Apa yang membuat seseorang memilih untuk diam selamanya setelah melakukan tindakan tragis dan mengubah hidupnya secara drastis? Apakah kebisuan bisa menjadi bentuk perlindungan atau justru hukuman bagi diri sendiri?
"The Silent Patient" karya Alex Michaelides menghadirkan pertanyaan-pertanyaan ini dalam sebuah thriller psikologis yang memikat, mengeksplorasi trauma, obsesi, dan kebenaran yang tersembunyi di balik kebisuan seseorang.
Novel ini mengisahkan Alicia Berenson, seorang pelukis terkenal yang tiba-tiba membunuh suaminya, Gabriel, dengan menembaknya lima kali di wajah. Namun, setelah kejadian tersebut, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, membuat kasus ini menjadi misteri yang sulit dipecahkan.
Alicia kemudian ditempatkan di sebuah rumah sakit jiwa bernama The Grove, tempat seorang psikoterapis bernama Theo Faber mencoba mengungkap kebenaran di balik kebisuannya. Theo bukan hanya sekadar dokter yang tertarik dengan kasus Alicia, tetapi juga seseorang yang membawa beban dan rahasia tersendiri.
Dalam usahanya mengembalikan suara Alicia, perlahan-lahan berbagai rahasia kelam mulai terungkap, mengubah arah cerita menjadi sesuatu yang jauh lebih kompleks dari yang terlihat di permukaan.
Salah satu daya tarik utama novel ini terletak pada eksplorasi psikologi karakter yang begitu dalam. Alicia bukan hanya sekadar tokoh yang diam, tetapi menjadi pusat dari sebuah teka-teki yang berkaitan dengan trauma masa lalu, luka emosional, dan hubungan yang penuh manipulasi.
Di sisi lain, Theo juga bukan sekadar psikoterapis yang ingin membantu pasiennya, melainkan seseorang dengan motif yang tersembunyi. Cerita berkembang dengan ketegangan yang terus meningkat ke dalam perjalanan yang penuh intrik dan kejutan.
Di luar alur cerita yang menegangkan, novel ini juga menyentuh isu kesehatan mental dan bagaimana trauma bisa membentuk seseorang. Alicia tidak berbicara bukan karena keengganan semata, tetapi karena kebisuan menjadi satu-satunya cara untuk bertahan dari dunia yang penuh dengan tekanan dan ketidakadilan.
Novel ini juga menyoroti bagaimana hubungan interpersonal, baik dalam keluarga maupun pasangan, dapat berperan besar dalam membentuk kepribadian seseorang.
Tema tentang penyalahgunaan kekuasaan dalam hubungan profesional juga menjadi aspek yang menarik untuk direnungkan, terutama dalam konteks terapi dan kepercayaan antara dokter dan pasien.
Alex menyampaikan cerita ini dengan gaya penulisan yang rapi, plot yang dibangun secara perlahan namun efektif, serta akhir cerita yang mengejutkan, menjadikan perjalanan dalam membaca "The Silent Patient" pengalaman membaca yang mendebarkan!
Novel ini bukan hanya sekadar thriller biasa, tetapi juga eksplorasi mendalam tentang bagaimana manusia menghadapi luka batin, bagaimana kebenaran dapat tersembunyi di balik kebisuan, dan bagaimana keinginan untuk mengungkap rahasia terkadang justru membawa seseorang pada kenyataan yang lebih gelap dari yang pernah dibayangkan.
Baca Juga
-
Ketika Pekerjaan Sulit Dicari, tapi Janji Politik Mudah Diberi
-
Review Novel 'Kotak Pandora': Saat Hidup Hanya soal Bertahan
-
Review Novel 'Totto-chan': Bukan Sekolah Biasa, Tapi Rumah Kedua Anak-anak
-
Benarkah 'Kerja Apa Aja yang Penting Halal' Tak Lagi Relevan?
-
Review Novel 'Jane Eyre': Ketika Perempuan Bicara soal Harga Diri
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Berani Tidak Disukai: Gali Kebebasan Melalui Psikologi Adler
-
Cara Ajarkan Anak Puasa yang Menyenangkan, Ini Tips dari Psikolog
-
Rahasia Komitmen Afektif, Membangun Hubungan Emosional dengan Organisasi
-
Work Engagement: Kunci Karyawan Produktif dan Loyal dalam Organisasi
-
Saat Rasa Bersalah Jadi Hukuman: Review Novel 'Kejahatan dan Hukuman'
Ulasan
-
Review Film Sukma: Rahasia Gaib di Balik Obsesi Awet Muda!
-
Review Film The Exit 8: Ketakutan Nyata di Lorong Stasiun yang Misterius
-
Membaca Ulang Kepada Uang: Puisi tentang Sederhana yang Tak Pernah Sederhana
-
Review Film Siccin 8: Atmosfer Mencekam yang Gak Bisa Ditolak!
-
Film Man of Tomorrow, Sekuel Superman Tayang Tahun Depan?
Terkini
-
Aksi Nyata PENGMAS Perma AGT FP Unila di Panti Asuhan Ruwa Jurai
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Gen Z dan Dompet Kosong? Mengungkap Gaya Hidup Cashless dan Wi-Fi Only yang Bikin Geleng Kepala
-
Animator Jujutsu Kaisen Ungkapkan Detail Penting tentang Musim Ketiga
-
Banjir Bali Terparah: Bandara Terancam, Denpasar Siaga Darurat