Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Ade Feri
Novel Salah Pilih (goodreads.com)

Membaca buku memang dapat mengantarkan kita ke berbagai zaman. Rasanya kemampuan tersebut layak disematkan pada buku karya Nur St. Iskandar yang satu ini sebab berisi pencitraan kondisi sosial masa lampau, khususnya masyarakat adat di Sumatra Barat.

Salah Pilih pertama kali diterbitkan Balai Pustaka pada tahun 1928. Pada periode tersebut, novel-novel terbitan Balai Pustaka memang akrab dengan penggambaran budaya Minangkabau. Tidak heran kalau hal tersebut juga ditemukan pada novel Salah Pilih.

Novel ini mengisahkan tentang sebuah keluarga yang terdiri atas Ibu bernama Mariarti, anak laki-laki bernama Asri, dan anak perempuan angkat bernama Asnah. Asri adalah sosok pemuda berpikiran bebas dan modern karena telah mengenyam pendidikan di Batavia. Sementara, tanpa diduga-duga Asnah justru menaruh hati ke kakak angkatnya itu.

Suatu hari, Asri pulang ke kampung halaman. Kepulangannya tak hanya disambut suka cita sebab Mariarti segera mengutarakan keinginan agar Asri cepat menikah. Di sisi lain, Asnah merasa terpukul setelah mengetahui rencana tersebut. Dirinya menyadari kalau ia tidak bisa menjadi pendamping Asri sebab adat melarang pernikahan sesuku.

Pilihan Asri pun jatuh kepada seorang perempuan cantik dari golongan bangsawan bernama Saniah. Setelah melalui sederet prosesi panjang adat Minangkabau, keduanya resmi menikah. 

Sayangnya, pernikahan keduanya tidak berjalan mulus sebab adanya perbedaan pikiran tentang masalah adat. Asri adalah pemuda yang tetap menghormati adat, tetapi enggan terkekang aturannya. Sedangkan Saniah adalah wanita yang kaku dan selalu disetir ibunya yang sangat patuh dengan adat istiadat. Ditambah, Saniah merupakan wanita yang arogan, sombong, dan membedakan kelas sosial.

Kompleksitas tentang adat istiadat memang sudah terlihat sejak awal cerita bergulir. Gambaran transisi kebudayaan terlihat dari tokoh Asri yang berpikir lebih modern dibandingkan tokoh-tokoh lainnya yang masih memegang teguh adat istiadat mereka.

Barangkali ini bisa menunjukkan bahwa pergaulan dan kesempatan menjelajah tempat baru laksana burung yang keluar sangkar. Ia akan menjadi pribadi yang baru sebab sudah merasakan banyak kesempatan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. 

Di sisi lain, adat istiadat bagi masyarakat pendukungnya memang berperan penting di setiap lini kehidupan mereka. Tidak menutup kemungkinan pula jika aturan adat bisa memengaruhi jalan hidup seseorang.

Dalam novel Salah Pilih, tuntutan adat membuat cinta Asnah kepada Asri layu sebelum berkembang. Ia dianggap tidak layak menjadi pendamping Asnah karena telah menjadi keluarga angkat. Meski pada akhirnya, ibu Asri mengatakan bahwa keduanya bisa menikah sebab tidak ada ikatan darah, tetapi pada akhirnya mereka tetap mengalami perjalanan hidup yang berat. 

Peliknya pilihan cinta dan adat terlihat juga saat kakak laki-laki Saniah izin untuk menikahi wanita biasa dan bukan dari suku Minang. Mengetahui pilihan anaknya, ibu Saniah lantas marah dan berusaha menemui anaknya agar membatalkan rencana pernikahan. 

Membaca novel ini seperti membawa kita mengarungi perbedaan zaman dan aturan. Salah Pilih mencerminkan persoalan kompleks antara kebaruan pemikiran, kekukuhan memegang adat istiadat, dan keputusan cinta.

Pada akhir cerita, Asri dan Asnah berhasil menikah dan memulai hidupnya di Jawa. Inilah yang menjadi salah satu indikasi bahwa kebudayaan mulai mengalami perubahan ke arah yang modern. Di samping itu, orang masih bisa menjunjung tinggi adat mereka dan mengikuti perkembangan zaman.

Identitas buku

Judul: Salah Pilih

Penulis: Nur St. Iskandar

Penerbit: Balai Pustaka

Tahun cetakan pertama: 1928

Tebal buku: 262 halaman

Ade Feri