Kraven the Hunter akhirnya tayang, dan jujur aja, film ini beneran ngeri-ngeri sedap! Bukan cuma sekadar film pahlawan super biasa, tapi lebih ke arah dark, violent, and unapologetically wild.
Kalau kamu penggemar Marvel yang udah bosan sama formula family-friendly-nya MCU, film ini bisa jadi penyegar. Tapi hati-hati, karena Kraven ini bukan pahlawan—dia pemburu, dan dia nggak segan-segan membunuh.
Bercerita tentang kehidupan Sergei Kravinoff, alias Kraven (diperankan Aaron Taylor-Johnson), seorang pemburu elit yang punya kemampuan fisik di atas manusia biasa.
Asal-usulnya dimulai dari masa kecil yang traumatis, di mana dia diasingkan oleh ayahnya (Russel Crowe) dan akhirnya berkembang jadi pemburu yang nggak kenal ampun.
Tidak seperti kebanyakan villain origin story, Kraven di sini lebih kompleks. Dia nggak sepenuhnya jahat, tapi juga jauh dari baik. Dia punya kode moral sendiri, dan itu yang bikin karakternya menarik. Kamu bakal nemuin dia berburu bukan cuma buat olahraga, tapi juga balas dendam sama orang-orang yang ngerusak hidupnya.
Oh ya, ada juga unsur supernatural-nya dikit, karena Kraven dapat kekuatan setelah digigit singa (bukan laba-laba, ya!) dan darahnya terkontaminasi sesuatu yang bikin dia punya kemampuan penyembuhan dan indera super.
Review Film Kraven The Hunter
Aku harus akui sih, Aaron Taylor-Johnson benar-benar nailed it di peran ini. Setelah jadi Quicksilver di MCU yang cuma sekadar cameo, akhirnya dia dapat peran utama yang benar-benar show his range.
Kraven versinya itu dingin, berbahaya, tapi tetap ada sisi charismatic-nya. Yang aku lihat dia bisa dengan mudah beralih dari mode kalem ke mode bloodthirsty hunter dalam sekejap.
Chemistry-nya sama Russel Crowe (yang main sebagai ayahnya) juga on point. Adegan konflik antara mereka berdua jadi salah satu highlight film. Russel Crowe sendiri, meski umurnya udah nggak muda, masih bisa ngasih aura intimidating yang bikin Kraven keliatan kecil di depannya.
Kalau kalian suka film aksi dengan practical effects dan fight choreography yang keren, Kraven the Hunter nggak bakal ngecewain. Adegan berburunya itu savage banget—nggak pakai cut-cut ala film kebanyakan, tapi beneran one-take yang bikin kalian ngerasain intensitasnya.
Ada satu adegan di mana Kraven ngelawan sekelompok mercenaries di hutan, dan itu benar-benar jaw-dropping. Darah? Banyak. Kekerasan? Very much so. Tapi nggak gratisan—semua ada tujuannya buat nunjukin betapa ruthless-nya Kraven.
Film ini juga pake CGI secukupnya, lebih mengandalkan lokasi syuting nyata dan efek praktis. Hasilnya? Lebih gritty dan grounded ketimbang kebanyakan film superhero modern.
Nggak cuma Kraven, antagonis di film ini juga equally insane. Ada The Rhino (diperanin Alessandro Nivola), yang versinya lebih grounded tapi tetap mengerikan. Lalu ada juga Calypso (Ariana DeBose), yang punya kemampuan voodoo dan jadi wild card di cerita.
Tapi yang bikin aku entertained banget adalah penampilan foreign villain yang bener-bener over-the-top. Kamu bakal nemuin adegan di mana Kraven harus ngelawan musuh yang nggak cuma kuat, tapi juga punya resources hampir nggak terbatas.
Nggak semua sempurna, tentu aja. Kraven the Hunter kadang terasa rushed, terutama di bagian character development beberapa tokoh pendukung. Adegan flashback Kraven sama ayahnya bisa lebih dieksplor, tapi sayangnya cuma sekilas.
Selain itu, meski action-nya keren, ada beberapa adegan yang CGI-nya keliatan kurang halus. Tapi ini minor banget sih, nggak ngerusak pengalaman menontonku secara keseluruhan.
Kraven the Hunter itu seperti breath of fresh air di dunia film superhero yang udah mulai jenuh. Ini film yang nggak takut buat go all out—berani brutal, berani gelap, dan nggak mau kompromi sama penonton yang cari feel-good story.
Kalau kamu suka film kayak Logan atau The Batman (versi Robert Pattinson), kemungkinan besar kamu bakal nemuin kesenangan yang sama di sini. Tapi kalau kamu lebih suka MCU yang light-hearted kayak Spider-Man atau Guardians of the Galaxy, mungkin ini bakal too much buat kamu sih.
Kalau dari rating aku kasih: 8/10 – ya alasannya karena savage, stylish, and unapologetically violent. Nonton ini deh kalau kamu siap lihat sisi liar dari dunia Marvel!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Review Film Janji Senja: Perjuangan Gadis Desa Jadi Prajurit TNI!
-
Review Film Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih: Drama Romansa Penuh Dilema
-
Review Film Dia Bukan Ibu: Saat Teror Bukan dari Hantu, tapi dari Orang Terdekat di Rumah
-
Futsal Story: Perspektif Pemain tentang Passion dan Drama!
-
Review Film Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung: Sekuel Kocak yang Bikin Penonton Ngakak!
Artikel Terkait
-
Dari Figuran Jadi Bintang Utama, Tami Irelly Ungkap Peran Spesial di Film Amulet
-
Review Anora: Film dengan Premis Sederhana tapi Punya Daya Tarik Universal
-
Resmi Diumumkan, 27 Bintang MCU akan Kembali Muncul di Avengers: Doomsday
-
Perjalanan Asmara Wulan Guritno, Kini Diisukan Pacaran dengan Ariel NOAH
-
Ulasan Film Flight Risk: Seru, Tegang, tapi Agak Bikin Gregetan!
Ulasan
-
Dari Utas viral, Film Dia Bukan Ibu Buktikan Horor Nggak Lagi Murahan
-
Review The Long Walk: Film Distopia yang Brutal, Suram, dan Emosional
-
Menyikapi Gambaran Orientasi Seksualitas di Ruang Religius dalam Film Wahyu
-
Review Film Janji Senja: Perjuangan Gadis Desa Jadi Prajurit TNI!
-
Review Film Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih: Drama Romansa Penuh Dilema
Terkini
-
4 Serum Ekstrak Lemon yang Ampuh Bikin Wajah Cerah Seketika, Kaya Vitamin C
-
The Apothecary Diaries Umumkan Musim 3 dengan Misteri Baru di Luar Istana
-
Dia Bukan Ibu: Ketika Komunikasi Keluarga Jadi Horror
-
Jangan Sampai Ketipu! Bongkar 7 Trik Jitu Bedakan Sepatu KW vs Ori
-
AXIS Nation Cup adalah Kampus Nyata Para Champion Masa Depan