Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Athar Farha
Poster Film Presence (IMDb)

Film horor selalu punya cara berbeda untuk menakut-nakuti penontonnya. Ada yang mengandalkan jumpscare, ada yang bermain dengan atmosfer mencekam, dan ada pula yang mengusung pendekatan eksperimental.

'Presence', film terbaru garapan Steven Soderbergh, memilih cara yang nggak biasa, yaitu menyajikan kisahnya dari sudut pandang hantu.

Ya, di film ini, kita nggak hanya menyaksikan sebuah keluarga diteror sama entitas gaib—kita akan melihat segalanya melalui mata sang poltergeist itu sendiri. Menarik ya?

Film yang ditulis David Koepp ini dibintangi Lucy Liu, Chris Sullivan, dan Callina Liang, dengan rumah produksi ‘Warner Bros. Discovery’.

Film Presence pertama kali diperkenalkan dalam Festival Film Sundance pada 19 Januari 2024 sebelum akhirnya dirilis di bioskop pada 24 Januari 2025. 

Seberapa bagus film ini sih? Jangan skip baca sampai akhir ya!

Melihat Dunia dari Perspektif Hantu

Daya tarik Film Presence tuh caranya film ini bercerita. Jika kebanyakan film horor menempatkan penonton sebagai pengamat atau bahkan korban teror, film Presence justru mengajak kita untuk “seolah-olah menjadi” sosok gaib yang mengintai keluarga Payne. Dengan teknik pengambilan gambar panjang (long take), pengalaman nontonnya jadi lebih imersif sekaligus mencekam.

Dengan sudut pandang semacam itu (POV si hantu), kamu diajak untuk mengamati berbagai konflik dalam keluarga Payne tanpa bisa berbuat apa-apa. Ada perselingkuhan, pengabaian, hingga trauma yang belum terselesaikan.

Seolah-olah kita adalah arwah penasaran yang hanya bisa melihat tanpa bisa campur tangan. Teknik ini nggak hanya menciptakan ketegangan, tapi juga menambah keseruan cerita—seakan-akan horor dalam film ini bukan hanya datang dari kehadiran poltergeist, tapi juga dari konflik dan hubungan manusia yang rapuh.

Gaya Sinematik Sutradara Steven Soderbergh

Soderbergh bukanlah nama asing dalam dunia perfilman. Dia dikenal sebagai sutradara yang suka bereksperimen dengan teknik visual dan naratif. Dari Film Ocean’s Eleven hingga Film Unsane, dirinya selalu berusaha menghadirkan pengalaman sinematik yang segar.

Dalam Film Presence, dia kembali bermain dengan teknik yang nggak murahan, dan semua itu membuktikan kalau film horor bisa lebih dari sekadar kumpulan adegan menakutkan.

Teknik pengambilan gambar panjang (Long Take) dalam film ini juga bisa dibandingkan dengan film-film sutradara lain seperti Sutradara Alfonso Cuarón dalam Film Gravity atau Mike Flanagan dalam Film The Haunting of Hill House.

Bedanya, dalam Film Presence, teknik ini digunakan untuk membuat penonton merasa seperti entitas nggak kasat mata yang terus mengawasi. Efeknya? Rasa nggak nyaman yang terus-menerus, seakan-akan kita sendiri terjebak dalam dunia supranatural film ini.

Eksperimennya Berhasil?

Meskipun teknik sudut pandang hantu bukan hal baru dalam dunia horor, film seperti ‘The Others’ dan ‘Paranormal Activity’ pernah bermain dengan konsep serupa.

Namun, Film Presence tetap menghadirkan sesuatu yang segar. Dengan pengarahan sutradara yang matang, film ini nggak hanya menawarkan pengalaman horor yang unik. 

Jadi, apakah Film Presence layak untuk kamu tonton? Jika kamu menyukai horor yang lebih mengandalkan atmosfer dan eksplorasi psikologis dibandingkan sekadar jumpscare, maka jawabannya adalah iya. Selamat nonton ya. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Athar Farha