Film The Order diangkat dari buku non-fiksi tahun 1989, The Silent Brotherhood karya Kevin Flynn dan Gary Gerhardt. Ceritanya mengikuti seorang agen FBI yang memburu kelompok teroris supremasi kulit putih bernama The Order, yang beroperasi di Amerika Serikat pada era 1980-an.
Yuk, kita bahas karakter yang kompleks dan penuh ambiguitas dalam sebuah thriller investigasi buatan Justin Kurzel, yang tayang pertama kali di Festival Film Venesia (2024).
Dua Tokoh Sentral yang Seperti Dua Sisi Koin
Film The Order menggali karakter-karakternya dengan begitu dalam dan punya lapisan moral, yang terkadang nggak tampak saat pertama kali nonton. Terlebih lagi, karakter-karakter utama dalam film ini nggak cuma berurusan dengan kejahatan, tapi juga dengan pergulatan batin yang membuat mereka jauh lebih manusiawi.
Jude Law memerankan Terry Husk, agen FBI yang sudah lama terjebak dalam rutinitasnya, tengah meresapi penyesalan atas keputusan-keputusan masa lalu. Dengan tubuhnya yang tampak lusuh dan (mungkin) lelah, Jude Law menyuguhkan karakter yang jauh dari ideal sebagai agen penegak hukum.
Ya, Husk bukan hanya mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas hilangnya beberapa orang di kota kecil Coeur D'Alene, Idaho, tapi juga berusaha menemukan kembali dirinya yang hilang dalam kesendirian dan keraguan. Sebagai penonton, kita langsung tahu, karakter ini sedang berada di titik terendah dalam hidupnya—dan itu mengundang rasa penasaran yang lebih dalam tentang bagaimana dia akan menangani kasus yang penuh dengan kebingungannya sendiri.
Di sisi lain, ada Nicholas Hoult memainkan Bob Mathews, pemuda yang fanatik dan penuh ambisi. Mathews nggak sekadar penjahat biasa; dia tuh sosok yang punya keyakinan ekstrem dan berusaha mengguncang tatanan dunia.
Nicholas Hoult berhasil menggambarkan karakternya tanpa perlu melebih-lebihkan, tampak seperti seorang mesianik yang melangkah dengan keyakinan menakutkan, tetap menyentuh sisi manusiawi yang bisa dipahami. Meskipun dia punya ideologi yang berbahaya, ada momen-momen dalam film yang menunjukkan sebenarnya dia juga sedang mencari tempatnya di dunia ini, bahkan jika itu berarti harus menggunakan kekerasan.
Kedua karakter ini, Husk dan Mathews, ada banyak kesamaan yang menghubungkan mereka. Keduanya merasa terasing, nggak puas dengan dunia di sekitar mereka, dan memiliki cara yang sangat berbeda dalam menangani perasaan mereka.
Saat saling berhadapan, mereka seolah-olah mencerminkan dua sisi dari sebuah koin yang sama: satunya penuh penyesalan, dan satu lagi terperangkap dalam kepercayaan keliru. Ini adalah permainan psikologis yang memikat, dan itulah mengapa film ini begitu menarik untuk ditonton.
Penggunaan lanskap yang luas dan sunyi sebagai latar belakang, dipadu dengan ketegangan yang perlahan terbangun, menguatkan tajuk ketidakpastian dan pencarian makna hidup di dalam kisahnya.
Menyaksikan kedua karakter ini—Husk yang penuh penyesalan dan Mathews yang terperangkap dalam fanatisme—berhadapan satu sama lain, seakan-akan ngasih kita ruang untuk berpikir, tentang gimana manusia seringkali terjebak dalam perjalanan batin mereka sendiri.
Film The Order berhasil menciptakan ketegangan yang nggak hanya berasal dari plot, tapi juga dari pertarungan batin yang sangat dalam antara dua individu. Dan itu adalah bagian dari pesona film ini.
Skor: 3,8/5
Baca Juga
-
Setelah Indonesia, Film Almarhum Siap Gentayangan di 49 Negara!
-
Kenapa Series Missing You Terasa Membosankan Meski Bertabur Bintang?
-
Sumur Jiwo 1977, Nostalgia Film Horor-Komedi di Era Retro?
-
Potret Pahit para Pengasuh Anak dalam Film Through the Night
-
Film Panda Bear in Africa, Hiburan Tanpa Beban untuk Anak-Anak
Artikel Terkait
-
Setelah Indonesia, Film Almarhum Siap Gentayangan di 49 Negara!
-
Sinopsis 'The Most Beautiful Girl in The World', Film Terbaru Reza Rahadian
-
Dibintangi Millie Bobby Brown, Film The Electric State Tayang 14 Maret
-
M. Night Shyamalan Bikin Film Lagi, Gandeng Jake Gyllenhaal sebagai Pemain
-
Pakai Helm Saat Syuting, Film Psykopat Tawarkan Genre Horor dan Thriller yang Beda
Ulasan
-
Menikmati Mendoan, Cita Rasa Banyumas yang Tak Lekang oleh Waktu
-
Ulasan Novel The Rival, Ketika Persaingan Akademik Berubah Jadi Romansa
-
Narasi Kebangsaan dan Nasionalisme dalam Novel Burung-Burung Manyar
-
Ulasan Novel Happily Never After, Ungkap Misteri di Balik Pernikahan
-
Bandung After Rain: Melankoli Cinta di Tengah Kehilangan dan Penyesalan
Terkini
-
Tayang 3 April, Netflix Rilis Opening Credit Animasi Devil May Cry
-
Squid Game 3 Resmi Tayang Mulai 27 Juni 2025 di Netflix
-
Setelah Indonesia, Film Almarhum Siap Gentayangan di 49 Negara!
-
Sinopsis 'The Most Beautiful Girl in The World', Film Terbaru Reza Rahadian
-
Dibintangi Millie Bobby Brown, Film The Electric State Tayang 14 Maret