Masjid Agung Sleman merupakan salah satu masjid terbesar di DIY yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan keagamaan dan sosial. Berbagai program yang terselenggara menjadikan masjid ini sebagai pusat kemakmuran dan keberagaman umat Islam di Sleman. Dengan pengelolaan yang terstruktur, masjid ini tetap hidup dengan berbagai kegiatan yang mendukung syiar Islam dan kesejahteraan jamaah.
Sebagai pusat peribadatan, Masjid Agung Sleman mengadakan sholat lima waktu dan sholat Jumat dengan imam, muadzin, dan khatib yang terjadwal. Selain itu, pengajian Senin-Kamis menjadi salah satu kegiatan utama, yang diawali dengan sholat malam, sahur bersama, dan sholat Subuh berjamaah. Tradisi ini telah berlangsung selama bertahun-tahun dan menarik banyak jamaah.
Di bulan Ramadan, kegiatan ibadah semakin intensif. Masjid mengadakan buka puasa dan sahur bersama setiap hari, serta pengajian menjelang berbuka. Malamnya, sholat tarawih 11 dan 23 rakaat diikuti dengan qiyamul lail. Setiap malam, bacaan sholat mencakup satu juz Al-Qur'an, dipimpin oleh imam yang dipilih secara khusus untuk memastikan kekhusyukan jamaah.
Selain pengajian rutin, berbagai kajian tematik juga digelar. Kajian kitab gundul setiap Selasa malam menarik ratusan jamaah, sementara pengajian Al-Kafi pada Jumat membahas surat-surat pilihan seperti Al-Kahfi, Al-Mulk, dan Yasin. Kajian bahasa Arab setiap malam Minggu juga menjadi daya tarik bagi mereka yang ingin memperdalam pemahaman bahasa Al-Qur'an.
Pemberdayaan Jamaah dan Manasik Haji
Sebagai pusat keislaman, Masjid Agung Sleman juga memiliki peran dalam pemberdayaan jamaah. Salah satu kegiatan utamanya adalah pra-manasik haji yang dilaksanakan sepuluh kali sebelum keberangkatan jamaah haji dari Sleman. Dengan kuota haji tertinggi di DIY, sekitar 1.175 jamaah per tahun, masjid ini menjadi lokasi utama bagi calon jamaah haji untuk mempersiapkan ibadah mereka.
Kegiatan sosial lainnya meliputi penyediaan konsumsi bagi jamaah pengajian dan dukungan finansial dari infaq harian yang mencapai sekitar 15 juta rupiah per bulan. Pada pengajian besar seperti Jumat dan Ramadan, infaq jamaah bisa mencapai 6-7 juta rupiah per sesi. Dana ini digunakan untuk mendukung berbagai program dan pemeliharaan masjid, seperti perbaikan fasilitas dan penyediaan makanan bagi jamaah.
Fasilitas masjid juga cukup lengkap, termasuk AC, CCTV, taman bermain anak, dan kamar mandi khusus difabel. Meskipun perpustakaan masjid sudah tidak berfungsi akibat keterbatasan anggaran, keberadaannya tetap menjadi potensi yang bisa dihidupkan kembali di masa mendatang.
Tantangan dan Keunikan Masjid
Sebagai aset milik Pemda Sleman, pengelolaan Masjid Agung menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan berbagai kepentingan dari ormas Islam yang beragam. Berbagai usulan program dan kegiatan terus berdatangan, dan pengurus masjid berusaha untuk memfasilitasi sejauh memungkinkan. Namun, keberagaman ini justru menjadi kekuatan yang memperluas cakupan dakwah dan menarik lebih banyak jamaah.
Keunikan Masjid Agung Sleman tidak hanya terletak pada perannya sebagai representasi masjid utama di DIY, tetapi juga pada prestasi yang telah diraih. Pada tahun 2016, masjid ini meraih juara tiga tingkat nasional dalam kategori pengelolaan masjid terbaik. Selain itu, suasana masjid yang khas dan kemakmurannya sering kali disebut-sebut mirip dengan suasana Masjid Nabawi di Madinah oleh para jamaah yang datang dari luar daerah.
Meskipun tantangan tetap ada, peluang untuk terus berkembang juga terbuka luas. Pengurus masjid berkomitmen untuk menjaga keberlangsungan program dan terus mencari inovasi agar masjid tetap menjadi pusat syiar Islam dan kebangkitan umat. Dengan berbagai kegiatan yang terus berlangsung, Masjid Agung Sleman menjadi contoh nyata bagaimana sebuah masjid dapat menjadi pusat kemakmuran umat, menjaga nilai-nilai Islam, dan menjalin persaudaraan yang erat di tengah masyarakat.
Baca Juga
-
Review Anime Kusuriya no Hitorigoto: Misteri dan Intrik Kerajaan
-
Menelusuri Sejarah Tenggara Kraton Yogyakarta Bersama Alon Mlampah dan Rotaract
-
Menjelajah Jejak Sejarah di Kawasan Bintaran Bersama Alon Mlampah
-
Museum Monjali Gelar Pameran Seni & Buku: Peringatan Serangan Umum 1 Maret
-
Review Anime Sakamoto Days, Mantan Pembunuh Bayaran dan Kehidupan Baru yang Tak Tenang
Artikel Terkait
-
Ray Sahetapy Mualaf di Masjid Istiqlal, Anak Ingin Perjalanan Islam Ayahnya Ditutup di Sana
-
7 Fakta Menarik Musala Ruben Onsu, Sarwendah Dulu Ikut Resmikan
-
Dedi Mulyadi Sebut Masjid Al Jabbar Dibangun dari Dana Pinjaman, Kini Jadi Perdebatan Publik
-
Libur Singkat, Ini Momen Bek PSS Sleman Abduh Lestaluhu Rayakan Idulfitri Bersama Keluarga
-
Jajaran Kabinet Merah Putih Salat Ied di Istiqlal, Ada AHY Hingga Giring
Ulasan
-
Ulasan Buku A Cup of Soul, Kumpulan Quotes dengan Ilustrasi Bertema Kucing
-
Berdamai dengan Perasaan Sendiri Lewat Lagu Taeyeon Bertajuk Rain
-
Ulasan Novel Practice Makes Perfect: Latihan Kencan Berubah Menjadi Cinta
-
Perihnya Diari Cinta di Film Even If This Love Disappear from the World Tonight
-
Bukan Marah-Marah, Ini Esensi Single Inggris Pertama Onew SHINee Bertajuk Mad
Terkini
-
Mateo Kocijan Resmi Hengkang, Persib Bandung Punya PR Besar di Musim Depan?
-
Rilis Teaser, Film The Thursday Murder Club Kisahkan Para Lansia Pemecah Misteri
-
Cho Yi Hyun Menjalani Kehidupan Ganda di Drama Korea Head over Heels
-
Lee Jung Jae Gandeng Studio Inggris untuk Proyek Film Spy Bertema K-Pop
-
Antony Starr Tak Habis Pikir Homelander Jadi Karakter yang Disukai Penggemar