutan suara, terasa terlalu lama dan sedikit membosankan. Ditambah lagi, alur ceritanya terkesan lebih mudah ditebak, sehingga penonton bisa dengan cepat menebak siapa yang akan bertahan dan siapa yang tidak.
Meski begitu, karakter Gi-hun menunjukkan perkembangan yang signifikan. Dari yang sebelumnya impulsif dan optimis, ia kini menjadi sosok yang penuh tekad, dan Lee Jung-jae berhasil menghidupkan transformasi karakter ini dengan apik.
Sementara itu, Hwang In-ho alias "Front Man" (Lee Byung-hun) menambah dimensi cerita dengan kompleksitas karakternya. Sebagai pemenang permainan yang kehilangan istrinya, In-ho menjadi sosok ambigu yang kadang terlihat seperti sekutu Gi-hun, tetapi di sisi lain bertindak sebagai manipulator licik.
Sayangnya, cerita musim ini masih terjebak dalam klise. Banyak karakter baru yang terasa dangkal, seperti Thanos (T.O.P), seorang mantan rapper yang kehilangan uang karena penipuan kripto. Alih-alih digali lebih dalam, ia justru digambarkan berlebihan.
Stereotip seperti tokoh baik dengan kisah sedih dan antagonis yang kejam tanpa lapisan emosi juga kembali muncul. Pola ini terasa seperti pengulangan dari musim pertama, hanya dengan wajah baru, yang membuat cerita kehilangan potensi untuk lebih berkesan.
Meskipun begitu, saya paham bahwa musim ini memang dirancang untuk menggantung. Netflix sendiri sudah mengonfirmasi bahwa akan ada Season 3, jadi saya bisa memaklumi jika beberapa konflik belum selesai di sini. Bahkan, saya mengapresiasi bagaimana Season 2 berhasil menjadi jembatan cerita yang kuat untuk menuju final di musim berikutnya.
Secara keseluruhan, meskipun tidak seintens dan menegangkan seperti musim pertama, saya merasa Season 2 tetap layak ditonton. Ini adalah bagian dari perjalanan panjang yang saya yakin, akan mencapai klimaks epik di Season 3 nanti. Jadi, mari kita tunggu kelanjutannya di tahun depan!
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Memaknai Filosofi Futsal dalam Pembentukan Karakter Manusia
-
Menyusuri Struktur Futsal dan Ikatan Sosial Lewat Kacamata Sosiologi
-
Manis Tapi Menyakitkan, Kupas Tuntas Perihnya Lagu 'Tampar' Juicy Luicy
-
XG Lepaskan Suara Hati yang Kuat dan Bebas lewat Lagu Bertajuk Howling
-
Gen Z Geser Prioritas Hidup: Menikah Muda Bukan Tujuan Utama Lagi
Artikel Terkait
-
Abadi Nan Jaya, Film Zombie Lokal Besutan Kimo Stamboel, Kepoin Yuk!
-
3 Permainan dalam 'Squid Game 2', Tak Kalah Mematikan dari Season 1!
-
Film Makassar 'Uang Panai 2' Resmi Tayang di Netflix, Intip Sinopsisnya!
-
Sutradara Ungkap Rencana 'Squid Game 3' Tayang dan Alasan Membagi Musim
-
13 Karakter dan Pemeran di Serial Netflix 'Squid Game 2', Bertabur Bintang!
Ulasan
-
Ulasan Novel The Bitter Tea: Hidup Tak Selalu Memberi Pengalaman Pahit
-
Review Film Went Up the Hill: Kala Duka Nggak Pernah Mau Pergi
-
Ulasan Never Have I Ever: Saat Cinta, Budaya dan Kekacauan Jadi Satu Kisah
-
Ulasan Novel A Whole Lotto Love: Romansa Manis di Balik Kemenangan Lotre
-
Ulasan Buku Generasi 90an, Kenangan Jadul dan Nostalgia Kaum Milenial
Terkini
-
Menggiring Bola Melawan Stigma: Perempuan dan Kesetaraan di Lapangan Futsal
-
Mau Hangout Pas Weekend? 4 Ide OOTD Kasual ala Jennie BLACKPINK yang Nyaman
-
Adaptasi Game Populer, Sengoku: No Defeat Akan Tayang Perdana Tahun 2026
-
Paradoks Pengetahuan: Semakin Banyak Membaca, Semakin Merasa Bodoh
-
4 OOTD Jo A Ram yang Simpel dan Stylish, Ide Buat Pecinta Gaya Playful