"Ada banyak bau peapi yang tersedia di restoran-restoran, tapi bau peapi masakan ibu tak kalah enak dan selalu jadi ingatan". Ini kisah kasih tentang bau peapi, Ibu, dan aku.
Nyaris tak bisa disangkal kalau kumpul bersama keluarga merupakan anugerah yang tak bisa tergantikan. Berkumpul bukan hanya tinggal bersama, melainkan ada nilai moral dan kenangan yang selalu membuat rindu di mana pun kita berada. Keluarga merupakan anugerah yang tak bisa tergantikan dengan apa pun.
Berbicara kenangan bersama keluarga, tentu ada banyak cerita yang bisa terukir, entah dengan suka duka kehidupan yang dipikul bersama, sampai pada kenangan masakan yang selalu jadi obat untuk mengenang masa-masa yang sudah berlalu.
Semenjak dulu saya menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi/Kampus, saya cukup banyak menghabiskan waktu di luar rumah atau kampung halaman. Tuntutan pendidikan yang mengharuskan saya sampai tidak pernah tinggal di rumah berbulan-bulan.
Di masa-masa perantauan itulah, rindu suasana rumah dan kampung halaman selalu jadi pengingat bahwa memang keluarga merupakan harta berharga yang tak bisa dilupakan. Mengenang suasana rumah, sosok ibu selalu jadi ruang rindu yang bahkan mengharuskan saya harus pulang besok atau lusanya.
Banyak pembelajaran dan kenangan indah yang telah digoreskan sosok ibu kepada anak-anaknya, termasuk saya pribadi. Mulai dari pengalaman hidup, pelajaran hidup, hingga masakan bau peapi-nya yang selalu dikenang ketika waktu dulu makan bersama ibu dan ayah, serta saudara-saudara saya di kampung halaman.
Sedikit informasi bahwa bau peapi ini merupakan makanan atau kuliner khas suku Mandar di Sulawesi Barat (Sulbar). Makanan ini pun juga tersedia di berbagai rumah makan di Sulawesi Barat, utamanya di kabupaten Polewali Mandar dan kabupaten Majene. Bahkan, jika ada wisatawan yang bertandang di Sulawesi Barat, kuliner bau peapi selalu jadi menu wajib untuk dicicipi.
Meskipun sudah jadi kuliner khas Mandar di Sulawesi Barat, bau paepi sebenarnya sudah menjadi menu makanan sehari-sehari bagi masyarakat Mandar, termasuk di keluarga saya juga di kampung halaman, tepatnya di desa Todang-Todang, kecamatan Limboro, kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Sepiring bau peapi dari ibu
Walaupun ada banyak bau peapi yang tersedia di restoran-restoran, namun bau peapi masakan ibu tak kalah enak dan selalu jadi ingatan. Bukan hanya soal rasa, tetapi juga ruang di saat kami sekeluarga duduk melingkar di atas meja makan sambil menyantap sepiring bau peapi yang ditemani nasi putih serta berbagai aneka hidangan makanan lainnya.
Bau peapi itu semacam sup ikan yang kuahnya bening tapi penuh rasa dan selalu menggugah selera bagi siapa pun yang mencicipnya. Untuk menambah kenikmatan rasanya, bisa menggunakan ikan yang segar banget, seperti ikan kakap, kuwe, atau ikan tongkol yang baru ditangkap di laut.
Bicara mengenai rasanya, bau peapi juga punya ciri khas tersendiri. Kuahnya ada rasa asam dan pedas banget, itu karena berkat campuran bumbu seperti kunyit, serai, cabai rawit, dan asam mangga atau belimbing wuluh. Wangi rempahnya itu semerbak, serasa bikin perut keroncongan sebelum makan.
Sepiring bau peapi dari ibu, mengingatkan momen bahwa makan bersama keluarga lebih indah ketimbang makan dengan sendiri-sendiri. Walau hanya sesuap nasi dan sepiring bau peapi, itu akan terasa nikmat jika santapannya ditemani keluarga tercinta, apalagi kalau berada di kampung halaman yang ditemani dengan keindahan alamnya.
Melalui racikan sederhana saat ibu membuat bau peapi, saya melihat sosok ibu yang penuh sabar dan menyimpan banyak pelajaran hidup. Bahkan, saat diingat-ingat kembali masa lalu di mana ibu memasak bau peapi, raut wajahya tersimpan semangat juang dan kesabaran yang tiada tara, ia tak pernah mengeluh demi kebahagiaan anak-anaknya.
Sepiring bau peapi dari ibu juga memberikan pelajaran bahwa berapa pun sedikitnya makanan yang tersedia, penting untuk menyisakan anggota keluarga kalau sementara ada yang keluar. Nilai-nilai seperti itulah yang selalu dipertontonkan ibu kepada anak-anaknya, bahwa keluarga merupakan harta utama yang patut untuk diperhatikan.
Masakan bau peapi dari ibu selalu jadi pengingat rindu akan kenangan indah yang tak bisa tergantikan. Bahkan sampai detik ini, di saat saya ingat-ingat kembali kenangan makan bersama-sama ibu dan ayah serta keluarga dengan santapan sepiring bau peapi, ada rindu yang tak bisa tertahan bahkan sampai bisa membuat mata berkaca-kaca.
Tag
Baca Juga
-
Realme C71 NFC: HP 1 Jutaan yang Baterai Jumbo, Bisa Ngecas HP Teman Juga!
-
OPPO A5x, si Tahan Banting Harga 1 Jutaan yang Siap Diajak Ngegas Seharian!
-
Bangun Masa Depan dari Sekarang: Ini 5 Laptop Ideal untuk Pelajar Tangguh
-
7 Rekomendasi Kulkas 2 Pintu Hemat Listrik 2025: Gak Cuma Gaya, Tapi Juga Irit Daya!
-
Gak Harus Mahal! Ini 6 iPhone 5 Jutaan Terbaik 2025
Artikel Terkait
Kolom
-
Di Balik Gemerlap Ekspektasi: Mencari Makna di Tengah Tekanan Hidup Modern
-
Jangan Malu Baca Buku di Tempat Umum: Normalisasi Membaca di Ruang Publik
-
Sup Kuning Ikan Patin, Hidangan Pendamai Ibu dan Putrinya
-
Dua Mata Pelajaran yang Harusnya Masuk Kurikulum Indonesia
-
Tambang di Raja Ampat: Ketika Pengecualian Jadi Jalan Resmi
Terkini
-
Emosional, Jihoon TWS Jadi Remaja Baper Saat Cover Lagu Face to Face Karya Ruel
-
Ulasan Novel The Humans, Sebuah Perenungan dari Sudut Pandang Alien
-
Gila! Samsung Galaxy S25 Ultra Punya Layar AMOLED Terbaik dan Kamera Selevel DSLR
-
4 Padu Padan Gaya Kasual Minimalis ala Taehyun TXT yang Pas Buat Hangout
-
Joao Ferrari Berambisi Kembalikan Masa Kejayaan Bali United, Bisa Terwujud?