Berbicara seputar langgam campursari, nama Andjar Any pasti sudah nggak asing di telinga penikmat genre-nya.
Andjar Any sendiri telah melahirkan banyak karya yang didominasi oleh genre campursari, dengan lirik yang dibuat sepuitis mungkin menggunakan sastra Jawa lama alias Basa Rinengga yang memadu padankan seluruh aspek kesusastraan Jawa. Baik dari penuturan peribahasa, tambahan pantun khas, hingga penggunaan istilah kuno. Kebanyakan karyanya memang dibawakan oleh artis kenamaan seperti Waldjinah hingga Manthous.
Salah satu karya Andjar Any yang keren menurut saya adalah langgam Yen Ing Tawang Ana Lintang, yang pernah dibawakan oleh suara merdu Manthous.
Yen Ing Tawang Ana Lintang adalah langgam yang dirilis tahun 1985 dengan mengusung tema romantisme, loyalitas, dan memiliki irama lembut, yang seakan menyatu dengan judul dan makna yang hendak dihaturkan.
Secara gamblang, judulnya berarti bila di langit ada bintang. Yang mana sudah ketahuan bahwa langgam ini mengambil latar waktu malam, dan dengan iramanya yang lembut, serta pemilihan diksinya yang puitis berhasil membawa para pendengarnya masuk ke pusaran syahdu penuh romantisme.
Bisa dibilang, secara keseluruhan langgam ini mengisahkan kerinduan seorang lelaki kepada perempuannya. Barangkali, ada suatu keadaan yang membuat mereka terpisah, atau mungkin mereka tengah menjalani LDR-an.
Apalagi, lirik-liriknya yang full metafora mengenai rindunya yang setengah mati, bahkan penuturan mengenai loyalitas akan janji-janjinya yang disaksikan oleh langit dan bintang. Seakan, kita diajak untuk ikut merasakan kerinduan yang mendalam, yang makin menjadi-jadi ketika malam tiba. Bisa bikin gila.
Ditambah dengan suasana hening malam ketika langit cerah sehingga bintang-bintang berhamburan, dan kala rembulan sedang di masa purnama. Alhasil, penyampaian rindu langgam ini terasa lebih kuat, dan menggebu-gebu daripada sekadar mengirim chat aku rindu kamu.
Seolah penyampaian rindunya seperti kehadiran micin di setiap masakan. Tersirat, tapi bermakna, huhu.
Nggak hanya itu, langgam ini juga menekankan pentingnya kesetiaan, dan tanggung jawab penuh akan janji yang telah kita ucapkan. Meski tidak disebutkan dengan spesifik mengenai janji apa yang dimaksud oleh langgam ini sih. Namun, saya rasa hal ini cukup selaras dengan nilai-nilai kehidupan.
Dari sisi irama lembutnya, Yen Ing Tawang Ana Lintang kerap dijadikan lullaby di malam hari. Sebab, efek yang ditimbulkan sukses bikin rileks dan alhasil mengantuk. Namun, kadang langgam ini juga diputar kala bersantai di siang maupun sore hari kok. Pokoknya fleksibel lah!
Sementara itu dari sisi pemilihan diksinya, langgam ini memasukkan cukup banyak istilah lama yang diserap dari kesatuan Basa Rinengga. Seperti kata tawang pada judul, sebenarnya merupakan sinonim daripada kata angkasa, dan wiyati dalam lirik yang berarti langit. Sebagaimana dihimpun dari Pepak Basa Jawa bab Dasanama, langit memiliki sinonim yaitu:
- Akasa,
- Antariksa,
- Awang-awang,
- Tawang,
- Bomantara,
- Dirgantara,
- Gegana,
- Jumantara,
- Widik-widik,
- Wiyati, dan
- Wyat.
Lalu, untuk kata lintang pun mempunyai arti yang sama dengan kartika yang berarti bintang. Sinonimnya antara lain:
- Lintang,
- Kartika,
- Sasa,
- Sudama,
- Tranggana, dan
- Wintang.
Keberadaan frasa sun takokake pawartamu pun menurut saya begitu unik. Kata sun sendiri berarti aku, dan kerap muncul dalam kesusastraan lama Jawa. Seperti pada kasus geguritan gagrak lawas atau puisi aliran lama yang kerap dimulai dengan frasa sun gegurit.
Yah, memang dalam beberapa dialek Jawa, kata aku bisa diwujudkan sebagai:
- Aku,
- Kula (basa krama),
- Ingsun (merupakan dialek di beberapa wilayah seperti Tuban dan sekitarnya), dan
- Sun (merupakan versi simpel dari Ingsun).
Alhasil, langgam ini juga mengajak kita untuk mengulik makna lebih mendalam, dan juga belajar istilah-istilah lama yang mungkin belum pernah kita dengar. So, menurutmu gimana?
Baca Juga
-
Manhwa The Count's Secret Maid: Konflik Berat dengan Eksekusi Plot Bikin Penasaran
-
The Male Lead is A Murderer: Tema Klise yang Sukses Bikin Senam Jantung!
-
Blaka Suta: Kejujuran dalam Daily Life dan Hukum Tabur Tuai Lintas Generasi
-
Struktur Kata 'Ampil' Bahasa Jawa, Bisa Jadi Subjek, Predikat, Hingga Objek
-
Langgam 'Kuncung' Didi Kempot, Kesederhanaan Hidup yang Kini Dirindukan
Artikel Terkait
-
Lagu Kopassus Ternyata Ciptaan Titiek Puspa, Ini Liriknya yang Bikin Merinding
-
Makna Lagu Kupu-Kupu Malam Ciptaan Titiek Puspa, Deep Banget!
-
Lagu Paskah 2025: 5 Melodi Menyentuh Hati untuk Ibadah Jumat Agung
-
Rekomendasi Lagu Paskah Terbaru yang Menyentuh Hati dan Penuh Makna
-
Asyik Buat Dance, Kai EXO Bagikan Detail 2 B-side Track di Album Wait On Me
Ulasan
-
Review Film Gunslingers: Film yang Dieksekusi Begitu Kering Kerontang
-
Manhwa The Count's Secret Maid: Konflik Berat dengan Eksekusi Plot Bikin Penasaran
-
Ulasan Novel That's Not My Name: Mencari Jati Diri di Tengah Ketidakpastian
-
Arti Cinta dan Kehilangan di Novel The Miraculous Journey of Edward Tulane
-
Ulasan Better Man, Film Biopik Visioner dengan Eksekusi yang Cerdas
Terkini
-
Selalu On Point! 4 OOTD Fashionable ala Tiffany Young SNSD yang Bisa Ditiru
-
Antara Ambisi Digital dan Realita: Mengkritisi Wacana Migrasi ke e-SIM
-
Kisah Asmara Bikin Hati Berdebar, 5 Alasan 'Crushology 101' Wajib Ditonton!
-
Film Dendam Malam Kelam: Ketika Rahasia, Dosa, dan Kematian Saling Bertaut
-
Ju Ji-hoon Siap Jadi Suami Shin Min-A pada Drama Baru The Remarried Empress