Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Della Dwi Saputri
Poster film Primbon (IMDb)

Pernah gak sih kalian percaya Primbon? Kalau orang Jawa bilang, primbon itu semacam ‘kitab petunjuk’ yang isinya ramalan nasib, arti mimpi, sampai panduan menentukan hari baik. 

Nah, di film ‘Primbon’ kepercayaan kuno ini menjadi akar dari masalah yang terjadi. Dini, terjebak dalam keluarga suaminya yang masih kental dengan kepercayaan Jawa. 

‘Primbon’ garapan Rudy Soejarwo berusaha menampilkan bagaimana kehidupan sebuah keluarga yang kehidupan sehari-harinya diatur oleh primbon. Jadi tak hanya sekadar judul, namun ada kesinambungan dari segi cerita yang juga ditampilkan.

Sinopsis Film Primbon

Rana dan Janu mendaki gunung di cuaca buruk, keduanya secara tidak sengaja terpisah namun Janu kembali dengan selamat. 

Sementara itu, Rana dinyatakan hilang dan dianggap meninggal. Namun, setelah 7 hari berlalu, Rana kembali ke rumah dalam keadaan mencurigakan. 

Kepulangannya yang aneh ini menimbulkan asumsi dan kecurigaan terhadap Rana, terutama dari keluarga besar Dini dan Bayu (ayah Rana). Hal ini bukan tanpa sebab, namun Rana pergi ke hutan terlarang di hari sialnya. 

Maka, keluarga besar Bayu yang masih berpegang teguh pada kepercayaan Primbon Jawa meragukan sosok Rana yang ada di rumah mereka. Jadi apakah Rana yang pulang itu asli atau bukan?

Ulasan Film ‘Primbon’

Kesan pertama yang dapat aku simpulkan setelah menamatkan ‘Primbon’ adalah film lebih menonjolkan sisi ‘bercerita’ daripada elemen horornya sendiri. 

Perihal isu kepercayaan tradisional dan primbon yang diangkat dimanfaatkan dengan baik, jadi bukan sekadar pajangan. Mitologi klenik dalam film ini dikupas tuntas sebagai objek eksplorasi, sehingga juga memberikan pengetahuan baru bagi penonton yang bukan berasal dari keluarga Jawa. 

Katakan saja, mitos Jawa soal kicauan burung kedasih pertanda kematian, cara mendeteksi kehadiran makhluk halus, hitung-hitungan penentuan hari/tanggal baik atau buruk, hingga ritual ruwatan sebagai pembersihan diri. 

Bukan juga tipikal horor yang panen jumpscare dan hantu, ‘Primbon’ lebih ke membangun dan menjaga suasana menegangkan lewat cerita dan situasi. 

Daripada horor, elemen drama dalam ‘Primbon’ malah lebih terasa. Emosi dan perasaan seorang ibu yang gak mau menerima anaknya sudah mati, kehilangan, dan tekanan keluarga sukses sampai kepada penonton. 

Namun, memang setiap film pasti punya kekurangan. Ada beberapa kondisi dan pertanyaan yang tidak bisa dijawab dari alur ‘Primbon’, seperti apa yang dicari Rana di dalam hutan? Atau sesimpel, ke mana Janu setelah Rana kembali pulang?

Logisnya ketika dia pergi menemani Rana ke hutan dan menghilang, dia bisa kembali dengan selamat. Kehadiran tokoh Janu di sini sebenarnya berpotensi untuk menguatkan cerita, namun tokoh yang seharusnya sentral ini malah hilang hampir setengah cerita. 

Dari sisi akting sebenarnya sudah tidak perlu diragukan lagi. Happy Salma yang berperan sebagai Dini, Flavio Zaviera (Rana) tampil dengan sangat baik.

Bukan hanya mereka berdua, tapi hampir semua pemeran dalam ‘Primbon’ memberikan performa luar biasa bahkan extras pemeran pembantu sekalipun.

Rating Pribadi: 6.5/10

Overall, ‘Primbon’ menawarkan sajian horor yang berbeda dari kebanyakan film horor Indonesia. Meskipun belum sempurna, film ini jauh berkembang dengan ide yang fresh. Kalau kalian penasaran, langsung saja tonton ‘Primbon’ di layanan streaming sekarang!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Della Dwi Saputri