Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Miranda Nurislami Badarudin
Mengejar Cinta Halal (DocPribadi/Miranda)

Pernahkah kamu berada di antara dua pilihan: mengikuti kata hati atau menjalani jalan yang tak kau pilih, namun katanya halal? Novel Mengejar Cinta Halal karya Prima Mutiara mencoba menjawab dilema itu lewat kisah sederhana, namun penuh makna.

Buku ini menyajikan perjalanan emosional dua insan muda dalam membingkai cinta lewat kaca mata agama. Tak sekadar tentang perasaan, tapi tentang bagaimana cara mencintai tanpa melanggar batas. Bukan cinta yang membakar, melainkan cinta yang menenangkan.

Kisah Dua Jiwa yang Dipaksa Bertemu

Bintang Kejora adalah mahasiswi psikologi semester akhir yang apa adanya. Ia ceroboh, manja, dan cenderung kekanak-kanakan. Sementara itu, Aidan Fathoni adalah seorang motivator muda sekaligus penyanyi yang telah mantap dengan prinsip hijrahnya. Dunia mereka berbeda—dan mereka pun tidak saling mencintai.

Namun, perjodohan yang diatur keluarga mempertemukan mereka dalam situasi yang tak ideal. Di sinilah konflik utama dimulai: bagaimana dua orang yang tidak saling mencintai bisa hidup bersama dalam ikatan pernikahan yang sah secara agama?

Bintang terpaksa menerima, Aidan memilih tunduk demi menjaga kehormatan. Meski hatinya sudah tertambat pada wanita lain, Aidan berusaha untuk menerima Bintang sebagai amanah. Sementara Bintang belajar untuk mencintai sosok asing yang menjadi suaminya.

Lebih dari Sekadar Cinta

Yang membuat Mengejar Cinta Halal berbeda dari novel percintaan pada umumnya adalah pendekatan spiritual yang kuat. Di balik kisah perjodohan dan ketegangan batin para tokohnya, ada banyak nilai religius yang diselipkan dengan lembut: tentang ikhlas, tentang taat, dan tentang bagaimana cinta bisa menjadi jalan menuju Allah, bukan sekadar sesama manusia.

Prima Mutiara menulis dengan gaya yang ringan dan mengalir. Dialog-dialognya terasa hidup, dan emosi para tokoh tergambar jelas. Bintang dan Aidan bukan karakter sempurna—justru karena ketidaksempurnaan itulah mereka terasa dekat dengan pembaca.

Meski ada beberapa bagian yang terasa klise (seperti tema perjodohan yang sudah sering diangkat dalam novel religi), Prima berhasil menyegarkan topik tersebut dengan sudut pandang yang lebih kontemporer. Terutama dalam menggambarkan proses hijrah Bintang yang pelan-pelan, tidak langsung sempurna, dan penuh perjuangan.

Cocok untuk Pembaca yang Sedang Hijrah

Novel ini sangat relevan untuk pembaca remaja hingga dewasa muda yang sedang dalam proses memperbaiki diri atau mencari makna cinta yang tidak sekadar “berdua”, tapi juga “bersama menuju surga”. Ia juga cocok untuk siapa saja yang pernah merasa bahwa cinta yang halal itu tidak selalu mudah, tapi layak diperjuangkan.

Bukan hanya Bintang yang berubah. Aidan pun belajar, bahwa cinta yang awalnya dipaksakan bisa tumbuh ketika dijaga dengan keikhlasan dan rasa takut kepada Tuhan. Ending-nya cukup realistis, tidak semua luka sembuh, tapi semua orang tumbuh.

Kesimpulan

Mengejar Cinta Halal bukan hanya kisah tentang dua orang yang dipaksa menikah. Ia adalah refleksi tentang bagaimana cinta bisa datang dari arah yang tak terduga, bagaimana perasaan tidak selalu menjadi penentu, dan bagaimana jalan menuju kebaikan kadang harus ditempuh dalam keadaan tak nyaman.

Dengan gaya bahasa yang sederhana, karakter yang kuat, dan pesan moral yang menyentuh, novel ini layak jadi teman bagi siapa pun yang ingin mencintai dengan cara yang lebih benar—dan lebih tenang.

Kalau kamu sedang berada di titik bingung soal cinta, atau pernah merasa hubungan halal tak seindah yang dibayangkan, mungkin buku ini bisa menjawab sedikit kegundahan itu. Karena ternyata, mengejar cinta halal bukan sekadar soal rasa, tapi soal jalan menuju ridha-Nya.

Miranda Nurislami Badarudin