Novel "A Wind in the Door" adalah karya Madeleine L'Engle, seorang penulis Amerika yang dikenal atas tulisannta yang memadukan antara fantasi d, fiksi ilmiah, dan tema-tema filosofis dalam karyanya. Diterbitkan oleh Farrar, Straus and Giroux, "A Wind in the Door" adalah buku kedua dalam seri Time Quintet. Melalui tulisannya, Madeleine L'Engle menyisipkan nilai-nilai perjuangan, cinta, dan bagaiman berempati dalam menyelamatkan hidup.
Cerita ini menyoroti perjalanan Meg Murry yang harus menyelamatkan adiknya, Charles Wallace, yang menderita penyakit misterius akibat sel-sel dalam tubuhnya diserang oleh makhluk jahat bernama Echthroi. Charles Wallace memiliki kemampuan luar biasa dalam berkomunikasi dengan makhluk kecil dan hal-hal yang tak kasatmata, namun kekuatan tersebut juga menjadikannya target dari kekuatan jahat yang ingin menghapus eksistensi.
Meg, yang sangat menyayangi adiknya, dipandu oleh makhluk kosmis bernama Blajeny untuk menjalani pelatihan sebagai seorang Namer, yaitu seseorang yang memberi identitas dan makna pada makhluk lain sebagai bentuk pengakuan dan kasih sayang. Dalam misinya, Meg ditemani oleh Calvin O'Keefe dan seekor naga bintang bernama Proginoskes (Progo), yang mengajarinya pentingnya mengetahui dan menyebut nama-nama agar keberadaan sesuatu tidak dilenyapkan oleh para Echthroi.
Perjalanan mereka membawa mereka menyusut secara mikroskopis dan masuk ke dalam tubuh Charles Wallace, tepatnya ke dalam sel mitokondria, tempat farandolae (makhluk kecil di dalam sel) yang menolak untuk "mendewasa" karena pengaruh Echthroi. Jika mereka tidak mau berkembang, seluruh sistem tubuh Charles Wallace akan gagal, dan ia akan meninggal. Meg harus meyakinkan farandolae dan mengalahkan ketakutan serta keraguan mereka agar mereka mau menjadi diri yang seutuhnya.
Dalam perjuangan tersebut, Meg tidak hanya menghadapi ancaman dari luar, tetapi juga keraguan dalam dirinya sendiri. Ia harus memaafkan orang-orang yang ia anggap menyakitinya dan belajar mengenal kekuatan cinta sebagai kekuatan utama untuk menyelamatkan dunia kecil di dalam tubuh adiknya, sekaligus dunia yang lebih besar di luar sana.
Bagian paling menarik dari novel ini adalah ketika Meg dan kawan-kawan menyusut hingga ukuran mikroskopis dan masuk ke dunia sel dalam tubuh manusia. Dari sini pembaca diajak untuk melakukan eksplorasi ilmiah yang imajinatif, tetapi juga penuh simbolis mengenai pentingnya setiap makhluk, sekecil apa pun. L'Engle menyulap dunia mikroskopis menjadi tempat yang penuh warna, konflik, dan filosofi yang menyentuh, membuat pembaca merenungkan betapa semua makhluk, tak peduli sekecil apa pun, memiliki peran penting dalam keseimbangan semesta.
Tidak hanya itu, karakter Proginoskes, naga bintang berbulu yang unik dan bijaksana. Progo menjadi sumber refleksi dan percakapan mendalam tentang identitas, cinta, dan eksistensi. Dalam sebuah adegan emosional, Progo menyatakan bahwa mencintai berarti mengetahui nama seseorang dan menyebutnya dengan penuh kasih, yang menjadi inti kekuatan para Namer melawan kekosongan yang ditimbulkan Echthroi.
L'Engle juga menghadirkan konflik batin yang kuat melalui Meg, menjadikan petualangan ini lebih dari sekadar cerita fantasi. Perjuangan Meg menghadapi ketakutan, menerima orang lain, dan belajar memaafkan menjadi cermin perjuangan internal yang universal, terutama bagi remaja yang sedang membangun identitas diri.
Gaya penulisan L'Engle sangat khas yaitu puitis, filosofis, namun tetap mengalir dan menyentuh. Ia mampu menjalin cerita fantasi dengan tema-tema berat tanpa menghilangkan daya tarik bagi pembaca muda. Tidak hanya itu, dialog antar tokoh yang ditulis oleh L'Engle kerap menyisipkan nilai-nilai moral dan spiritual.
Novel "A Wind in the Door" tidak hanya menghibur lewat fantasi ilmiahnya, tetapi juga memikat secara emosional dan intelektual. Madeleine L'Engle berhasil membangun dunia yang kompleks namun tetap mudah untuk dimengerti pembaca muda, sembari mengajak mereka merenungkan makna hidup, hubungan antar makhluk, dan pentingnya cinta. Cocok untuk pembaca remaja maupun dewasa yang menyukai cerita dengan lapisan makna yang mendalam.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Kebiasaan Pakai AI: Kemajuan atau Ancaman?
-
Digital Fatigue dan Mental Overload: Saat Notifikasi Jadi Beban Psikologis
-
Peran Ayah sebagai Kiblat Persepsi Anak Perempuan dalam Memilih Pasangan
-
Collective Moral Injury, Ketika Negara Durhaka pada Warganya
-
Belajar dari Film Adolescence: Bagaimana INCEL Buat Anak Lakukan Kekerasan
Artikel Terkait
-
The Wild Robot Escapes, Kisah Epik Tentang Rumah, Cinta, dan Kebebasan
-
Review Novel 'Totto-chan': Bukan Sekolah Biasa, Tapi Rumah Kedua Anak-anak
-
Mengenal Puisi Sederhana Penuh Makna dalam Buku Perjamuan Khong Guan
-
Ulasan Novel Jar of Hearts: Terungkapnya Kasus Pembunuhan Setelah 15 Tahun
-
Review Novel 'Jane Eyre': Ketika Perempuan Bicara soal Harga Diri
Ulasan
-
Review Film Muslihat: Ada Setan di Panti Asuhan
-
The Help: Potret Kefanatikan Ras dan Kelas Sosial di Era Tahun 1960-an
-
The King of Kings Siap Tayang di Bioskop Indonesia Mulai 18 April
-
Review Film In the Lost Lands: Perjalanan Gelap Sang Penyihir dan Pemburu
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
Terkini
-
Tapaki Partai Puncak, Romantisme Pendukung Uzbekistan dan Indonesia Terus Berlanjut
-
Belajar Pendidikan dan Pembangunan Jati Diri Masyarakat dari Taman Siswa
-
5 Rekomendasi Film Baru Sambut Akhir Pekan, Ada Pengepungan di Bukit Duri
-
Perantara Melalui Sang Dewantara: Akar Pendidikan dan Politik Bernama Adab
-
Mengenal Chika Takiishi, Antagonis Wind Breaker Terobsesi Kalahkan Umemiya