Bagaimana rasanya jadi hantu yang gagal menakut-nakuti manusia? Pertanyaan ini jadi inti dari 'Dead Talents Society' (2024), film horor-komedi asal Taiwan yang sukses mencampur aduk tawa, haru, sekaligus makna mendalam dalam satu tontonan yang liar, menyegarkan, dan sangat menyenangkan.
Film ini hadir sebagai angin segar di genre horror-comedy lewat dunia afterlife yang bukan cuma absurd, tapi juga penuh kompetisi layaknya ajang pencarian bakat.
Disutradarai oleh John Hsu dan ditulis bersama Kun-Lin Tsai, 'Dead Talents Society' membawa penonton masuk ke dunia para hantu yang ingin tetap eksis.
Di dunia ini, jika kamu mati dan tak bisa bikin manusia ketakutan, maka kamu akan lenyap dan dilupakan. Satu-satunya cara untuk tetap relevan? Jadi viral. Ya, di alam baka pun ternyata popularitas adalah segalanya.
Sebelum masuk ke review, berikut adalah sinopsis ceritanya:
Cerita berpusat pada sosok The Rookie (diperankan oleh Gingle Wang), hantu yang sedang krisis eksistensi karena tidak tahu bagaimana cara menakut-nakuti. Selama hidup pun ia merasa gagal di semua bidang, dan kini di dunia hantu, dia terancam lenyap selamanya.
Beruntung, ia bertemu Makoto (Chen Bolin), agen yang mempertemukannya dengan Catherine (Sandrine Pinna), hantu legendaris dari kamar 414 hotel yang sudah jadi urban legend terkenal.
Catherine dan timnya—termasuk Jessica (Eleven Yao) yang sempat jadi murid terbaik namun kini mulai bersinar sendiri—mencoba membimbing The Rookie agar bisa menemukan identitas horornya sendiri.
Konsep film ini seperti gabungan unik antara 'Monsters, Inc' dan 'American Idol', namun versi dunia hantu. Para arwah harus bersaing untuk jadi hantu paling menyeramkan dan punya dampak emosional besar terhadap manusia.
Tapi, film ini nggak cuma tentang aksi seram atau lomba viral belaka. Justru daya tarik utama 'Dead Talents Society' adalah bagaimana ia menyisipkan tema-tema personal seperti penyesalan hidup, pencarian jati diri, hingga bagaimana kita semua (baik yang masih hidup atau sudah mati) punya keinginan untuk dilihat, diakui, dan dicintai.
Dalam banyak momen, film ini banyak membuat saya tertawa. Beberapa adegan benar-benar gila dan absurd, seperti ketika para hantu bekerja keras menciptakan teror yang "mengerikan dan memorable" untuk manusia.
Ternyata, untuk bisa muncul secara menyeramkan di kamar manusia saja butuh kerja tim yang rumit, mulai dari pemilihan lokasi, bentuk wujud, bahkan suara-suara aneh yang harus disinkronkan.
Namun di balik semua kerumitan itu, 'Dead Talents Society' menyimpan sisi lembut yang menyentuh hati. Hubungan pertemanan dalam tim Catherine berkembang secara alami, saling menyembuhkan luka batin dan rasa tidak percaya diri yang mereka bawa bahkan sejak masih hidup.
Film ini menjadi refleksi yang menyentuh bagi siapa pun yang pernah merasa invisible, tidak cukup baik, atau gagal menemukan tujuan hidupnya.
Walau plotnya bisa dibilang cukup konvensional dan beberapa alurnya mudah ditebak, 'Dead Talents Society' tetap menarik berkat naskah yang hangat, karakter-karakter yang lovable, dan penampilan para aktornya yang solid.
Gingle Wang tampil memikat dengan deadpan humor yang pas, sementara Sandrine Pinna dan Eleven Yao membawa dinamika mentor-murid yang tajam dan berkesan.
Jangan lupakan juga penampilan Laura Gomez sebagai tokoh pendamping yang menghadirkan kehangatan dalam dunia penuh kegelapan ini.
Film ini juga tampil memukau secara visual. Atmosfer dunia hantu yang dibangun sangat khas: penuh warna tapi tetap spooky, dengan sentuhan efek visual dan artistik yang membuatnya terasa segar dan orisinal.
Ditambah dengan nuansa nostalgia film horor Mandarin era 80-90an, 'Dead Talents Society' terasa seperti surat cinta untuk genre tersebut, namun dikemas dengan gaya kekinian yang bisa dinikmati oleh generasi mana pun.
Tak heran jika film ini berhasil mengantongi 11 nominasi di ajang Golden Horse Awards 2024, termasuk untuk kategori Film Terbaik.
Ia bukan sekadar komedi horor biasa, tapi juga jadi pengingat bahwa kita tak harus sempurna untuk bisa berarti, tak harus populer untuk bisa bahagia, dan bahwa bahkan di dunia para hantu, setiap jiwa hanya ingin merasa bahwa keberadaannya penting.
Sebagai penutup, 'Dead Talents Society' adalah salah satu film horor-komedi terbaik tahun ini—cocok untuk ditonton di malam Halloween atau kapan saja saat kamu butuh hiburan yang jenaka, menyentuh, dan tak biasa. Tersedia di Netflix, ya!
BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE
Baca Juga
-
Taemin Buka Suara Soal Rumor Kencan dengan Noze, Minta Fans Tetap Percaya
-
Stray Kids Raih Sertifikasi Gold Keempat di Prancis Lewat Album HOP
-
Lingling Jadi Idol K-Pop Malaysia Pertama, Siap Debut Akhir Mei 2025
-
Jin BTS Siap Temui ARMY Lewat Tur Solo Perdana RUNSEOKJIN_EP.TOUR
-
Couple Favorit Hospital Playlist Ini Dikabarkan Tampil di Resident Playbook
Artikel Terkait
-
Habib Jafar Simpan Kritik untuk Film Jumbo, Kini Sedang Fokus Beri Dukungan
-
Pencipta Lagu Selalu Ada di Nadimu, OST Jumbo yang Menggema di Gereja Katedral Semarang
-
Apresiasi Film Jumbo yang Menginspirasi Animasi Indonesia
-
Zoe Kravitz Diincar Jadi Sutradara Film How to Save a Marriage
-
5 Film Romantis yang Bikin Nostalgia, Cocok di Tonton di Akhir Pekan
Ulasan
-
Ulasan Novel Monster Minister: Romansa di Kementerian yang Tak Berujung
-
Ulasan Novel The Confidante Plot: Diantara Manipulasi dan Ketulusan
-
Review Film Drop: Dinner Romantis Berujung Teror Notifikasi Maut
-
Pengepungan di Bukit Duri: Potret Luka Sosial di Balik Layar Sinema
-
Review Anime Bofuri, Main Game VRMMORPG yang Jauh dari Kata Serius
Terkini
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Miliki 2 Modal Besar untuk Permalukan Arab Saudi
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Lebih Siap untuk Menjadi Juara Dibandingkan Tim Tuan Rumah!
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Taemin Buka Suara Soal Rumor Kencan dengan Noze, Minta Fans Tetap Percaya
-
Kartini di Antara Teks dan Tafsir: Membaca Ulang Emansipasi Lewat Tiga Buku