Di antara banyak film berlomba mencuri perhatian, ‘Flow’, film animasi asal Latvia, hadir dengan pendekatan unik. Sutradara Gints Zilbalodis—dikenal lewat film animasi sebelumnya, ‘Away’—kembali mengukuhkan dirinya nggak gentar keluar dari zona nyaman. Diproduksi Dream Well Studio bersama Matss Kaa, ‘Flow’ pertama kali di bioskop-bioskop Indonesia pada 8 November 2024 dan langsung jadi buah bibir, bahkan sebelum tayang di sini pun ‘Flow’ sudah mentereng di berbagai festival internasional.
Sinopsis Film Flow
Film Flow mengisahkan perjalanan seekor kucing hitam, protagonis tanpa nama yang hidup sendiri di sebuah rumah kosong yang dulunya dihuni seorang seniman. Namun, ketika banjir besar melanda dunia dan menenggelamkan segalanya, si kucing terpaksa meninggalkan zona nyamannya dan menjelajahi alam liar untuk bertahan hidup. Perjalanan itu membawanya bertemu dengan berbagai hewan—kapibara, lemur, burung sekretaris, hingga seekor labrador retriever yang mengembangkan ikatan unik dengan sang kucing. Meski para hewan ini digambarkan tetap bersifat alami, interaksi mereka menyiratkan kerja sama dan kehangatan yang jarang ditemukan di film animasi lain.
Pendekatan Film Flow Terhadap Representasi Hewan
Yes! Pendekatan film Flow terhadap representasi hewan itu daya tarik utamanya. Nggak seperti banyak film animasi yang mengandalkan antropomorfisme, film ini justru memilih menggambarkan para hewannya seperti apa adanya: Makhluk hidup yang bertindak berdasarkan naluri. Nyaris nggak ada dialog (khas manusia), nggak ada tarian atau lelucon slapstick, nggak ada akal budi yang menjadikan para karakter seperti manusia. Pilihan kreatif itu, membuat ‘Flow’ terasa lebih autentik dan hidup.
Namun, pendekatan itu pun sebenarnya nggak sepenuhnya menghilangkan "manipulasi artistik." Naskah yang ditulis oleh Zilbalodis bersama Matss Kaa tetap ngasih beberapa modifikasi yang membuat para hewan terkadang melakukan hal-hal di luar kemampuan mereka di dunia nyata. Misalnya, adegan ketika burung sekretaris bertindak sebagai nahkoda perahu, atau bagaimana labrador menunjukkan kasih sayang yang hampir menyerupai ikatan manusia. Bagi sebagian orang, hal ini mungkin terasa sedikit melucuti realisme, tapi justru di sinilah batas antara dunia nyata dan dunia fantasi dirayakan dengan lembut.
Mengapa Pendekatan Naturalnya Terasa Menarik?
Karena film ini membuktikan, karakter hewan nggak harus dan nggak wajib dimanusiakan untuk menyentuh hati penonton. Melihat kucing melompat kaget, seekor lemur yang ragu-ragu sebelum melangkah, atau burung yang terbang melintasi badai, sudah cukup untuk membangkitkan berbagai emosi—tawa, cemas, haru—karena semua itu adalah refleksi dari kehidupan yang nyata. Zilbalodis bak menangkap keindahan naluriah alam dan mengingatkan kita betapa kaya dan emosionalnya dunia yang selama ini mungkin kita abaikan.
Dengan pendekatan visual ala cat air yang mempertegas suasana alami dan pergerakan kamera yang dinamis, ‘Flow’ jadi pengalaman sinematik yang menghipnotis. Bagiku, Film Flow nggak sekadar menggambarkan alam, tapi menjadikan alam sebagai karakter utama yang hidup. Dalam film ini, bukan hewan yang menyesuaikan diri dengan dunia manusia, tapi manusia (penonton) yang diminta untuk kembali memahami dunia dari perspektif hewan.
Pada akhirnya, ‘Flow’ bukan hanya kisah tentang bertahan hidup di tengah bencana. Bisa dibilang, ‘Flow' ialah kisah tentang penerimaan, adaptasi, dan hubungan kita dengan alam. Dengan pendekatan natural terhadap hewan-hewan yang jadi pusat cerita, film ini mencoba menegaskan: Keindahan sejati nggak memerlukan sentuhan buatan—hanya butuh dilihat, didengar, dan dirasakan.
Kamu sudah nonton film ini? Buruan gih ditonton!
Skor: 4,5/5
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Perjuangan Perempuan Kulit Hitam di Medan Perang dalam The Six Triple Eight
-
Sejarah Edukasi Seksual dalam Film Gowok-Javanese Kamasutra
-
Menyelami Emosi dan Etika Penggunaan AI dalam Film Mothernet
-
Nostalgia Multisemesta dan Aksi Brutal dalam Film Deadpool and Wolverine
-
Franchise Fatigue, Ketika Waralaba Hilang Arah dalam Film Despicable Me 4
Artikel Terkait
-
Poster Film Pabrik Gula Dinilai Terlalu Vulgar: Lebih Cocok Pabrik Anak
-
Perjuangan Perempuan Kulit Hitam di Medan Perang dalam The Six Triple Eight
-
Sejarah Edukasi Seksual dalam Film Gowok-Javanese Kamasutra
-
5 Rekomendasi Film dan Series Mahalini, Ada yang Bersama Rizky Febian!
-
Min Sung Wook Jadi Lawan Main An Woo Yeon di Film Korea Bertajuk Crypto Man
Ulasan
-
Cinta Mampu Mengubah Malas Menjadi Rajin dalam Novel Coz Loving U Gus
-
Nikmatnya Sambal Bakar dan Kremes di Warung Wengi Kota Jambi
-
Semangat Belajar Gadis Yatim Piatu dalam Novel Mendung di Atas Casablanca
-
Perjuangan Perempuan Kulit Hitam di Medan Perang dalam The Six Triple Eight
-
Ulasan Buku Aku Belum Siap Dewasa, Cara Menyikapi Masa Depan dengan Tenang
Terkini
-
Resmi! Bek Timnas Indonesia, Pratama Arhan Gabung Klub Bangkok United
-
Malaysia Open 2025: 3 Wakil Indonesia Amankan Tiket Babak 16 Besar
-
Malaysia Open 2025: 4 Wakil Indonesia Bertanding Hari Ini, Ada Jojo!
-
Dikabarkan Jadi Pelatih Timnas, Ternyata Patrick Kluivert Baru Melatih 3 Tim Saja!
-
Sandwich Generation, Financial Freedom dan Ketidakpastian Dana Darurat