Desa Selat, yang terletak di Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, menyuguhkan pemandangan yang berbeda ketika musim durian tiba. Desa yang hanya berjarak 15 kilometer dari Universitas Jambi di Mendalo ini mendadak menjadi pusat perhatian warga lokal maupun pendatang. Memasuki musim panen durian di akhir dan awal tahun, desa ini seolah bertransformasi menjadi surga bagi para pencinta buah berduri tersebut.
Perjalanan menuju Desa Selat sudah memberikan pengalaman tersendiri. Dari jalan utama, kendaraan mulai perlahan memasuki jalan desa yang disambut oleh pemandangan pohon-pohon durian yang menjulang tinggi. Rimbunan dedaunan hijau mengayomi jalanan desa, memberikan nuansa sejuk dan menenangkan. Pohon-pohon ini tidak hanya menjadi hiasan alam, tetapi juga sumber kehidupan bagi masyarakat setempat.
Di sepanjang jalan desa, jejeran lapak durian milik warga terlihat rapi di pinggiran jalan. Buah-buah durian dengan berbagai ukuran tersusun di atas meja sederhana atau langsung ditumpuk di atas tikar. Aroma khas durian menyeruak, menyapa siapa pun yang melintasi kawasan ini. Setiap penjual dengan ramah menyapa, menawarkan buah terbaik hasil panen mereka.
Keistimewaan durian Desa Selat terletak pada rasanya. Daging buah yang tebal dengan warna kuning keemasan seolah menjadi daya tarik utama. Ketika dimakan, rasanya langsung memenuhi indra—manis pekat dengan tekstur legit yang melekat di lidah. Tidak heran jika banyak orang rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk mencicipi durian di desa ini.
Harga durian di Desa Selat juga tergolong terjangkau. Dengan uang yang tidak terlalu besar, pembeli bisa membawa pulang beberapa buah durian sekaligus. Penjual biasanya memberikan pilihan kepada pembeli, mulai dari durian kecil hingga besar, sesuai dengan selera dan anggaran. Selain itu, pembeli juga bisa memilih langsung durian yang baru saja dipetik dari pohon, menjamin kesegaran dan kualitasnya.
Musim panen durian ini tidak hanya menjadi momen panen raya bagi masyarakat Desa Selat, tetapi juga menjadi sebuah tradisi budaya yang dinantikan. Banyak warga desa yang memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan perekonomian mereka. Tidak hanya menjual buah durian, beberapa warga juga mulai menawarkan olahan durian seperti lempok, tempoyak, dan kue-kue berbahan dasar durian.
Bagi pengunjung, musim durian di Desa Selat tidak hanya soal menikmati buahnya, tetapi juga merasakan atmosfer kekeluargaan yang kental. Para penjual dengan ramah mengajak berbincang, berbagi cerita tentang durian, hingga mengisahkan sejarah pohon-pohon tua yang telah ada di desa tersebut selama puluhan tahun. Interaksi ini memberikan pengalaman unik yang sulit ditemukan di tempat lain.
Selain itu, suasana pedesaan yang asri menambah daya tarik Desa Selat. Pengunjung bisa menikmati durian sambil duduk santai di bawah pohon atau di bale-bale yang disediakan warga. Beberapa pengunjung bahkan memilih untuk berjalan-jalan menyusuri jalan setapak di sekitar desa, menikmati pemandangan kebun durian yang luas dan indah.
Musim panen durian di Desa Selat biasanya berlangsung selama beberapa minggu, tergantung pada jumlah hasil panen. Di waktu-waktu puncaknya, desa ini dipenuhi oleh kendaraan pengunjung yang datang dari berbagai penjuru. Tidak hanya warga lokal dari Jambi, tetapi juga dari daerah-daerah sekitar seperti Palembang, Riau, hingga Sumatra Barat.
Bagi penduduk sekitar Universitas Jambi, Desa Selat adalah destinasi favorit untuk menghabiskan akhir pekan di musim durian. Jaraknya yang hanya sekitar 30 menit perjalanan membuat desa ini mudah dijangkau. Banyak mahasiswa dan keluarga dari Mendalo yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menikmati durian segar langsung dari sumbernya.
Keindahan musim durian di Desa Selat menjadi daya tarik tersendiri bagi Provinsi Jambi. Potensi ini membuka peluang bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk menjadikan desa ini sebagai salah satu destinasi wisata unggulan, khususnya di musim durian. Dengan pengelolaan yang baik, Desa Selat bisa menjadi contoh bagaimana tradisi lokal dan potensi alam dapat mendukung perkembangan ekonomi dan pariwisata daerah.
Bagi siapa pun yang mencintai durian, mengunjungi Desa Selat di musim panen adalah pengalaman yang tidak boleh dilewatkan. Di sini, durian bukan hanya sebuah buah, tetapi juga simbol dari kekayaan alam, kerja keras masyarakat, dan keramahan budaya yang terus hidup di tengah kemajuan zaman.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Menikmati Hidangan Istimewa dan Kuah Gurih di Sup Tunjang Pertama Pekanbaru
-
Koran Cetak di Era Digital, Masihkah Relevan?
-
Cafe Hello Sapa, Kombinasi Sempurna antara Kopi dan Pemandangan Danau Sipin
-
Warung Nasi Goreng Binjai, Tempat Kuliner Malam Penuh Rasa di Pekanbaru
-
Sate Padang Bundo Kanduang, Rasa Asli Minangkabau yang Menggoda Selera
Artikel Terkait
-
Bikin Ngiler 6 Makanan Khas Jambi Ini Siap Manjakan Lidahmu dengan Cita Rasa Autentik
-
Cafe Hello Sapa, Kombinasi Sempurna antara Kopi dan Pemandangan Danau Sipin
-
Roy Marten Terlibat Tambang Ilegal di Jambi? Ini Klarifikasinya!
-
Viral Koramil di Jambi Minta Bingkisan Lebaran ke Pengusaha SPBU, Warganet: Memalukan
-
Sate Kacang dengan Twist Berbeda, Kuliner Jambi yang Bikin Ketagihan
Ulasan
-
5 Rekomendasi Buku untuk Belajar Mindfulness ala Orang Jepang, Wajib Baca!
-
Ulasan Novel Like Mother, Like Daughter: Pencarian di Balik Hilangnya Ibu
-
Review Anime Sakamoto Days, Mantan Pembunuh Bayaran Jadi Bapak Rumah Tangga
-
Kisah Cinta Terlarang Membuka Pintu bagi Ekowisata Gunung Tangkuban Perahu
-
Gemes Banget! Romansa Sederhana Anak Sekolahan di Manga Futarijime Romantic
Terkini
-
Masuki Fase Krusial, Bagaimana Aturan Kelolosan Babak Grup Piala Asia U-17?
-
3 Pencapaian Indonesia yang Bisa Bikin Malu Korea Selatan di AFC U-17, Pernah Kepikiran?
-
Kang Daniel Terjebak dalam Hubungan Cinta yang Menyakitkan di Lagu 'Mess'
-
Masuk Daftar Top Skor AFC U-17, Evandra Florasta Terbantu Kelebihan Mental Reboundnya
-
Zahaby Gholy, Pembuka Keran Gol Timnas U-17 dan Aset Masa Depan Persija