Hai guys! Kalau kalian penggemar The Lion King, pasti udah nggak sabar nunggu film terbaru Disney yang satu ini, Mufasa: The Lion King.
Yap, setelah sukses besar dengan The Lion King (2019) yang versi CGI-nya, sekarang kita diajak kembali ke Pride Lands untuk menyelami kisah hidup Mufasa, sang raja yang legendaris. Film ini bukan sekadar prekuel atau sekuel, tapi lebih seperti origin story yang bikin kita makin sayang sama karakter favorit kita ini.
Mufasa: The Lion King bercerita tentang masa kecil Mufasa, bagaimana dia tumbuh, berteman, menghadapi tantangan, dan akhirnya menjadi raja yang bijaksana.
Kita bakal melihat hubungannya dengan adiknya, Scar (yang waktu kecil punya nama asli Taka), dan tentu saja, bagaimana dia bertemu dengan Sarabi.
Film ini juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin pernah terlintas di pikiranmu: Kenapa Scar jadi jahat? Apa yang bikin Mufasa begitu bijak?
Nggak cuma fokus di Mufasa, film ini juga memperluas dunia The Lion King dengan memperkenalkan karakter-karakter baru yang bakal bikin kamu makin jatuh cinta sama dunia Pride Lands. Oh ya, Simba juga muncul, tapi lebih sebagai narator atau framing device-nya cerita.
Ulasan Film Mufasa The Lion King
Kalau kalian kagum sama CGI di The Lion King (2019), siap-siap terpukau lagi sama Mufasa. Disney benar-benar levelling up di bagian visual.
Detail bulu singa, ekspresi wajah, sampai landscape Afrika-nya beneran bikin melek. Adegan-adegan epik seperti Stampede (lari berburuan hewan) atau pertarungan antara Mufasa dan musuhnya bikin merinding!
Tapi yang bikin beda, film ini nggak cuma hyper-realistic mirip pendahulunya. Ada sentuhan magical realism yang bikin beberapa adegan terasa lebih dreamy dan puitis. Misalnya, adegan Mufasa kecil ngobrol sama ruh leluhur atau momen-momen simbolis yang bikin merinding.
Salah satu daya tarik The Lion King ya musiknya, dan Mufasa nggak mengecewakan kok. Hans Zimmer kembali mengisi score-nya, dan kita bakal dengar lagu-lagu baru yang masih kental nuansa Afrika-nya. Ada juga beberapa throwback ke lagu klasik kayak Circle of Life atau He Lives in You, tapi diaransemen ulang dengan lebih epic.
Hal yang bikin excited, ada kolaborasi artis-artis top buat lagu baru. Bayangin vibe The Lion King (1994) yang timeless, tapi dibawa ke era sekarang. Auto masuk playlist deh!
Selama ini kita kenal Mufasa sebagai raja yang sempurna—bijak, kuat, dan penuh kasih sayang. Tapi di film ini, kita liat sisi lain dari dia: dia pernah takut, pernah bikin kesalahan, dan bahkan pernah nggak pede. Ini bikin karakternya lebih relatable.
Scar (Taka) juga dikembangkan lebih dalam. Kita bakal liat apa yang bikin dia berubah dari adik yang penyayang jadi singa yang penuh dendam. Nggak cuma sekadar villain, tapi kita ngerti motivasi dia, dan itu bikin konfliknya lebih berasa.
Oh ya, karakter baru seperti Mufasa dan Scar waktu kecil, teman-teman mereka, sampai beberapa antagonis baru juga bikin cerita lebih berwarna. Ada juga beberapa cameo dari karakter favoritmu seperti Rafiki dan Zazu, yang pasti bikin senyum-senyum sendiri.
Jujur aja, The Lion King itu selalu sukses bikin kita nangis, dan Mufasa nggak kalah emosional-nya. Adegan-adegan sedih kayak hubungan Mufasa dan Scar yang pelan-pelan retak, atau momen Mufasa ngeliat circle of life buat pertama kalinya, bikin hati meleleh.
Tapi film ini juga punya banyak momen lucu dan menghangatkan hati. Chemistry antara Mufasa kecil dan teman-temannya bikin kita ingat betapa serunya masa kecil. Nggak cuma tearjerker, tapi juga heartwarming.
Nggak ada film yang sempurna, dan Mufasa punya beberapa kelemahan kecil. Misalnya, beberapa bagian cerita terasa agak terburu-buru, terutama di pertengahan film. Ada juga yang bilang beberapa karakter baru kurang dieksplor lebih dalam.
Tapi overall, kekurangan ini nggak bikin film jadi kurang seru. Masih jauh lebih bagus dibanding live-action Disney lainnya yang cuma copy-paste dari animasi aslinya.
Mufasa: The Lion King adalah film yang berhasil menghidupkan kembali nostalgia The Lion King, sekaligus memberi perspektif baru buat fans lama. Visualnya memukau, musiknya menggugah, dan ceritanya bikin kita makin cinta sama dunia Pride Lands.
Kalau kamu suka The Lion King (baik yang versi 1994 atau 2019), film ini wajib ditonton. Bahkan buat yang baru kenal franchise-nya, Mufasa tetep bisa dinikmati sebagai film yang berdiri sendiri.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Review Film Good Fortune: Komedi Malaikat yang Menggelitik Hati dan Pikiran
-
Review Film Regretting You: Sebuah Kisah Pengkhianatan dan Cinta yang Rapuh
-
Review Film Rosario: Kutukan yang Menggali Luka Keluarga dan Identitas!
-
Review Film Maju Serem Mundur Horor: Sajian Tawa dan Horor dalam Satu Paket
-
Review Film Pengin Hijrah: Perjalanan Spiritual Para Generasi Muda
Artikel Terkait
-
Review Film CODA: Haruskah Meninggalkan Keluarga demi Impian?
-
Review Film Kraven The Hunter: Brutal, Gila, dan Penuh Aksi!
-
Dari Figuran Jadi Bintang Utama, Tami Irelly Ungkap Peran Spesial di Film Amulet
-
Review Anora: Film dengan Premis Sederhana tapi Punya Daya Tarik Universal
-
Perjalanan Asmara Wulan Guritno, Kini Diisukan Pacaran dengan Ariel NOAH
Ulasan
-
Review Film Dopamin: Terlalu Nyata dan Getir
-
Setelah Suzume, Makoto Shinkai Bikin Pengumuman Mengejutkan Soal Proyek Film Selanjutnya
-
Mengurai Masalah Islam Kontemporer Lewat Buku Karya Tohir Bawazir
-
Ulasan Novel Beside You: Takdir sebagai Pemeran Pengganti
-
Mercusuar Cafe & Resto: Pesona Kastil Iblis Cocok untuk Pencinta Gotik!
Terkini
-
Saling Sindir, Sarwendah Dituding Ingin Rusak Citra Ruben Onsu
-
Bolehkah Anjing Makan Apel dan Pisang? Ini Daftar Buah yang Aman dan yang Harus Dihindari
-
Film Now You See Me 3 Catat Rekor Rating Tertinggi Sepanjang Franchise
-
Bukan Cuma Bikin Wangi, Ini 4 'Mood' yang Bisa Kamu Ciptakan Hanya dengan Aroma
-
Bergenre Musik, Novel Emosional Kyokai no Melody Siap Diadaptasi Jadi Anime