Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | aisyah khurin
Film Billionaire Boys Club (imdb.com)

"Billionaire Boys Club" adalah film thriller kriminal yang disutradarai oleh James Cox dan dibintangi oleh Ansel Elgort, Taron Egerton, Kevin Spacey, dan Emma Roberts.

Film ini diangkat dari kisah nyata tentang sekelompok anak muda kaya di Los Angeles pada tahun 1980-an yang terlibat dalam skema investasi berujung penipuan dan pembunuhan.

Film ini mengisahkan Joe Hunt (Ansel Elgort), seorang pemuda ambisius yang berasal dari keluarga kelas menengah dan bercita-cita menjadi kaya.

Bersama teman lamanya, Dean Karny (Taron Egerton), Joe mendirikan Billionaire Boys Club (BBC), sebuah kelompok investasi yang menarik perhatian anak-anak orang kaya di Los Angeles. Dengan janji keuntungan besar, mereka berhasil mengumpulkan dana dari para investor.

Namun, ketika rencana mereka mulai berantakan, Joe dan Dean terjerat dalam jaringan kebohongan, penggelapan, dan akhirnya pembunuhan yang melibatkan Ron Levin (Kevin Spacey), seorang investor licik yang menipu mereka terlebih dahulu.

Salah satu kekuatan film ini adalah bagaimana ia menggambarkan gaya hidup mewah dan dunia investasi spekulatif pada tahun 1980-an.

Para karakter dalam film ini hidup dalam kemewahan berkat uang hasil investasi yang mereka peroleh, tetapi di balik itu semua, ada ketegangan yang terus meningkat seiring dengan tekanan untuk menjaga skema ini tetap berjalan. Film ini dengan baik menunjukkan bagaimana ambisi dan keserakahan bisa mengarah pada kehancuran.

Ansel Elgort memberikan penampilan yang cukup solid sebagai Joe Hunt, menggambarkan perpaduan antara kecerdasan, ambisi, dan keputusasaan saat bisnisnya mulai runtuh.

Taron Egerton juga tampil meyakinkan sebagai Dean Karny, sahabat sekaligus partner Joe yang semakin paranoid seiring berjalannya cerita.

Kevin Spacey, meskipun perannya tidak terlalu dominan, berhasil membawakan karakter Ron Levin sebagai sosok manipulatif yang mengendalikan permainan dari balik layar.

Namun, beberapa karakter pendukung terasa kurang berkembang, membuat cerita kehilangan kedalaman emosional yang seharusnya bisa lebih menggugah.

James Cox mencoba menghidupkan nuansa dekaden tahun 1980-an dengan sinematografi yang elegan dan pemilihan warna yang kaya.

Penggunaan latar belakang pesta mewah, perkantoran elit, dan mobil mahal menambah kesan glamor yang menjadi ciri khas film tentang dunia keuangan.

Namun, di sisi lain, penyutradaraan terasa kurang tajam dalam membangun ketegangan, sehingga banyak adegan yang seharusnya dramatis terasa datar dan tidak terlalu membekas bagi penonton.

Salah satu kelemahan utama Billionaire Boys Club adalah naskahnya yang terasa kurang kuat dalam membangun karakter dan motivasi mereka.

Pace film ini juga terasa tidak konsisten—terkadang terlalu lambat dalam membangun konflik, tetapi kemudian terburu-buru dalam menyelesaikan masalah utama.

Akibatnya, beberapa momen penting dalam cerita, terutama saat transisi dari investasi ke kriminalitas, terasa kurang meyakinkan dan tidak cukup menggugah secara emosional.

Secara keseluruhan, "Billionaire Boys Club" adalah film yang memiliki potensi besar tetapi gagal dalam eksekusi.

Meskipun premisnya menarik dan menampilkan aktor-aktor berbakat, kelemahan dalam naskah, penyutradaraan yang kurang tajam membuatnya tidak mampu mencapai kesuksesan yang diharapkan.

Bagi penggemar film kriminal berbasis kisah nyata, film ini mungkin tetap menarik untuk ditonton.

BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE

aisyah khurin